Ignatius Joseph Kasimo Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

IJ Kasimo, tokoh Partai Katolik pada masanya adalah pribadi yang melawan perebutan kekuasaan. Ia juga antikorupsi, dan tidak ikut arus hedonisme.

Hal ini disampaikan Uskup Agung Medan Mgr A Sinaga saat membuka bedah buku IJ Kasimo Politik Bermartabat, di Medan, Sabtu (31/7). Menurut Sinaga, IJ Kasimo melakukan politik yang bermartabat. "Kami mendukung jika Kasimo akan dijadikan panutan," tutur Sinaga.

Sinaga juga mengatakan sudah bukan zamannya lagi mengatakan politik itu kotor, namun politik adalah jalan ketulusan, jalan untuk menyebarkan cinta dan menyejahterakan sesama.

Sinaga mengingatkan bahwa bangsa ini sedang sakit, dan membutuhkan tokoh-tokoh yang memiliki karater seperti Kasimo. Hadir dalam acara itu antara lain anggota DPD RI Sumut Parlindungan Purba, Kadis Pendidikan Sumut Saiful Safri mewakili Gubernur Sumut, dan sekitar seratusan peserta.

Para pembedah buku adalah St Sularto Wakil Pemimpin Harian Kompas, JB Sudarmanto, penulis buku, Taufik Damanik, Akademisi USU, Bernard Sinaga dari Yayasan IJ Kasimo Sumut, Zakaria Bangun dari USU. Acara dimoderatori Yohanes B Alamsyah, OSC.

Siaran pers BPN Forkoma-PMKRI yang ditandatangani ketuanya, Hermawi Taslim, menyatakan, ada sejumlah alasan mengapa Kasimo layak untuk gelar tersebut. Kasimo merupakan pejuang kemerdekaan yang berhasil menempatkan umat Katolik Indonesia menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, menghilangkan kecurigaan dan stigma negatif terhadap umat Katolik yang memiliki kesamaan kepercayaan dengan kolonial Belanda. Kasimo juga salah satu figur penting dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan, dengan tegar berhadapan langsung dengan Partai Katolik Belanda (Katholieke Volks Partij) yang merupakan partai yang berkuasa di Belanda pada saat itu.

Sebagai anggota Volksraad, Kasimo mendukung “Petisi Sutardjo” dan “pidato Muhammad Husni Thamrin” yang meminta kepada Ratu Belanda agar mempercepat proses kemerdekaan Hindia Belanda. Pada kesempatan yang sama, ia juga menyampaikan pidato di Volksraad yang intinya menegaskan kembali sikapnya terhadap percepatan kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, pada masa Pemerintahan Darurat DR Sukiman, sebagai salah seorang menteri, Kasimo bergerilya mempertahankan kedaulatan kemerdekaan, bahkan kantor DPP Partai Katolik yang dipimpinnya, yang semula di Solo dipindahkan ke Yogyakarta sebagai simbol penegasan atas keberpihakan terhadap Pemerintah Indonesia yang ada di pengasingan (Yogyakarta).

Kasimo, dalam hampir sepanjang usianya, mengabdi untuk kepentingan kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat, mulai dari menjalani profesi guru, menjadi anggota Volksraad, anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), anggota DPR RI, beberapa kali menjabat sebagai menteri, anggota DPA RI, dan terakhir sebagai anggota Komisi 4 Tim Pemberantasan Korupsi.

Menurut BPN Forkoma-PMKRI, sebagai pejuang dan tokoh pluralisme, Kasimo sesungguhnya sudah lama menjadi pahlawan di hati sebagian masyarakat Indonesia, khusus umat Katolik yang telah menjadikannya sebagai Bapak Politik Awam. Ia juga merupakan satu-satunya awam Katolik Indonesia yang mendapat penghargaan tertinggi berupa bintang Ordo Gregorious Agung dari Vatikan.

Upacara penganugerahan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara. Gelar pahlawan nasional diterima oleh ahli waris Kasimo ialah I.M. Wartono. Selain almarhum Kasimo, ada enam orang lagi yang dianugerahi gelar pahlawan nasional, antara lain almarhum Idham Chalid serta almarhum Sri Susuhunan Paku Buwono X, almarhum Syafruddin Prawiranegara

Sumber: Kompas.com