HOMILI: Hari Minggu Paskah VII/A: "Aku berdoa bagi mereka"



Kis 1:12-14; Mzm 27:1.4.7-8a; 1Ptr 4:13-16; Yoh 17:1-11a.

"Aku berdoa bagi mereka"

Semua bangsa memiliki kebiasaan untuk berdoa di makam orangtua atau saudara-saudari di tempat pemakaman, dan bagi kita umat Katolik juga memiliki kebiasaan khusus untuk berdoa kepada para santo-santa pelindung kita, selain berdoa langsung kepada Tuhan. Baik ketika berdoa di makam maupun kepada santo-santa, pada umumnya kita berharap agar kita dapat meneladan cara hidup dan cara bertindak mereka ketika masih hidup di dunia. Menurut keyakinan iman saya sebenarnya para santo-santa atau mereka yang telah hidup mulia kembali bersama Allah di sorga lebih sering mendoakan kita dari pada kita mendoakan mereka. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita baca bahwa Yesus, yang telah naik kesorga, berdoa bagi kita semua yang beriman kepada-Nya. Yesus berdoa agar kita semua senantiasa menjadi milik-Nya alias senantiasa hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya. Maka marilah kita renungkan doa Yesus sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira hari ini.

"Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka." (Yoh 17:9-10)

Sebagai "milik" Yesus, yang harus meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya, antara lain kita diajak atau dipanggil untuk sering mendoakan mereka yang menjadi tanggungjawab kita, entah itu berarti mereka yang harus kita layani atau urus maupun mereka yang harus kita hormati atau junjung tinggi. Dengan kata lain kita semua diundang untuk saling mendoakan satu sama lain, agar kita hidup setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Pertama-tama kami mengingatkan dan mengajak para orangtua, pemimpin atau atasan dalam hidup bersama untuk sering mendoakan anak-anaknya maupun mereka yang menjadi anggota atau bawahannya. Kita doakan agar mereka senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, dengan menghayati aneka macam saran, nasihat, petuah atau ajaran yang pernah kita berikan kepada mereka. Sebaliknya sebagai anak-anak, bawahan, anggota atau murid/siswa, marilah kita mendoakan orangtua, atasan atau guru-guru kita agar sebagai wakil Tuhan mereka setia mendidik dan mendampingi kita menuju ke kedewasaan pribadi yang cerdas beriman.

"Aku telah dipermuliakan dalam mereka", demikian kutipan doa Yesus. Dipermuliakan berarti senantiasa diingat-ingat atau dijunjung tinggi dan dihormati. Harapan macam ini kiranya menjadi harapan para orangtua, pemimpin atau atasan, artinya anak-anak atau bawahan senantiasa menjunjung tinggi dan menghormati mereka, yang dalam bahasa Jawa disebut "mikul dhuwur, mendhem jero" (= mengangkat tinggi-tinggi dan mengubur dalam-dalam). Tentu saja agar anak-anak atau anggota sungguh menghormati dan menjunjung tinggi orangtua atau pemimpin/ atasan, para orangtua, pemimpin atau atasan diharapkan layak dihormati atau dijunjung tinggi, dengan kata lain dapat menjadi teladan hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Percayalah jika orangtua, pemimpin atau atasan demikian adanya maka secara otomatis pasti akan dihormati dan dijunjung tinggi oleh anak-anak, cucu, buyut, canggah atau semua yang menjadi bawahan atau anggotanya.

Warta Gembira hari ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua umat beriman atau beragama untuk tidak melupakan hidup doa atau beribadat sebagai orang beriman atau beragama, karena kita dapat beriman atau beragama sampai saat ini merupakan anugerah atau rahmat Tuhan. Maka baiklah kita tidak melupakan doa-doa atau ibadat harian, dan di Indonesia ini, sekali lagi saya ingatkan, kita setiap hari (pagi, siang dan malam) mendengarkan suara adzan dari masjid, surau atau langgar. Hendaknya hal ini tidak disikapi sebagai gangguan melainkan sebagai ajakan untuk berdoa atau beribadah. Kita doakan orangtua, anak-anak, saudara-saudari atau kenalan kita yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita. Kita doakan mereka yang menderita, miskin dan berkurangan agar tidak putus asa dan ada umat beriman yang menglurkan kasih dan kebaikannya untuk menolong mereka. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau peringatan Petrus di bawah ini.

"Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1Ptr 4:13-14)

Setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan memang tak akan terlepas dari aneka bentuk penderitaan, apalagi setia sebagai sahabat Yesus, yang telah menderita dan wafat di kayu salib dalam rangka menuntaskan tugas pengutusanNya. Petrus mengingatkan kita jika menderita karena setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan hendaknya senantiasa tetap dalam sukacita dan bergembira seraya mengimani atau menghayati bahwa "Roh Allah ada padamu". Dalam sukacita dan kegembiraan kita akan mampu mengatasi aneka penderitaan bersama dengan atau dijiwai oleh Roh Allah, karena Roh lah yang akhirnya berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

Secara phisik dan medis jika kita dalam keadaan sukacita atau gembira berarti kita akan tahan dan tabah terhadap aneka godaan atau rayuan setan maupun jenis virus/penyakit, karena kekebalan tubuh kita dalam keadaan prima: metabolisme darah dan kinerja syaraf berfungsi secara prima. Jika tubuh kita lemah dan tak berdaya kiranya kita dapat meneladan Yesus yang tergantung di kayu salib, dimana dalam puncak penderitaanNya Ia mendoakan mereka yang menyalibkanNya atau membuat-Nya menderita. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang sedang menderita secara phisik alias terbaring sakit entah di rumah atau di rumah sakit maupun mereka yang telah lansia dimana tubuh semakin rapuh, kami harapkan untuk meningkatkan dan memperdalam hidup doa, merasul dengan berdoa, mendoakan siapapun yang mohon didoakan.

Kepada kita semua umat beriman kami ajak untuk meneladan salah satu cara hidup jemaat perdana sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul, yaitu "mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus" (Kis 1:14). Kesehatian dalam doa bersama mereka tidak lain adalah untuk menantikan kedatangan Roh Kudus, yang dijanjikan oleh Yesus. Kita sebagai umat Allah, yang beriman kepada Yesus pada hari-hari ini juga dalam suasana doa, yaitu novena Roh Kudus, maka sekali lagi kami ajak atau ingatkan: marilah kita tingkatkan dan perdalam doa bersama kita di dalam komunitas basis, di dalam keluarga/komunitas.

"Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, kepada siapakah aku harus gemetar? Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini, diam di dalam rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya" (Mzm 27:1.4)

Romo. Ign Sumarya, SJ

5 Juni 2011