“Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” (Yer. 1:17-19; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mrk. 6:17-29)

“Memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.” (Mrk 6:17-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Yohanes Pembaptis hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Mereka yang memiliki jabatan strategis dalam hidup dan kerja bersama, entah dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara maupun menggereja, sering dengan mudah memanfaatkan kuasa atau wewenangnya untuk melakukan korupsi alias merampas hnk orang lain seenaknya. Itulah yang juga dilakukan oleh Herodes, raja, yang gila harta benda, jabatan dan kehormatan duniawi, merampas isteri saudaranya. Memang orang yang berkedudukan dan kaya akan harta benda sering dengan mudah untuk menyeleweng dan berselingkuh. Hari ini kita kenangkan St. Yohanes Pembaptis, yang dengan berani menegor Herodes, karena ia merampas isteri saudaranya. Sikap mental kenabian itulah yang hendaknya kita hayati sebagai orang beriman, meneladan St. Yohanes Pembaptis. Bentuk perampasan hak orang lain pada masa kini yang sungguh memprihatinkan ialah korupsi. Korupsi adalah tindakan pembusukan hidup bersama, maka masyarakat, bangsa atau Negara yang masih sarat dengan korupsi berarti busuk alias tidak sedap. Marilah kita hayati panggilan kenabian kita dengan tidak melakukan korupsi sedirkitpun berani memberantas korupsi dalam lingkungan hidup dan kerja kita. Memang untuk itu ada kemungkinan kita akan dibenci atau disingkirkan seperti Yohanes Pembaptis. Sekali lagi saya ingatkan dan ajak para pengelola dan pelaksana pendidikan di sekolah untuk memberlakukan ‘dilarang menyontek dalam ulangan maupun ujian’ bagi para peserta didik. Menyontek merupakan pendidikan korupsi, maka membiarkan para peserta didik berarti mendidik atau melatih mereka untuk berkorupsi alias melanggengkan korupsi yang masih marak pada masa kini. Sungguh memprihatinkan bahwa mereka yang berjanji untuk melayani dan memperjuangkan rakyat melakukan korupsi, seperti para anggota DPR maupun para pejabat pemerintah. Departemen Agama dan Departemen Pendidikan, yang seharusnya membina rakyat agar berbudi pekerti luhur, juga tak lepas dari korupsi, atau bahkan jika dicermati secara teliti hemat saya di dalam dua departemen inilah tindakan korupsi yang paling besar

• “Engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!” (Yer 1:17), demikian firman Tuhan kepada Yeremia. Yeremia adalah nabi, tugas dan panggilan seorang nabi adalah meneruskan atau menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diterima dari Allah alias menjadi ‘corong/suara kehendak Allah’. Kehendak Allah dalam hidup dan kerja kita sehari-hari antara lain diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing,maka marilah kita hayati atau laksanakan tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan pribadi kita dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga. Pertama-tama dan terutama saya pribadi harus menjadi saksi penghayatan tata tertib, sehingga layak disebut sebagai pribadi tertib, jujur dan disiplin dalam hidup dan kerja. Jika saya demikian adanya maka saya tidak akan takut dan tidak gentar untuk menyuarakan kebenaran-kebenaran, mengingatkan saudara-saudari kita akan taat dan setia pada tata tertib. Sekali lagi saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anak untuk tertib, jujur dan disiplin dalam hidup sehari-hari, dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua atau bapak-ibu sendiri. Bapak-ibu hendaknya menjadi teladan kesetiaan pada janji perkawinan, dengan setia saling mengasihi satu sama lain, baik dalam sehat maupun sakit, untung atau malang
sampai mati.

“Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik” (Mzm 71:1-4a)


Senin, 29 Agustus 2011


Romo Ign Sumarya, SJ