"Ia memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul" (Kol 2:6-15; Mzm 145:8-11; Luk 6:12-19)

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya." (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dipilih, dikumpulkan untuk bersama dengan dan mengikuti Yesus serta kemudian disebar-luaskan, itulah jati diri seorang rasul. Jabatan dan fungsi rasul pada masa kini ada pada para gembala/uskup kita, yang dinilai paling baik dan suci di wilayah keuskupannya karena kita imani telah menerima anugerah Roh Kudus secara khusus. Dalam Kitab Hukum Kanonik dikatakan bahwa calon uskup hendaknya memiliki kecakapan-kecakapan seperti: (1) "unggul dalam iman yang teguh, moral yang baik, kesalehan, perhatian pada jiwa-jiwa, kebijaksanaan, kearifan dan keutamaan-keutamaan manusiawi, serta memiliki sifat-sifat lain yang cocok untuk melaksanakan jabatan tersebut, (2) mempunyai nama baik, dst." (KHK kan 378). Sebagai umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, kita juga memiliki tugas rasuli, maka marilah kita juga berusaha untuk memiliki kecakapan-kecakapan di atas. Mungkin yang baik kita usahakan bersama-sama adalah "mempunyai nama baik", artinya dimanapun dan kapanpun kita dikenal sebagai pribadi yang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Hemat saya kita akan menjadi baik jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain, tidak pernah saling menyakiti atau melecehkan sedikitpun, melainkan senantiasa saling membahagiakan dan menyelamatkan.

· "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kol 2:6-7). "Hendaklah kamu bertambah dalam iman dan hendaklan hatimu melimpah dengan syukur" inilah yang sebaiknya kita renungkan dan hayati. Iman adalah anugerah Tuhan, maka jika iman kita semakin bertambah, tangguh dan handal serta kuat kiranya tak pernah terlepas dari karya Tuhan. Dari pihak kita dituntut untuk membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh terhadap aneka sentuhan dan sapaan Tuhan melalui aneka macam perbuatan baik dari saudara-saudari kita. Dengan kata lain dari pihak kita dituntut untuk senantiasa siap sedia berubah, bertumbuh dan berkembang; tidak berubah akan ketinggalan zaman. Marilah kita lihat dan hayati aneka pertambahan dan perubahan dalam diri kita menjadi semakin baik, beriman atau suci sebagai anugerah Tuhan. Kita juga dipanggil untuk senantiasa hidup penuh syukur, karena kita telah menerima anugerah Tuhan secara melimpah ruah. "Saat sukses kita bersyukur, saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan sejati ada di dalam rasa bersyukur" (Andrie Wongso). Yang mungkin sulit dihayati kiranya "saat gagal pun kita bersyukur". Mengapa saat gagal pun kita harus bersyukur? Ketika kita mengalami kegagalan berarti kita diingatkan akan keterbatasan dan kerapuhan kita seraya diajak untuk lebih mengimani Tuhan, lebih mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan daripada mengandalkan pada diri sendiri. Bukankah hal itu merupakan pewahyuan khusus dalam kegagalan? Beriman berarti menyadari dan menghayati diri sebagai orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan-Nya, sehingga jika ada yang baik, luhur, mulia dan indah dalam diri kita merupakan anugerah Tuhan yang mendorong dan mengajak kita untuk hidup dengan penuh syukur dan terima kasih. Marilah kita saling bersyukur dan berterima kasih satu sama lain.

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu." (Mzm 145:8-11)

Selasa, 6 September 2011


Romo Ign Sumarya, SJ


Note: banyak terima kasih atas doa dan kehadiran anda sekalian dalam pemakamam simbok/ibu saya hari Minggu, 4 September 2011.

Ign Sumarya SJ atas nama dua kakak saya dan adik saya