“Janganlah kamu kuatir akan hari besok” (2Kor 12:1-10; Mzm 34:8-13; Mat 6:24-34)

“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." . "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pemanasan global, berbagai bencana alam serta aneka macam bentuk perkembangan membuat banyak orang kuatir akan masa depan. Untuk menutupi atau mengatasai kekuatiran tersebut ada orang yang bertindak di luar kemampuannya alias kemudian melakukan yang aneh-aneh. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita semua untuk tidak kuatir akan masa depan asal kita pada saat ini melakukan apa yang baik sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. “Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”, demikian sabda Yesus. Hari besok atau masa depan tergantung dari hari ini, itulah kebenaran yang selayaknya kita imani atau amini. Maka baiklah apapun yang menjadi tugas, tanggungjawab atau kewajiban kita pada saat ini, marilah kita kerjakan sebaik dan seoptimal mungkin sesuai dengan kekuatan, kemungkinan dan kesempatan yang kita miliki. Kekuatiran akan hari besok memang dapat mendua: di satu sisi ada kemungkinan orang menjadi frustrasi sehingga tidak berkonsentrasi melakukan tugas, pekerjaan atau kewajiban saat ini, sedangkan di sisi lain ada kemungkinan orang dengan sungguh-sungguh melakukan tugas, pekerjaan atau kewajiban hari ini. Yang kemudian itulah yang hendaknya kita hayati. Dalam melaksanakan tugas, pekerjaan atau kewajiban kita juga dipanggil untuk ‘ mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya”, artinya menemukan Allah dan kehendak-Nya dalam tugas, pekerjaan atau kewajiban tersebut. Maka lihat dan hayati apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam tugas, pekerjaan atau kewajiban tersebut, agar kita dengan bergairah, dinamis dan penuh semangat melaksanakannya dan dengan demikian kita dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan kehendak Allah.

· “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna” (2Kor 12:9), demikian kesaksian iman Paulus, yang selayaknya juga menjadi kesaksian iman kita semua. Kita semua berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, dengan kata lain jati diri kita masing-masing adalah orang-orang yang lemah dan rapuh. Bahwa kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada masa kini sungguh merupakan karya Allah. Kita sering disebut sebagai orang beriman, yaitu orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, maka baiklah hal itu tidak hanya manis di bibir/mulut saja, tetapi menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita imani dan hayati bahwa segala bentuk kekuatan, keterampilan, bakat, kemampuan dan harta benda yang kita miliki merupakan karya dan anugerah Allah serta harus kita fungsikan sesuai dengan kehendak Allah, yaitu demi kebahagiaan umum dan keselamatan jiwa manusia. Kami berharap kita semua sungguh menjadi citra dan gambar Allah karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, sehingga siapapun yang melihat atau hidup bersama dengan kita akan tergerak untuk semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam atau melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. Marilah kita bermegah dalam kelemahan dan kerapuhan kita karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita, dengan kata lain ketika berada dalam kelemahan atau kerapuhan hendaknya tidak menjadi kuatir atau frustrasi.

“Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang kudus-Nya, sebab tak berkekurangan orang yang takut akan Dia. Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang yang mencari Tuhan , tidak akan kekurangan sesuatupun yang baik “ (Mzm 34:8-11)


18 Juni 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ