"Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?" (Kol 1:21-23; Mzm 54:3-4.6.8; Luk 6:1-5)

“Pada suatu hari Sabat Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan peringatan wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Paus adalah penerus Yesus, Gembala Utama, yang bertugas untuk menggembalakan seluruh umat Allah di dunia. Sebagaimana dihayati oleh Yesus, yang minta bantuan para murid-Nya dalam melaksanakan tugas pengutusan-Nya, demikian juga Paus dibantu para kardinal, uskup, imam, biarawan-biarawati, kaum awam, dst... dalam menggembalakan umat Allah. Maka marilah kita semua ,yang terpanggil untuk membantu fungsi penggembalaan Paus, menanggapi sabda Yesus “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”. Di lingkungan hidup maupun kerja kita kiranya masih cukup banyak orang yang lapar dan haus, entah secara phisik maupun spiritual, maka marilah kita dengan besar hati berkorban untuk membantu mereka; marilah kita bagikan kekayaan kita kepada mereka. Bagi yang kaya akan harta benda atau uang hendaknya menyisihkan sebagian kekayaannya untuk disumbangkan bagi mereka yang sungguh membutuhkan, sedangkan bagi yang kaya akan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan, keterampilan atau pengetahuan, hendaknya berani meluangkan waktu dan tenaga untuk membagikannya kepada mereka yang lapar dan haus akan nilai, keutamaan, keterampilan maupun pengetahuan. Pada dasarnya sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial, ‘to be man or woman with/for others’, maka marilah kita hayati dan wujudkan jati diri kita ini dengan bermurah hati dan berbelas-kasih bagi mereka yang lapar dan haus. Jauhkan aneka bentuk egois yang akan mencelakakan kita, dan hendaknya anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dibina dan dididik untuk sosial terhadap saudara-saudarinya atau teman-temannya, dengan teladan konkret dari orangtua masing-masing.

• “Kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.” (Kol 1:23), demikian saran Paulus kepada umat di Kolose. Marilah saran ini kita renungkan atau refleksikan. Sebagai orang beriman kita diharapkan ‘bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang’. Memang pada masa kini cukup banyak rayuan atau tawaran berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi, yang menggerogoti iman kita serta dapat melumpuhkan iman kita. Sebagai contoh adalah rayuan atau tawaran berupa uang; kiranya cukup banyak orang menjadi rapuh atau lemah imannya karena uang. Uang memang dapat menjadi jalan ke neraka atau jalan ke sorga, dan sebagai umat beriman kita diharapkan memfungsikan uang sebagai jalan ke sorga. Maka baiklah kita jujur dan transparan dalam menggunakan uang, sesuai dengan pedoman ‘intentio dantis’ (=maksud pemberi), tentu saja maksud di sini adalah maksud yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang bertugas untuk mengurus atau mengelola uang dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk ‘tetap teguh dan tidak tergoncang’ dalam menghadapi aneka rangsangan, rayuan atau tawaran untuk korupsi. Kami berharap kepada mereka yang berkarya di lingkungan Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan dapat menjadi teladan dalam keteguhan dan ketekunan iman, sehingga tidak melakukan korupsi sedikitpun. Kemerosotan moral yang masih terus terjadi di hampir semua bidang kehidupan bersama masa kini hemat saya antara lain disebabkan kerapuhan iman mereka yang berkarya di dalam lingkungan Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan. Ingat dan sadari bahwa para koruptor pernah bersekolah dan mengaku beragama, yang berarti terjadi kerapuhan iman dalam pengelolaan atau pengurusan sekolah maupun agama.

“Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku” (Mzm 54:3-4.6)


Sabtu, 3 September 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ