"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya”.

Kel 20:1-17; Mzm 19:8-11; Mat 13:18-23.


“ Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Mat 13:28-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ragi yang berjumlah kecil diaduk ke dalam adonan tepung terigu serta kemudian dibiarkan saja, maka tepung terigu akan menjadi makanan yang enak dan lezat. Hal itu memang pada umumnya dilakukan oleh rekan-rekan perempuan. Maka pada pesta St. Maria Magdalena hari ini perkenankan saya secara khusus mengajak rekan-rekan perempuan untuk mawas diri atau berrefleksi: sejauh maka sepak terjang atau kehadiran saya dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat lingkungan hidup menjadi enak dan nikmat untuk ditinggali, karena memang mempesona dan menarik. Dalam Injil, Maria Magdalena dikenal sebagai perempuan cantik, pendosa yang bertobat serta mensyukuri rahmat pertobatan atau kasih pengampunan Allah dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui pelayanan bagi sesamanya. Memang perempuan cantik senantiasa menarik dan mempesona bagi rekan-rekan laki-laki, maka laki-laki beriman pasti akan memuji dan bersyukur kepada Allah ketika melihat perempuan cantik, sedangkan laki-laki tak bermoral pasti akan menjadikan perempuan cantik sebagai pemuas nafsu seksualnya, entah hanya secara impian atau sungguh nyata dalam tindakan. Kepada rekan-rekan perempuan yang dianugerahi kecantikan oleh Allah kami ajak untuk bersyukur dan berterima kasih, dan semoga juga cantik dalam hati, jiwa dan budinya juga, sehingga kecantikannya menjadi lebih sempurna. Kami percaya kecantikan luar-dalam macam itu pasti akan membuat lingkungan hidup menjadi enak dan nikmat, karena kehadirannya bagaikan ragi yang merasuki seluruh adonan tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dan lezat. Kepada rekan-rekan laki-laki ketika melihat perempuan cantik kami harapkan tidak tergoda untuk berdosa, melainkan tergerak untuk semakin memuji, memuliakan dan menghormati serta mengabdi Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindaknya.

· “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri.Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” (Kel 20:12-16), demikian kutipan dari sepuluh perintah Allah kepada bangsa terpilih, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Kita semua sedang berada di dalam perjalanan juga, perjalanan pelaksanaan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri bercermin pada kutipan dari sepuluh perintah Allah di atas ini. Pertama-tama dan terutama marilah kita hormati ayah dan ibu kita masing-masing yang telah menjadi pembantu Allah dalam menciptakan kita. Memang hendaknya penghormatan tidak hanya secara formal atau sopan santun saja, melainkan menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku kita, yaitu berperilaku sebagai orang yang bermoral atau berbudi pekerti luhur, antara lain tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mencuri dan tidak menjadi saksi dusta. Kebahagiaan sejati ayah-ibu atau orangtua kita masing-masing hemat saya ketika anak-anaknya atau kita tumbuh berkembang menjadi pribadi bermoral atau cerdas beriman. Perzinahan memang masih marak pada masa kini, entah secara spiritual atau phisik, demikian juga pembunuhan. Membunuh itu perilaku kasar, sedangkan yang paling lembut adalah mengeluh atau menggerutu. Orang yang mudah mengeluh atau menggerutu pada umumnya juga akan mudah berselingkuh atau berzinah, karena ia tidak pernah puas dan nikmat atas apa yang ada, yang disediakan secara baik dan tertib dan yang biasa-biasa saja, sehingga tergoda untuk mencari yang lain. Jauhilah aneka bentuk mengeluh dan menggerutu, dan nikmatilah apa yang ada di sekitar lingkungan hidup anda.

“Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah” (Mzm 19:8-11)


Jumat, 22 Juli 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ