“Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia” (1Tim 6:2c-12; Mzm 49:6-10; Luk 8:1-3)


“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (Luk 8:1-3), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Kornelius, Paus, dan St.Siprianus, Uskup, hari inin saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Terpanggil sebagai rasul berarti berpartisipasi dalam ‘memberitakan Injil Kerajaan Allah’ , kabar gembira atau apa-apa yang menggembirakan dan menyelamatkan, terutama jiwa manusia. Hari ini kita kenangkan St. Kornelius dan St. Siprianus, Paus dan Uskup, yang tidak lain adalah penerus tugas para rasul. Mereka berbeda jabatan atau fungsi dan juga berjauhan tempat tinggal dan tugas, namun kita kenangkan bersama-sama, yang mengingatkan kita semua yang memiliki tugas merasul ataumissioner agar melaksanakan tugas bersama-sama, bergotong-royong, saling membantu satu sama lain. Kebersamaan para rasul juga didukung oleh para perempuan yang ‘melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka’. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: sejauh mana kita, tanpa pandang bulu, berpartisipasi dalam kerasulan serta bekerjasama satu sama lain? Kami berharap kepada semuanya untuk berpartisipasi dalam tugas merasul, mewartakan kabar baik, sesuai dengan kemampuan dan kesempatan serta kemungkinan yang dimilikinya. Bukan besar atau hebatnya perbuatan atau tindakan yang utama, melainkan yang utama dan pokok adalah dalam kasih melakukan apapun bagi orang lain. Perbuatan atau tindakan sederhana dalam dan dengan kasih yang besar itulah yang hendaknya menjadi opsi atau perhatian kita semua dalam melaksanakan tugas merasul atau karya missioner. Secara khusus kami berharap kepada segenap gembala umat, entah pastor atau uskup, untuk bekeerjasama dalam melaksanakan tugas dan panggilannya, tidak sendiri-sendiri. Tentu saja secara konkret kami berharap kepada rekan-rekan pastor, entah yang berkarya dalam pastoralparoki, social maupun pendidikan untuk menjadi teladan kerjasama dalam merasul bagi segenap umat Allah.

• “Engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi” (1Tim 6:11-12), demikian ajakan Paulus melalui Timotius kepada kita semua segenap Umat Allah atau Umat Beriman. Kita diajak untuk berpartisipasi dalam pertandingan iman yang benar dan perebutan hidup kekal, antara lain dengan mengejar atau mengusahakan ‘keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan’. Silahkan anda pilih sendiri keutamaan mana dari enam keutamaan di atas ini yang sesuai dengan situasi anda sendiri maupun lingkungan hidup anda, yang mendesak atau up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Pertama-tama tentu saja ibadah kita kepada Tuhan harus kita tingkatkan dan perdalam, tidak hanya secara liturgis saja, tetapi juga menjadi nyata dalam cara hidup dan bertindak, artinya menghayati tugas belajar atau bekerja bagaikan sedang beribadah. Selanjutnya mungkin saya angkat kesabaran dan kesetiaan. “Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah”, sedangkan “setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan da atas kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kita semua juga diingatkan untuk memberantas dan menjauhkan diri dari aneka bentuk percekcokan atau permusuhan serta kebencian. Maka kepada mereka yang masih saling cekcok, bermusuhan maupun membenci untuk segera berdamai dan bersahabat kembali. Untuk itu hendaknya dihayati apa yang sama antar kita secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda antar kita akan fungsional untuk memperdalam dan meneguhkan kebersamaan atau persaudaraan. Hendaknya jangan membesar-besarkan apa yang berbeda antar kita.

“Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku, mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -- supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur” (Mzm 49:6-10)


Jumat, 16 September 2011


Romo Ign Sumarya, SJ