HOMILI: Hari Minggu Adven I (Yes 63:16b-17; 64:1.3b-8; Mzm 80:15-16.18-19; 1Kor 1:3-9; Mrk 13:33-37)

Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta”

Ketika saya mendapat berita bahwa ibu/simbok saya yang telah lansia tidak mau makan dan sulit minum lagi, maka saya sering menengoknya dan pada suatu haripun kami, anak-anak, berempat, berkumpul untuk berdoa serta memberi sakramen minyak suci. Kami sadar bahwa simbok saya tidak lama lagi akan segera dipanggil Tuhan, maka kepada kakak saya yang ada di rumah saya berharap dapat menemani simbok. Sepanjang malam sampai pagi hari, pada saat simbok dipanggil Tuhan, kakak saya perempuan dan adik saya menunggui atau menemani simbok. Mereka berdua katanya menemani sampai kurnang lebih pukul 04.30 pagi, pada jam ini kakak perempuan saya pergi ke dapur untuk memasak dan adik saya nonton TV, dengan kata lain simbok sendirian saja. Kurang lebih pk 05.40 adik saya menengok simbok dan ternyata telah dipanggil Tuhan. Sepanjang malam berjaga-jaga dengan harapan dapat menemani simbok ketika dipanggil Tuhan, ternyata meleset, itulah yang terjadi. Tugas berjaga-jaga memang diharapkan senantiasa berada dalam kesiap-siagaan. Memasuki tahun baru liturgi, masa adven, ini kita diajak untuk mawas diri perihal ‘berjaga-jaga’, maka marilah kita renungkan sabda hari ini. Secara kebetulan juga hari Minggu Adven I/tahun baru liturgi ini juga Tahun Baru Hijriah (1 Suro)

Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta” (Mrk 13:35)

Orang yang berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat wal’afiat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Seorang yang bertugas sebagai penjaga malam untuk menjaga keamanan kantor, wilayah/perumahan dst.. harus dalam keadaan sehat wal’afiat agar dapat berjaga semalam suntuk. Selama kurang lebih empat minggu kita diajak untuk mempersiapkan diri atau berjaga-jaga dalam rangka menyambut kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia, hari Natal. Pada umumnya di lingkungan Gereja Katolik (di paroki, di wilayah/stasi, lingkungan) diselenggarakan pendalaman iman Adven, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan-lingkungan selama masa Adven ini. Sekiranya tidak mungkin berpartisipasi dalam lingkungan karena berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, baiklah di dalam keluarga diselenggarakan pendalaman iman atau doa bersama.

Berjaga-jaga di sini kiranya lebih diharapkan secara spiritual daripada material, rohani daripada jasmani. Dengan kata lain kita diharapkan mengusahakan kebersihan atau kesucian jiwa, hati dan pikiran kita, sehingga layak menyambut kelahiran Penyelamat Dunia. “Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” (Mrk 13:37), demikian sabda Yesus. Memang sabda ini kiranya juga dapat ditafsirkan agar kita semua siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kemudian hidup mulia dan berbahagia selama di sorga. Kami percaya kita semua mendambakan setelah meninggal dunia nanti segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga, maka marilah kita wujudkan dambaan kita dengan penuh harapan.

Keutamaan harapan itulah yang hendaknya kita refleksikan, usahakan dan perdalam selama masa Adven ini. Cirikhas orang yang berpengharapan antara lain: ceria/gembira, dinamis, cekatan, kerja keras serta melakukan lakutapa atau matiraga. Kita semua mengharapkan rahmat kegembiraan dan kebahagiaan sejati, hidup selamat dan damai sejahtera; dan itulah inti rahmat Natal yang kita nantikan atau harapkan. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur dengan penuh harapan. Perkenankan saya mengangkat masalah lakutapa atau matiraga sebagai salah satu nilai yang harus dihayati orang yang berpengharapan. Salah satu tujuan lakutpa atau matiraga adalah untuk memperoleh rahmat yang didambakan dari Tuhan, dan rahmat yang kita dambakan adalah damai sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani. Matiraga berarti mengendalikan gerak seluruh anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak pernah melakukan dosa atau mengurangi apa yang biasa. Dengan kata lain wujud matiraga dapat berupa tindakan-tindakan baik atau pengumpulan harta benda atau uang sebagai pengurangan keperluan atau kebutuhan biasa kita, yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Aksi Adven secara nyata itulah yang hendaknya kita lakukan.

Kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” (1Kor 1:7-9)

Kita semua telah menerima karunia dari Tuhan secara melimpah ruah: hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah karunia Tuhan yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan aneka cara dan bentuk. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus bahwa “kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya”. Maka kami harapkan kita tidak mensia-siakan aneka karunia Tuhan yang telah kita terima sampai kini.

Marilah kita fungsikan aneka karunia untuk mengusahakan dan menjaga agar kita ‘tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus’. Marilah kita mawas diri perihal relasi kita dengan Tuhan, sesama manusia, aneka ciptaan lainnya maupun dengan lingkungan hidup kita. Apakah kita tetap berrelasi baik dan benar, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita tidak pernah mengecewakan atau menyakiti Tuhan, sesama, ciptaan lainnya maupun lingkungan hidup kita? Apakah cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berkenan di hati Tuhan dan saudara-saudari kita sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan saudara-saudari kita, apakah kita menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang baik?

Kita semua menyongsong atau menantikan hari-hari pesta atau kenangan yang sarat dengan persaudaraan atau perdamaian sejati, antara lain Hari Solidaritas Nasional tgl 20 Des, Hari Natal tgl 25 Des dan Hari Perdamaian Sedunia tgl 1 Januari, maka marilah kita siapkan diri kita sebaik mungkin sehingga kita layak berpartisipasi dalam perayaan-perayaan atau kenangan-kenangan tersebut. Kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup sehari-hari kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita saling meneguhkan dalama usaha membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Kita renungkan sapaan Yesaya ini:Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!” (Yes 63:16-17)

Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu” (Mzm 80:15-16.18-19)


Minggu, 27 November 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ