“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku” (Kel 3:13-20; Mzm 105:1.5.8-9.24-27; Mat 11:28-23)


“ Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ada orang yang mudah mengeluh dan menggerutu ketika harus melaksanakan tugas berat dan sarat dengan tantangan, padahal apa yang harus dilaksanakan penting sekali untuk kehidupan bersama. Padahal seberat apapun beban pekerjaan yang diserahkan kepada kita dan harus kita kerjakan jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus tidak ada apa-apanya. Ia disiksa sampah berdarah dan kemudian memikul salib berat serta kemudian disalibkan tidak pernah mengeluh atau menggerutu, bahkan di dalam penderitaanNya Ia menghibur mereka yang menangisiNya. Memang kita tidak sama dengan Yesus, tetapi sebagai orang yang percaya kepadaNya, marilah kita belajar dari Dia. Maka ketika merasa memikul beban pekerjaan berat pandanglah dengan sepenuh hati Ia yang tergantung di kayu salib, maka kami yakin anda akan memperoleh kekuatan dan penghiburan serta dengan demikian beban pekerjaan seberat apapun ringan adanya, nikmat dan enak untuk dikerjakan. Jika tidak ada salib di depan anda, jangan lupa membuat tanda salib sebelum mulai mengerjakan beban berat tersebut, sebagaimana dilakukan oleh para pemain sepak bola klas dunia, yang sering kita saksikan sebelum memulai main sepak bola/pertandingan. Nikmati saja dalam Tuhan apa yang didepan anda, maka semuanya akan ringan dan nikmat adanya. Memang ada satu syarat utama yang tak boleh ditinggalkan, yaitu perihal pekerjaan; hendaknya melaksanakan pekerjaan yang diserahkan oleh Tuhan kepada kita melalui atasan atau pimimpin kita sesuai dengan tata tertib yang berlaku terkait dengan tugas pekerjaan tersebut. Terimalah dengan lemah lembut beban pekerjaan yang diserahkan kepada kita seraya mengandalkan diri pada Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan semuanya ringan dan enak adanya.

· “Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, … ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Kel 3:17), demikian firman Tuhan kepada Musa. Baiklah jika firman Tuhan kepada Musa ini juga kita hayati sebagai firman Tuhan kepada kita, lebih-lebih atau terutama mereka yang merasa dalam penderitaan atau berbeban berat, entah itu secara phisik, sosial, emosional maupun spiritual. Percayakan anda kepada tuntunan Tuhan, yang secara konkret berarti terbukalah terhadap aneka bantuan atau uluran tangan orang lain yang dengan rela hati mau membantu anda dalam bentuk apapun. Kerjakan semuanya dengan penuh harapan, yang berarti dalam keceriaan dan kegairahan, apalagi yang akan kita tuju adalah ‘suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya’, sesuatu yang indah, mempesona, menarik dan memikat siapapun. Bukanlah susu dan madu merupakan gambaran sesuatu yang indah, mempesona, menarik dan nikmat? Marilah kita tempatkan atau hayati diri kita bagaikan seorang bayi yang sedang digendong oleh ibunya dan sedang menyusu dengan gairah pada buah dada sang ibu, artinya nikmati dengan rendah hati dan lemah lembut serta bergairah apa yang di depan anda. Melangkah ke depan, menuju suatu perwujudan damban atau harapan yang indah, menarik, mempesona dan memikat memang tak akan pernah lepas dari anekaa tantangan, hambatan maupun masalah, namun dalam tuntunan Tuhan dan kebersamaan dengan orang lain semuanya akan terasa ringan dan nikmat adanya. Maka hendaknya kita melangkah dalam kebersamaan atau kegotong-royongan, sehingga selama melaksanakan tugas pengutusan tidak terasa lalah dan ketika selesai, sampai tujuan tak terasa juga, sebagaimana terjadi dalam gotong-royong warga kampung atau pedesaan yang masih berjalan di beberapa tempat. Marilah kita bekerja sama atau bergotong-royong bagaikan semut-semut yang menggotong bangkai binatang mendaki tembok, dimana selama perjalanan semuanya bekerja dengan ceria dan gairah, serta tidak ada yang korupsi sedikitpun di perjalanan; semut-semut juga tahu persis kapan harus mengganti temannya di tempat kerjanya, kapan harus beristirahat dst.. Tidak percaya perhatikan sekelompok semut yang sedang ramai-ramai menggotong bangkai binatang mendaki tembok!.

“Tuhan membuat umat-Nya sangat subur dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya; diubah-Nya mereka untuk membenci umat-Nya, untuk memperdayakan hamba-hamba-Nya. Diutus-Nya Musa, hamba-Nya, dan Harun yang telah dipilih-Nya; keduanya mengadakan tanda-tanda-Nya di antara mereka dan mujizat-mujizat di tanah Ham” (Mzm 105:24-27)


Kamis, 14 Juli 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ