"Dalam dunia kamu menderita penganiayaan" (Kis 19:1-8; Mzm 68:2-5ac.6-7ab; Yoh 16:29-33)


" Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh 16:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Selama hidup di dunia kita memang harus bekerja keras, sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, jika kita mendambakan hidup damai sejahtera dan bahagia sejati. Hidup damai sejahtera dan bahagia sejati berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur dan untuk itu kita harus menghadapi aneka godaan, tantangan dan hambatan yang tidak sedikit. Sebagai orang beriman kiranya seperti para murid kita lebih percaya kepada Allah daripada kepada dunia dan manusia, karena kita datang dari Allah dan pada waktunya harus kembali kepada Allah. Jika kita harus menderita penganiayaan selama hidup dunia ini hendaknya tidak berkecil hati, melainkan tetap besar hati atau `kuatkan hatimu, Aku telah mengalahkan dunia'. Allah senantiasa menyertai dan mendampingi kita, bahkan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, maka bersama dan bersatu dengan Allah kita juga akan mampu `mengalahkan dunia', sebagaimana Yesus telah mengalahkannya. Sebagai orang beriman kita diharpakan tidak bersikap mental materialistis selama hidup dan bekerja di dunia ini alias berbakti kepada `hal-hal duniawi'. Memang kita harus mendunia dalam rangka mengejar atau mengusahakan kesucian hidup, berpartisipasi dalam pengelolaan atau pengurusan duniawi, maka marilah kita tetap berperan atau berfungsi sebagai pengurus atau pengelola, artinya kita senantiasa berada di atas hal-hal duniawi, mengatasi hal-hal duniawi. Kita fungsikan hal-hal duniawi sebagai bantuan untuk mengusahakan kesucian hidup. Untuk itu hendaknya entah belajar atau bekerja bagaikan sedang beribadat, sehingga rekan belajar atau bekerja bagaikan rekan beribadat, menyikapi aneka sarana-prasarana belajar atau bekerja bagaikan sarana-prasarana beribadat, suasana belajar atau bekerja bagaikan suasana beribadat, dst..

"Ketika Paulus menumpankan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus di atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat" (Kis 19:5). Dengan telah menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma kita telah menerima anugerah Roh Kudus juga, maka kitapun diharapakan `berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat'. Yang dimaksudkan dengan berkata-kata dalam bahasa roh antara lain pembicaraan atau omongan kita dijiwai oleh buah-buah Roh Kudus, seperti " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri" (Gal 5: 22-23), sehingga pembicaraan atau omongan kita membahagiakan dan menyelamatkan serta tidak membuat orang lain kecewa dan sakit hati. Bernubuat berarti mampu melihat atau meraba-raba atau menerka apa yang akan terjadi sehingga dapat menempatkan diri sedemikian rupa agar selamat dalam aneka macam peristiwa. Keterampilan bernubuat ini dapat kita usahakan dan perdalam jika kita rajin untuk pemeriksaan batin setiap hari, yang membuat kita menjadi mahir dalam pembedaan roh atau `spiritual discernment'. Pemeriksaan batin merupakan bagian dari doa harian, doa malam, maka selayaknya setiap hari kita mengadakan pemeriksaan batin dengan baik. Pemeriksaan batin tidak identik atau tidak sama dengan melihat dosa-dosa, melainkan melihat kecenderungan-kecenderungan batin kita. Kami percaya batin kita lebih cenderung untuk berbuat baik daripada berbuat jahat, melakukan apa yang baik daripada apa yang jahat. Maka baiklah kecenderungan hati yang baik tersebut kita kuatkan dan perteguh dengan berbuat baik, karena dengan terbiasa berbuat baik kita berarti `berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat'.

"Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di depan Allah. Tetapi orang-orang benar bersukacita, beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita" (Mzm 68:2-4)


Romo Ign Sumarya, SJ

6 Juni 2011