“Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Yes 40:1-11; Mzm 96:1-3; Mat 18:12-14)

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Di antara anggota keluarga kita, komunitas kita atau rekan-rekan kerja atau para murid/peserta didik kita kiranya ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Jika mereka phisiknya sehat ada kemungkinan tidak sehat dalam hal lain, misalnya nakal, bodoh, malas, kurang ajar dst.. Tuhan menghendaki agar mereka tidak hilang alias kita dipanggil untuk menyelamatkan atau menyembuhkannya. “Bapamu yang ada di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang”, demikian sabda Yesus. Maka marilah kita kasihi anak-anak kita yang malas, nakal, bodoh atau kurang ajar, kita selamatkan mereka yang ‘hilang’ atau ‘berusaha memisahkan diri’ dari kebersamaan hidup dan kerja kita. Memang untuk itu kita harus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban alias dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga guna mengasihi dan menyelamatkan mereka. Marilah kita sadari dan hayati bahwa yang kita nantikan kedatangan-Nya adalah “Penyelamat”, yang datang untuk menyelamatkan, mencari yang hilang. Sebagai tanda atau bukti bahwa kita sungguh menantikan kedatangan-Nya kita diharapkan mengantisipasi dengan menyelamatkan saudara-saudari kita ‘yang hilang’: bodoh, malas, nakal, kurang ajar atau ‘berusaha memisahkan diri’. Konkretnya kami harapkan para orangtua hendaknya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan mengasihi dan mendidik anak-anaknya yang nakal, malas atau kurang ajar, para guru atau pendidik hendaknya dengan penuh kasih mendampingi para peserta didik yang malas, bodoh dan kurang ajar, sedangkan para pastor atau pemimpin hendaknya dengan kerja keras dan penuh kasih menyelamatkan umat atau anggotanya ‘yang hilang’.

· "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yes 40:3-5), demikian seruan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua yang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Kita semua dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Maka marilah kita mawas diri apakah kita telah siap sedia menyambut kedatangan-Nya, artinya hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita sungguh bersih dan sehat, sehingga kita layak disebut sebagai ‘gambar atau citra Tuhan Allah’. Sekali lagi jika kita jujur mawas diri kiranya diri kita tidak sungguh bersih dan sehat, karena egoisme, kesombongan, keserakahan dan pengawuran kita dalam cara hidup dan cara bertindak. Dengan kata lain ada kemungkinan kita tidak mentaati dan melaksanakan sepenuhnya aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita merasa terancam dan tidak tenteram serta tidak dalam keadaan damai sejahtera. Salah satu cara mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia antara lain dengan bertobat, back to basic, kembali setia melaksanakan dan mentaati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita baca dan renungkan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing; jika kita telah melupakannya atau melanggarnya, marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan bertobat atau memperbaharui diri. Kepada para pakar aneka tata tertib, aturan atau hukum kami harapkan tanpa takut dan gentar mengingatkan kita semua yang untuk lebih memahami aneka tata tertib, aturan atau hukum tersebut, tentu saja kami juga berharap kepada anda, para pakar, dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan aneka tata tertib tersebut. Marilah kita bekerjasama dan saling membantu dalam melaksanakan aneka tata tertib.

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa” (Mzm 96:1-3)

Selasa, 6 Desember 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ