“Celakalah kamu hai ahli Taurat dan orang Farisi” (1Tes 1:2b-5.8b-10; Mzm 149:1-2,3,4,5-6a, 9b; Mat 23:13-22)

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.” (Mat 23:13-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Perawan Maria, Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Cirikhas orang Farisi dan ahli Taurat antara lain kurang melaksanakan apa yang mereka ajarkan atau mereka ketahui, dengan kata lain kurang dalam penghayatan dan unggul dalam omongan maupun teori. Sedangkan keutamaan Bunda Maria antara lain kebalikannya, yaitu ‘mendengarkan dan merenungkan dalam hati apa yang didengarkan’, dengan kata lain mendengarkan dan kemudian melaksanakan apa yang didengarkan. Maka mengikuti cara hidup dan cara bertindak orang Farisi maupun ahli Taurat pasti akan celaka, sebaliknya mengikuti atau meneladan cara hidup dan cara bertindak Bunda Maria akan selamat, bahagia dan damai sejahtera. Kalau pada hari ini kita diajak untuk mengenangkan SP Maria sebagai Ratu kiranya berarti kita diajak untuk meneladan cara hidup dan cara bertindaknya. Marilah kita perdalam dan teguhkan keutamaan ‘mendengarkan dan melakukan’ dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Menghayati dua keutamaan ini butuh kerendahan hati dan pengorbanan diri disertai kesiap-sediaan hati, jiwa, akal budi dan tubuh untuk senantiasa siap diperbaharui atau dirubah, sebagaimana juga dihayati oleh SP Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38). Mendengarkan dan melakukan apa yang didengarkan erat sekali dengan keutamaan ketaatan, sebagaimana dihayati oleh SP Maria dengan tanggapannya “jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Maka marilah kita hayati keutamaan ketaatan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Kita taati dan laksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

· “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.” (1Tes 1:2-4), demikian ungkapan iman Paulus kepada umat di Tesalonika. Kami berharap kita meneladan Paulus dengan saling mengungkapkan iman satu sama lain, artinya secara konkret salinmemperlihatkan keimanan saudara-saudari kita kepada yang bersangkutan alias melihat kebaikan-kebaikan saudara-saudari kita. Marilah dengan rendah hati kita lihat dan angkat ‘pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan’ yang dihayati oleh saudara-saudari kita serta saling mendukung agar kita semua juga sungguh tekun dalam ketika keutamaan utama ‘iman, kasih dan pengharapan’. Dari ketiga keutamaan ini yang terbesar adalah kasih, maka marilah kita saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu atau SARA. Kasih pertama-tama dan terutama harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku bukan dalam omongan atau wacana. Maka hendaknya perbuatan sekecil apapun dilaksanakan dalam dan oleh kasih; bukan besarnya tugas yang utama, melainkan kasih yang menjiwai tugas. Laksanakan perbuatan seperti menyapu, mengepel, membukakan pintu, dst..dalam dan oleh kasih.

“Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” (Mzm 149:1-4)


Senin, 22 Agustus 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ