"Apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" (Za 8:20-23; Mzm 87:1-7; Luk 51-56)

“Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.” (Luk 9:51-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Beerrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Vinsensius de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Setia pada hidup beriman atau beragama tidak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan atau masalah, entah itu bersifat vocal atau fisik. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus mengarahkan pandangan-Nya serta murid-murid-Nya ke Yerusalem, yan berarti harus melewati daerah orang-orang Samaria yang memusuhiNya, dengan kata lain harus berhadapan dengan orang-orang yang akan mempersulit atau menghambat perjalananNya. Menuju ke Yerusalem berarti memenuhi kewajiban, tugas atau perutusan dengan paripurna. Kita semua kiranya mendambakan pemenuhan penghayatan iman kita atau dambaan, kerinduan dan cita-cita yang baik. Ada godaan ketika sedang berusaha mewujudkannya menghadapi orang-orang yang mempersulit atau menghambat maka kita akan berdoa “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” . Tantangan, hambatan atau masalah yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan merupakan wahana atau jalan menuju kesempurnaan hidup beriman, terpanggil atau terutus, maka hendaknya dihadapi dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu menghadapi dan mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah tersebut. St. Vinsensius de Paul yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat menjadi teladan dalam menghadapi tantangan, masalah dan hambatan, terutama dalam pelaksanaan tugas pengutusan untuk memperhatikan dan melayani mereka yang miskin dan berkekurangan. Entah mereka miskin dan berkeurangan secara phisik, social, psikis, emosional, intelektual maupun spiritual, marilah kita perhatikan.

• “Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Masih akan datang lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota. Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi!” (Za 8:20-21). “Mencari Tuhan semesta alam”, itulah kiranya dambaan atau kerinduan semua umat beriman atau beragama yang baik dan benar. Tuhan hadir dan berkarya terus menerus dalam seluruh ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya, dan karyaNya dalam diri manusia antara lain dapat menjadi nyata dalam kehendak baik. Saya percaya bahwa orang yang berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat atau tidak baik, dan yang berkehendak tidak baik hanya sedikit atau segelintir saja. Maka marilah kita cari Tuhan dalam diri sesama kita yang berkehendak baik, dengan kata lain marilah kita saling membagikan kehendak baik kita untuk disinerjikan dalam rangka menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita bergotong-royong, saling menolong dan mendukung dalam penghayatan iman serta pencarian Tuhan.
“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, demikian kata sebuah pepatah. Kita sama-sama beriman dan beragama alias percaya kepada Tuhan, sama-sama ber-Tuhan, maka marilah kita perdalam dan teguhkan kebersamaan kita sehingga terjadilah kesatuan hidup yang handal, mempesona dan menarik. Kita hayati apa yang sama di antara kita sehingga apa yang berbeda akan fungsional untuk memperdalam dan memperkembangkan persatuan. Para suami-isteri, laki-laki dan perempuan, yang berbeda satu sama lain kiranya memiliki pengalaman bahwa perbedaan tidak menjadi hambatan untuk bersahabat dan bersatu, maka kami berharap pengalaman tersebut diperdalam dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, beriman dan beragama. Tuhan kita adalah Tuhan semesta alam, maka selayaknya kita berusaha agar semua yang ada di alam raya ini bersatu dan bersahabat satu sama lain, terutama manusia, ciptaan terluhur dan termulia di alam raya ini.

“Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.” (Mzm 87:1-3)


Selasa, 27 September 2011


Romo Ign Sumarya, SJ