“Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Yes 40:25-31; Mzm 103:1-4; Mat 11:28-30)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ambrosius adalah seorang uskup atau gembala umat yang sungguh mempersembahkan diri seutuhnya dalam melayani umat di wilayah keuskupannya. Ia senantiasa memberi kotbah dalam misa hari Minggu dan hari-hari raya, dan kotbahnya menarik serta mempesona umat karena ia sungguh mempelajari dan mendalami Kitab Suci, sehingga yang diajarkan atau dikotbahkan sesuai dengan isi Kitab Suci serta kemampuan para pendengar atau umatnya. Dengan kata lain ia sungguh berpastoral dengan baik sehingga menarik dan mempesona serta membuat kelegaan hati umatnya dan umatnya pun merasa ringan dan gembira hidupnya. “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”, demikian sabda Yesus, yang kiranya sungguh dihayati oleh Ambrosius dalam panggilan dan fungsinya sebagai gembala atau pelayan umat. Maka perkenankan di masa Adven ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang berperan atau berfungsi sebagai gembala atau pelayan umat maupun para pembantunya untuk meneladan semangat St.Ambrosius atau menghayati sabda Yesus hari ini. Dengan kata lain kami berharap kepada para gembala umat beserta para pembantunya untuk mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membuat kelegaan hati umat Allah, dan mereka dalam tugas atau pekerjaan atau fungsi apapun akan merasa ringan adanya. Maka baiklah para gembala umat beserta para pembantunya berusaha sedemikian rupa sehingga cara hidup dan cara berttindaknya mempesona dan menarik umat Allah maupun masyarakat, dan siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita atau kena dampak hidup dan tindakan kita semakin berharap, bergairah dan dinamis dalam hidup dan kerjanya. Masa Adven juga merupakan kesempatan untuk mawas diri, memperteguh dan mengembangkan keutamaan harapan.

· “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes 40:29-31), demikian kata-kata nabi Yesaya yang sungguh memberi dan membangkitan pengharapan. “Orang-orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpaman rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi letih”, inilah yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Kita semua menanti-nantikan Tuhan, menantikan kedatanganNya yang menyelamatkan dan membahagiakan. Hidup kita ini kiranya juga bagaikan penantian, dimana kita menantikan saat kematian kita atau sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan. Marilah kita hidup dan bertindak sebagai orang yang sungguh menantikan dengan penuh pengharapan. Karena yang kita nantikan adalah Tuhan, maka selayaknya kita berusaha agar kita layak berada di hadirat Tuhan atau bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan khusus. Tanda orang yang menantikan dengan penuh pengharapan antara lain mengadakan gerakan kebersihan, sebagaimana terjadi di kalangan masyarakat ketika menantikan kedatangan orang penting, terhormat dan terkenal, misalnya pejabat tinggi. Yang kita nantikan adalah Tuhan yang maha segalanya, maka selayaknya kita mengadakan usaha kebersihan secara menyuluruh, lebih-lebih dan terutama diri pribadi kita masing-masing. Apakah hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita sungguh bersih serta layak disebut sebagai ‘citra atau gambar Allah’? Jika tidak bersih marilah kita bersama-sama membersihkan diri. Bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam usaha pembersihan diri tidak akan mudah merasa lelah, lesu dan letih, melainkan senantiasa tetap bergairah, dinamis, enerjik dan gembira dalam situasi dan kondisi apapun.

“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat” (Mzm 103:1-4)

Rabu, 7 Desember 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ