Bulan Liturgi hari ke 26: Pemecahan Roti (Anak Domba Allah)

26. Pemecahan Roti

Sesudah salam damai, imam mengambil hosti (besar), memecah-mecahkannya. Pemecahan roti ini hendaknya dilaksanakan dengan khidmat. Ritus ini hendaknya tidak diulur-ulur secara tidak perlu atau dilaksanakan secara serampangan sehingga kehilangan maknanya. 75

Dalam Perayaan Ekaristi dengan kelompok khusus di mana hanya dipakai hosti besar, imam memecah-mecah semua hosti menurut kebutuhan.

Memecahkan roti merupakan tindakan yang dilaksanakan Yesus dalam Perjamuan Malam bersama murid-murid-Nya. Sekarang tindakan ini selalu dilaksanakan oleh imam sebelum komuni. Pemecahan roti dilaksanakan bukan semata-mata demi alasan praktis, supaya roti mudah dibagi-bagikan kepada para penyambut komuni, melainkan juga demi makna simbolis: pemecahan roti ini melambangkan persatuan: roti yang satu dibagi-bagi supaya semua orang yang makan dari roti yang satu itu diikat menjadi satu. “Bukankah roti yang kita bagi-bagikan ini mempersatukan kita dengan Tubuh Kristus? Oleh karena roti itu satu, maka kita, biarpun banyak, harus mewujudkan satu tubuh, karena makan dari roti yang sama itu (1 Kor. 10:16-17). 76

Pemecahan roti ini juga mengingatkan kita akan tugas yang dipercayakan kepada kita, yaitu tugas saling mencintai dalam kesatuan. Maka ketika imam memecahkan roti, perlu kita sadari bahwa kita semua dipersatukan oleh cinta kasih Kristus, dan diharapkan menjadi duta kasih dan persatuan. Tak ada permusuhan lagi antar kita, sebab kita semua membawa kasih dan damai Kristus dalam hati kita.

Pada waktu memecah-mecah roti, imam memasukkan satu potongan kecil dari roti itu ke dalam piala anggur sambil berdoa dalam hati.

Semoga pencampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi kepada kita semua yang akan menyambutnya.

Tindakan ini memiliki beberapa makna simbolis:

1. Lambang persatuan imam dengan paus – Kebiasaan “mencampurkan sepotong kecil roti dengan anggur” dimasukkan ke dalam Liturgi Romawi sekitar abad VII oleh Paus Sergius I. Paus merayakan Ekaristi di salah satu paroki di kota Roma, maka sesudah ritus Pemecahan Roti, diakon atau pelayan lain membawa sepotong kecil roti ke stasi(-stasi) dan memberikannya kepada imam yang tak berkesempatan hadir dan berkonselebrasi dengan Paus. Imam itu menerima potongan kecil roti tersebut dan mencampurnya ke dalam anggur untuk disantap. Pencampuran ini menjadi tanda persatuan imam dengan paus.

2. Lambang kebangkitan Kristus – Menurut teologi Gereja Suriah, konsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Yesus Kristus menghadirkan peristiwa kematian Kristus. Tubuh yang dipisahkan dari Darah Kristus membahasakan peristiwa kematian Kristus. Sedangkan percampuran Tubuh dan Darah Kristus sebelum komuni melambangkan peristiwa kebangkitan Tuhan. Jadi, persatuan (kembali) Tubuh dengan Darah Kristus membahasakan kebangkitan Tuhan.

Sementara imam memecah-mecah roti dan memasukkan sepotong kecil dari roti itu ke dalam piala berisi anggur, dilagukan Anakdomba Allah, seturut ketentuan, oleh paduan suara atau solis dengan jawaban oleh umat. 77

Kalau tidak dilagukan, Anakdomba Allah didaras dengan suara lantang. Karena fungsinya mengiringi pemecahan roti, nyanyian ini boleh diulang-ulang seperlunya sampai pemecahan roti selesai. Pengulangan terakhir ditutup dengan seruan: berilah kami damai. 78

Tips – Latihan
Umat dilatih melagukan beberapa nyanyian Anakdomba Allah.

Pendalaman
1. Apa makna dan maksud pemecahan roti dalam perayaan Ekaristi?
2. Pesan apa yang terkandung dalam pemecahan roti ini untuk kehidupan kita sehari-hari?
3. Apa makna dan maksudnya imam memasukkan sepotong kecil hosti ke dalam anggur?
4. Apa fungsi Anakdomba Allah?

75 Bdk. PUMR 83.
76 Bdk. PUMR 83.
77 PUMR 83.
78 PUMR 83.
Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto