Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS hari ke 5 - 7

Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-5: Merenungkan Nikmatnya Ber-Ekaristi

Pada saat evaluasi pelaksanaan perayaan Ekaristi, seorang peserta bercerita begini:" Mungkin saya termasuk orang yang rajin mengikuti Ekaristi. Kalau ditanya alasannya, saya mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Namun bagi saya, ikut Misa Kudus entah pada hari Minggu ataupun kesempatan lain merupakan dorongan otomatis. Hari minggu tiba, otomatis saya pergi ke gereja untuk mengikuti Ekaristi. Kalau tidak ke gereja, rasanya ada yang hilang dalam hidup saya. Seperti bernafas, tidak perlu berpikir banyak hal, orang langsung bernafas".

Peserta lain bersharing: "Saya pernah sangat jengkel dengan suatu perayaan Ekaristi karena dilaksanakan secara asal-asalan. Biarpun demikian, saya tetap bertahan untuk hadir dan menerima apapun yang terjadi dalam Misa Kudus itu. Pokoknya, saya berusaha mengikuti Ekaristi dengan sebaik-baiknya. Saya selalu membangun kepercayaan akan kehadiran Tuhan dalam Ekaristi kendati segala sesuatunya tidak selalu sempurna. Dan senyatanya, sampai sekarang ini Ekaristi sunggu memberikan kebahagiaan. Saya bisa menerima Tubuh Kristus, berjumpa dengan teman, menghayati kebersamaan sebagai anggota Gereja. Dulu saya mudah putus asa, tetapi setelah rajin mengikuti Ekaristi, saya lebih bisa tegar menghadapi setiap persoalan hidup. Pokoknya nikmat ikut Ekaristi. Mungkin anugerah Tuhan ya, he....he....!"

Kendati ada kekurangan di sana sini dalam pelaksanaannya, Ekaristi telah menyentuh batin banyak orang untuk semakin tekun menghayati tujuan hidupnya, memuliakan dan mengabdi Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Ekaristi merupakan harta kekayaan Gereja yang tiada tara. Dari misteri Ekaristi, seluruh kekuatan untuk menghayati hidup ditimba. Marilah kita suka menceritakan Ekaristi dan mengajak siapa pun untuk merayakan Ekaristi. Gereja hidup dari Ekaristi!



Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-6: Merenungkan Berdevosi Saat Ekaristi

"Kula niku yen dereng sembahyang rosario raosipun mboten manteb", ungkap seorang ibu dalam sebuah sarasehan di lingkungannya. Tidak mengherankan setiap kali ada kesempatan, manik-manik rosario bergerak perlahan di jemari tangannya yang sudah keriput. Pun pula dalam perayaan Ekaristi. Ibu ini demikian mendem dengan devosi. Apakah tindakan seperti ini sehat? Tentu saja tidak ada yang salah dengan devosi pribadi. Namun adalah keliru jika selama mengikuti Ekaristi kita "nyambi" alias sambil melakukan yang lain, termasuk devosi seperti doa rosario, doa novena, atau apalagi "rosario santa Nokia".

Perayaan Ekaristi tidak pernah menjadi perayaan pribadi. Perayaan Ekaristi adalah perayaan bersama seluruh Gereja. Dalam perayaan Ekaristi kita tidak boleh asyik dengan diri sendiri, melainkan kita diajak untuk berpartisipasi secara penuh, sadar dan aktif. Partisipasi ini tidak diisi dengan devosi pribadi. Secara sadar umat diajak untuk menghayati misteri yang sedang dirayakan. Caranya? Ada banyak tata gerak yang bisa diikuti. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan: ikut bernyanyi, menjawab aklamasi-aklamasi, mendengarkan sabda Tuhan dan merenungkannya, hening dan menghunjukkan hati saat imam berdoa syukur agung.

Adalah tanggung jawab para imam mengingatkan umat untuk terus menerus terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Ekaristi. Tim Liturgi paroki pun hendaknya mempersiapkan teks Ekaristi yang semakin melibatkan partisipasi umat seperti memilih nyanyian dan aklamasi yang dikenal umat, atau melatihnya apabila masih baru, ataupun mengolah bagian-bagian tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah liturgi yang ada.

Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-7: Merenungkan Devosi yang Sehat Membantu Penghayatan Ekaristi

Tidak sedikit umat yang mau Ekaristi di gereja datang lebih awal. Ada yang satu jam, setengah jam, ataupun 15 menit sebelum Misa mulai. Dan lihatlah: mereka itu berdoa rosario dengan khusyuk, entah di tempat duduk menghadap Sakramen Mahakudus di tabernakel atau di depan patung Bunda Maria. Kadang ada yang berdoa rosario atau doa beberapa menit di gua Maria di samping atau belakang gereja. Luar biasa! Kalau tidak berdoa rosario, mereka terkadang berdoa pribadi, seperti Litani Hati Kudus Yesus, Litani Santa Perawan Maria, atau doa Koronka, atau bahkan doa jalan salib, sebelum Ekaristi dimulai!

Kebiasaan berdoa rosario atau litani atau novena entah sebelum Misa ataupun sesudah Misa, ataupun doa devosi lainnya di rumah merupakan hal yang amat sangat patut dipuji dan dibiasakan oleh siapa pun. Itulah doa-doa devosi yang apabila didoakan dengan sungguh-sungguh dan teratur justru akan membantu penghayatan perayaan liturgi. Hampir semua orang kudus dalam kisah hidup mereka memiliki hidup doa devosi yang kuat dan teratur. Contoh mutakhir ialah Paus Yohanes Paulus II yang pada tanggal 1 Mei yang lalu dibeatifikasi. Dengan sebutan beato, Paus Yohanes II tinggal selangkah lagi akan menjadi seorang Santo! Hampir semua yang mengenal beliau bersaksi bahwa Paus Yohanes Paulus II sangat dekat dengan Bunda Maria, dan doa rosario merupakan doa favorit beliau! Dan lihatlah, orang yang punya devosi kuat juga cenderung menghayati perayaan Ekaristi dengan sangat khidmat, khusyuk dan berbuah!

Demikianlah, pengalaman rohani yang dirasakan dalam devosi dibawa dalam Ekaristi sehingga Ekaristi semakin bermakna dan menghasilkan buah. Memang doa devosi yang sehat akan membantu penghayatan Ekaristi kita. Sebaliknya, apabila kita merasa kering dan bosan saat mengikuti Misa, jangan-jangan karena kita kurang persiapan batin dan kurang memiliki doa devosi yang kuat. Benarkah?

Sumber: Komlit KAS