HOMILI: Hari Minggu Biasa XIV/ A ( Za 9:9-10; Mzm 145:1-2.8-11.13cd-14; Rm 8:9.11-13; Mat 11:25-30)


"Marilah datang kepada-Ku, semua yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."

Suatu pengalaman yang sungguh mengesan dan membina pribadi saya ketika saya harus bekerja berat dalam rangka berpartisipasi dalam persiapan menyambut kunjungan Bapa Suci, Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, antara lain ke wilayah Keuskupan Agung Semarang dan bertempat di Yogyakarta. Waktu itu saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang dan dalam kepanitiaan penyambutan kunjungan pastoral Bapa Suci bertugas sebagai Bendahara Umum atau utama serta bertanggungjawab dalam penyediaan dana atau beaya. Dua minggu sebelum hari H saya memang harus bekerja berat, entah untuk rapat bersama, memonitor aneka persiapan dan sering berpartisipasi langsung dalam persiapan dst.., dan selama dua minggu tersebut saya kurang tidur/istirahat serta makan dan minum tak teratur. Ada seorang rekan yang menegor saya agar cukup istirahat supaya tidak jatuh sakit. Namun saya tetap kerja keras dan kurang tidur, meskipun demikian saya tidak pernah jatuh sakit. Rahasianya adalah menikmati pekerjaan dan tugas serta mempersembahkan semuanya kepada Tuhan alias seraya mohon rahmat kekuatan atau berkat dari Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu menjadi ringan dan enak adanya, itulah yang saya alami. Maka marilah kita renungkan dan tanggapi sabda Yesus hari ini.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Mat 11:28-29)

Setia dalam melaksanakan aneka tugas pengutusan atau panggilan pada masa kini pasti harus bekerja berat atau kerja keras dan dapat membuat orang menjadi lesu dan merasa berbeban berat. Jika merasa lesu dan berberan berat, marilah dengan rendah hati kita hayati semuanya itu, artinya menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah dan rapuh seraya mengandalkan diri sepenuhnya kepada Penyenggaraan Ilahi. Kita diharapkan belajar dari Tuhan Yesus, artinya dengan rendah hati dan terbuka melihat dan mengimani karyaNya melalui mereka yang berkehendak baik. Dengan kata lain ketika lesu dan merasa berbeban berat kami harapkan percaya dan berharap kepada mereka yang berkehendak baik, yang senantiasa siap sedia untuk membantu dan meringankan beban berat dan tugas pengutusan kita.

"Memikul kuk yang dipasang oleh Tuhan" kiranya dapat difahami dan dihayati dengan setia pada dan melaksanakan aturan atau tata tertib yang terkait dengan tugas, pekerjaan atau kewajiban yang ada. Jika dengan lemah lembut dan rendah hati melaksanakan tata tertib seberat apapun akan menjadi ringan dan enak adanya. Hidup dan bertindak sesuai dengan tata tertib yang ada juga membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Dengan kata lain yang membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram bukan banyak harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai, melainkan terletak pada penghayatan atau pelaksanaan tata tertib. Ingatlah dan hayati bahwa tata tertib dibuat dan diberlakukan agar kehidupan bersama dalam keadaan damai, tenang dan tenteram, sehingga masing-masing orang dapat melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan masing-masing dengan optimal dan sukses serta buahnya membahagiakan atau menyelamatkan.

"Marilah kepada-Ku" hendaknya difahami dan dihayati sebagai peringatan atau panggilan bagi kita supaya kita tidak melupakan doa dalam hidup, tugas dan pekerjaan. Ingat dan sadari bahwa ketika mengawali makan atau tugas pekerjaan kita berdoa pribadi atau bersama; demikian juga perhatikan para pemain sepak bola, sebagaimana diberitakan melalui TV, begitu memasuki lapangan sepak bola atau mengawali permainan/pertandingan mereka membuat tanda salib, yang berarti siap sedia bermain dalam Tuhan. Belajar atau bekerja bagaikan permainan atau pertandingan juga, maka marilah kita laksanakan dalam Tuhan, dimulai dengan berdoa dengan harapan kita belajar atau bekerja bersama dan bersatu dengan Tuhan, sehingga belajar atau bekerja menjadi enak dan ringan adanya serta membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para pelajar atau siswa untuk belajar dalam Tuhan, yang antara lain dihayati dengan belajar sungguh-sungguh setiap hari dan ketika ulangan atau ujian tidak menyontek. Selanjutnya marilah kita renungkan peringatan atau sapaan Paulus di bawah ini.

"Jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati, tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (Rm 8:13)

Hidup menurut daging berarti melulu atau hanya mengikuti nafsu pribadi yang tak teratur sehingga cara hidup dan cara bertindaknya amburadul, tak teratur, serta mematikan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mengendalikan nafsu pribadi kita dengan kehendak Tuhan atau bimbingan Roh Kudus, maka hendaknya nafsu atau gairah anggota tubuh kita diarahkan untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita, misalnya mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Kuasailah nafsu dan gairah anda guna mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut, dengan demikian kamu akan hidup.

Kita semua yang masih ada didunia ini memang hidup, namun apakah hidup sepenuhnya alias tidak pernah lesu, frustrasi atau putus asa serta mengeluh, kiranya menjadi pertanyaan bagi kita semua. Orang yang sungguh hidup senantiasa bergairah, ceria dan penuh senyum serta tak pernah mengeluh meskipun harus bekerja berat atau kerja keras. Sungguh hidup berarti seluruh anggota tubuh dalam keadaan prima dan sehat walafiat serta berfungsi masing-masing sesuai dengan kehendak Tuhan. Ingat dan sadari bahwa kita diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa kita, maka hendaknya seluruh anggota tubuh difungsikan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan melayani Tuhan entah secara langsung alias dengan berdoa atau tidak langsung artinya dalam pelayanan bagi sesama.

Kami tahu bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita tercurahkan bagi saudara-saudari kita atau sesama kita melalui aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban, dengan kata lain kita lebih banyak berrelasi dengan saudara-saudari atau sesama manusia serta aneka sarana-prasarana atau harta benda daripada dengan Tuhan alias berdoa. Kami berharap aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban anda dapat membuat anda semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan dan sesama manusia, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia sebagai bukti bahwa kita mendambakan hidup sejati pada saat ini maupun setelah meninggal dunia nanti.

"Bersorak-sorailah dengan nyaring" (Zak 9:9a), demikian kutipan dari kitab Zakharia. Orang yang bersorak-sorai berarti sungguh hidup, gembira dan dalam damai sejahtera, apalagi ketika sorak-sorai lahir karena kesuksesan kerja keras bersama dan bersatu dengan Tuhan. Pengalaman sorak-sorai yang demikian kiranya terjadi dalam pengalaman para pendaki gunung ketika sampai di puncak gunung yang dituju. Kenikmatan dan sorak-sorai bahagia ketika sampai di puncak gunung sebagai buah kerja keras kiranya sulit dijelaskan kepada orang lain, namun begitu nikmat dan jelas sekali bagi yang bersangkutan. Kami beharap anda tidak bersorak-sorai murahan atau sekedar berhura-hura sambil mabuk-mabukan, tetapi bersorak-sorailah karena telah berhasil mengalahkan kejahatan bersama dan bersatu dengan Tuhan.

"Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku. Aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya. Tuhan itu pengasih dan penyayang panjang sabar dan besar kasih setianya. Tuhan itu baik kepada semua orang penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan dan orang-orang yang Kau kasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu dan akan membicarakan keperkasaan-Mu." (Mzm 145:1-2.8-9.10-11)

Minggu, 3 Juli 2011


Romo Ign Sumarya, SJ