“Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mal 3:13-4:2a; Mzm 1:1.2.3.4.6; Luk 11:5-13)


“Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:5-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Romo, maaf mengganggu acara Romo ya…”, demikian sapaan pertama via tilpon kepada saya di seberang sana. “Lho jadi pastor khan tugas utamanya diganggu”, demikian tanggapan saya secara spontan. Sementara itu sering kita dengar ketika ada permintaan tolong dari seseorang, yang dimintai tolong dengan segera memberi jawaban: “Ya, nanti kalau ada waktu saya tolong”. Tanggapan macam ini hemat saya menunjukkan bahwa yang bersangkutan begitu pelit dan sulit memberi bantuan kepada yang lain, dan sekiranya memberi bantuan pun yang diberikan adalah sisa-sisanya alias membuang sampah serta melecehkan sesamanya. Kita senantiasa telah memperoleh apa yang terbaik bagi kita dari Allah, yang secara konkret juga telah kita terima dari mereka yang mengasihi dan memperhatikan kita, terutama orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Dan secara khusus kiranya kita juga telah menerima anugerah Roh Kudus dari Allah yang menjadi nyata dalam nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang sangat berguna bagi hidup, panggilan dan tugas perutusan kita, antara lain iman, harapan dan cinta kasih. Maka marilah dalam hidup sehari-hari, dalam pergaulan, pekerjaan, pelayanan dan kesibukan, kita senantiasa memberikan apa yang terbaik tersebut, iman, harapan dan cintakasih kepada sesama dan saudara-saudari kita, sehingga baik kita sendiri maupun sesama kita semakin beriman, berharap dan saling mengasihi. Secara konkret hendaknya sapaan, sentuhan atau pemberian dalam bentuk harta benda kepada sesama dan saudara-saudari kita hendaknya yang membuat mereka semakin beriman, berharap dan mengasihi baik kepada Tuhan maupun sesamanya. Untuk itu dari pihak kita yang memberi memang dibutuhkan pengorbanan, sebagaimana Bapa telah ‘mengorbankan Putera Tunggal-Nya’ demi keselamatan dan kebahagiaan dunia, umat manusia.

· “Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia” (Mal 3:17). Kutipan ini layak menjadi permenungan dan refleksi kita semua. Kita adalah anak-anak kesayangan Tuhan dan Tuhan senantiasa mengasihi kita terus menerus, tiada henti sampai mati. “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (Ef3:18), demikian sapaan kasih Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua. Kasih Allah kepada kita melalui Yesus begitu panjang, lebar dan dalam serta tak terkuasai oleh akal budi, dan kiranya hanya dapat dinikmati oleh hati yang mengasihi, hati yang siap sedia disakiti karena cinta seperti Hati Yesus yang ditusuk dengan tombak dan mengalirkan darah dan air, rahmat yang menghidupkan dan menyegarkan. Kita semua dipanggil untuk memiliki hati yang demikian itu, dimana dari hati kita keluar atau menghasilkan buah-buah Roh yang menghidupkan dan menyegarkan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Rasanya buah Roh macam itu telah kita terima dari Allah melimpah ruah melalui sesama kita, terutama bapak-ibu atau orangtua kita masing-masing, sehingga kita dalam keadaan sehat, segar dan bugar seperti saat ini. Marilah kita teruskan dan sebarluaskan buah-buah Roh tersebut kepada sesama dan saudara kita dimanapun dan kapanpun juga, sehingga dunia dan bumi seisinya ini selamat, aman, tenteram dan damai


“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mzm 1:1-3)

Kamis, 6 Oktober 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ