Bulan Liturgi hari ke 7: Saat Hening

7. Saat Hening

Dalam Liturgi Sabda ada tiga kali saat hening: sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili.

Makna - Ketiga saat hening ini sungguh merupakan bagian utuh dari ibadat. Di sini, saat hening diperlukan supaya umat, dengan dukungan Roh Kudus, dapat meresapkan bacaan, atau untuk membiarkan satu kata atau satu kalimat bergema terus dalam hati; untuk membiarkan benih-benih sabda yang ditaburkan Tuhan tumbuh di hati yang subur dan menghasilkan buah, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. 32 Saat hening ini adalah kegiatan bersama: pelayan ibadat dan semua anggota jemaat yang lain harus berhening. Tak seorang pun boleh sibuk dengan musik, buku, atau kertas (misalnya mencari-cari teks nyanyian mazmur) atau mencarikan tempat duduk untuk orang yang datang terlambat.

Pelaksanaan - Sesudah aklamasi “Demikianlah sabda Tuhan – Syukur kepada Allah,” seluruh jemaat hening. Pemazmur jangan buru-buru berdiri; ia masih tetap duduk hening. Harus diusahakan agar lamanya saat hening selalu sama (misalnya 20 detik), sehingga umat tidak merasa gelisah. Ketika saat hening sudah cukup (20 detik) pemazmur berdiri dan berjalan tenang dan khidmat ke mimbar atau tempat lain dari mana ia akan melagukan mazmur tanggapan. Lalu organis memainkan intro mazmur tanggapan.

Hal yang sama terjadi sesudah bacaan kedua. Di sini umat baru berdiri ketika pemazmur atau solis berdiri dan berjalan ke tempat ia akan melagukan Alleluya/Bait Pengantar Injil.


Pendalaman

1. Ada berapa kali saat hening dalam Liturgi Sabda? Sebutkan!
2. Untuk apa saat hening itu?
3. Apa saran Anda supaya saat hening dapat berfungsi maksimal?


32 Bdk. PUMR 56.

Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto