"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" ( Yos 24:1-13; Mzm 136:1-3.16-18.21-22.24; Mat 19:3-12)

"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Jumlah perceraian perkawinan di Indonesia terus meningkat; kebanyakan terjadi di kalangan mereka yang suka bepergian, entah karena tugas atau hobby, misalnya para artis, buruh, pegawai kantor atau perusahaan yang sering tugas luar, dst.. Para artis karena menjadi idola atau pujaan para penontonnya dengan mudah tergoda untuk jatuh cinta lagi sehingga bercerai dengan pasangannya, sedangkan para buru karena begitu lama berpisah dengan pasangannya karena merantau di luar pulau atau luar negeri menjadi TKI juga dengan mudah tergoda untuk berselingkuh dan akhirnya kawin lagi serta menceraikan pasangan yang ditinggalkannya. "Karena ketegaran hati" , orang mudah bercerai dan kawin lagi. Sabda Yesus hari ini mengingatkan para suami-isteri atau mereka yang menikah untuk setia pada janjinya, sebagaimana dijanjikan ketika mengawali hidup baru sebagai suami-isteri akan "saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati". "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Godaan-godaan hidup perkawinan masa kini memang cukup banyak, sekilas jika mengikuti godaan nampak lebih menguntungkan, padahal untuk selamanya akan merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Aneh memang sering saya dengar katanya tidak ada kecocokan antar suami-isteri atau tidak saling mengasihi, padahal telah dianugerahi anak oleh Tuhan. Bukankah anak adalah buah saling mengasihi dengan segenap hati, segenap budi, segenap jiwa dan segenap tubuh/kekuatan?

· "Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya"(Yos 24:12-13), demikian kutipan firman Tuhan kepada bangsa terpilih. Marilah kutipan ini kita renungkan atau refleksikan bagi kita semua yang telah terpilih, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster atau pelajar dan pekerja. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa pasangan hidup anda adalah anugerah Tuhan, panggilan hidup imamat atau membiara adalah anugerah Tuhan, demikian juga tugas sebagai pelajar maupun pekerja/pegawai. Hayatilah anugerah tersebut bersama Tuhan artinya dengan mentaati dan melaksanakan janji-janji yang telah diikrarkan!. Kesetiaan pada janji akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan. Untuk mendukung kesetiaan adalah perawatan; memang kebanyakan orang lemah dalam hal merawat. Membeli barang baru bergairah, mencari pasangan hidup bergairah, mencari tempat belajar atau bekerja bergairah, dst.. tetapi merawat barang, pasangan hidup maupun tugas yang memang sarat dengan masalah, tantangan dan hambatan, kebanyakan orang mudah berputus asa. Marilah kita perdalam dan tingkatkan budaya merawat atau mengelola dengan baik dalam hidup dan kerja kita setiap hari.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mzm 136:1-3)


Jumat, 12 Agustus 2011

Romo Ign Sumarya, SJ