"Aku akan datang menyembuhkannya." (Yes 2:1-5; Mzm 122:1-5; Mat 8:5-11)

“Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga” (Mat 8:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Penyelamat Dunia yang akan datang serta kita nantikan akan menyelamatkan dunia atau menyembuhkan orang-orang sakit atau mengampuni dan menebus orang-orang berdosa. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk meneladan perwira yang dengan rendah hati mohon kepada Yesus untuk datang ke rumahnya guna menyembuhkan hambanya yang sedang menderita sakit. Atau ada kemungkinan kita sendiri juga sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakitt tubuh; jika demikian adanya marilah dengan rendah hati pula mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Tuhan. “Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai”, demikian sabda Yesus. Kesadaran dan penghayatan beriman hemat saya identik dengan kesadaran dan penghayatan berdosa; semakin beriman berarti semakin menyadari dan menghayati kedosaan, kehinaan dan kelemahannya. Kita sambut atau songsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan mawas diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh yang membutuhkan pengampunan dan peneguhan, sehingga kita juga layak untuk berpartisipasi dalam kedatangan-Nya sebagai Penyelamat Dunia. Marilah belajar dari sang perwira yang menghadap Yesus dengan penuh harapan mohon penyembuhan. Maka hendaknya dengan penuh harapan kita hayati hidup iman kita, yaitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan mentaati dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita, maka marilah dengan gairah dan cekatan kita laksanakan tata tertib tersebut, jika kita mendambakan terbebas dari dosa, sehat wal’afiat baik secara phisik maupun spiritual.

· "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.” (Yes 2;3), demikian tanggapn suku bangsa, umat terpilih setelah mendengar firman Tuhan melalui nabi Yesaya. Yang dimaksudkan dengan ‘gunung Tuhan’ adalah tempat suci, dan memang puncak gunung sering menjadi tempat suci, dimana orang dapat menimba macam-macam pengajaran yang baik guna menempuh perjalanan hidup menuju ke Tuhan. Pada masa adven ini kita diajak dan diingatkan untuk sering ke tempat suci, atau mungkin juga kita dapat membaca Kitab Suci setiap hari guna menyegarkan dan memperbaharui iman kita, sehingga kita semakin beriman, berharap dan berkasih-kasihan. Jalan yang terbaik menuju Tuhan adalah hidup dengan penuh iman, harapan dan cintakasih alias kita sungguh melaksanakan tugas pengutusan kita dengan kerja keras dan bergairah; melaksanakan tugas sebesar atau sekecil apapun dengan cintakasih yang besar. Hidup saling mengasihi satu sama lain merupakan tanda bahwa kita hidup di jalan Tuhan.

“ Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel.Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud.” (Mzm 122:1-5)

Senin, 28 November 2011


Romo Ign Sumarya, SJ