Bulan Liturgi hari ke 24: Bapa Kami

24. Bapa Kami
Dengan tangan terkatup imam mengajak umat mengucapkan/menyanyikan doa Bapa Kami. Lalu, imam merentangkan/mengangkat tangan, dan bersama umat mengucapkan/menyanyikan doa Bapa Kami. Sesudah Bapa Kami, sambil merentangkan tangan, imam mengucapkan/melagukan salah satu Embolisme (doa sisipan) dengan suara nyaring, kecuali kalau Bapa Kami dan doksologinya sudah didoakan/dilagukan sebagai satu kesatuan.

Jadi secara ritual imam membuka doa dengan ajakan kepada umat “Atas petunjuk …” Menanggapi ajakan itu, seluruh umat beriman membawakan Bapa Kami bersama-sama dengan imam. Kemudian imam sendirian mengucapkan embolisme “Ya Bapa........ “, yang diakhiri oleh jemaat dengan doksologi “Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.”

Sebagai doa Tuhan, Bapa Kami perlu dibawakan dengan sebaik-baiknya. Antara lain dengan lagu dan tata gerak yang serasi.

Makna - Dua permohonan yang erat berkaitan dengan komuni adalah:

1. Berilah kami rezeki pada hari ini - Bagi kita, umat kristen, “rezeki pada hari ini” adalah roti Ekaristi atau Tubuh Kristus; 70 demikian ditegaskan oleh St. Siprianus dan Agustinus. Inilah rezeki rohani yang secara fisik barangkali tidak memberi kekuatan, tetapi secara rohani jelas memberi daya. Karena lewat rezeki Tubuh Kristus ini kita disatukan dengan Kristus sendiri dan dengan semua yang menyambutnya; dan ini memberikan kekuatan yang luar biasa.

2. Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. - Lewat permohonan ini kita berharap supaya anugerah kudus itu (Tubuh dan Darah Kristus) diberikan hanya kepada umat yang kudus. 71 Permohonan ini menggarisbawahi rekonsiliasi, kerukunan, kesatuan dan damai. Barang siapa mau menyambut Tubuh Kristus, harus mempunyai kemauan untuk berdamai, untuk hidup rukun dan untuk mengampuni.

Tata gerak - Sembari mendaras Bapa Kami, umat berdiri (tegak) sambil menadahkan tangan. Akan sangat indah dan kelihatan khusyuk kalau seluruh jemaat melaksanakan tata gerak yang sama.

Lagu - Hampir semua lagu Bapa Kami dihafal dengan baik oleh umat, tetapi tidak selalu dibawakan dengan baik. Ada jemaat yang menyanyi terlalu lambat sehingga doa ini begitu berat serta membosankan. Adalah tanggungjawab dirigen dan organis untuk mengupayakan agar doa ini dilagukan dengan lancar, bagus, dan khidmat-khusyuk.

Baik ajakan imam dan Bapa Kami, maupun embolisme dan doksologi tersebut hendaknya dilagukan atau didaras dengan lancar dan dengan suara yang jelas.

Belakangan ini muncul sejumlah teks dan lagu Bapa Kami yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ada nyanyian Bapa Kami yang teksnya menyimpangan dari teks asli Bapa Kami: ada ayat Bapa Kami yang dibuang, dan ada juga ayat tambahan yang tidak ada dalama teks Bapa Kami. Ada juga yang lagunya tidak cocok untuk liturgi karena menimbulkan asosiasi pada dunia hiburan, sehingga sewaktu melagukan Bapa Kami tersebut orang menjadi tidak khusyuk. Bapa Kami seperti ini hendaknya tidak dilagukan dalam liturgi. Untuk menilai suatu nyanyian Bapa Kami cocok atau tidak untuk liturgi, pertama-tama perlu diuji teksnya: apakah teks sungguh sama (isinya) dengan teks asli Bapa Kami. Perhatikan teks terlampir pada halaman berikut.

Pendalaman

1. Bagaimana bunyi ajakan imam sebelum doa Bapa Kami? Pesan atau kesan apa yang Anda tangkap dari ajakan ini?
2. Apa permohonan utama kita dalam Bapa Kami?
3. Bagaimana seyogyanya sikap kita selama melambungkan Bapa Kami?

Lampiran:
Tidak semua teks dan lagu Bapa Kami boleh dipakai dalam perayaan Ekaristi, entah karena teksnya tidak sama dengan teks doa Bapa Kami entah karena lagunya yang tidak mendukung suasana doa atau liturgi. Di bawah ini dua contoh Baapa Kami yang tidak bisa dipakai dalam perayaan Ekaristi.





70 Bdk. PUMR 81.
71 Bdk. PUMR 81.


Sumber: Mengenal, Mendalami, dan Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto