"Barangsiapa percaya kepada Anak ia beroleh hidup yang kekal" (Kis 5:27-33; Mzm 34:2.9.17-20; Yoh 3:31-36)

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kepercayaan kepada Tuhan masa kini menurut pengamatan saya sungguh mengalami erosi. Mengapa? Salah satu sarana yang mengganggu untuk percaya adalah HP (Hand Phone). Ketika kita belum memiliki HP kiranya kita jarang sekali menghubungi atau mengontak suami, isteri, anak, pacar, tunangan atau pegawai kita dst.. , namun ketika memiliki HP ada kemungkinan hampir setiap jam menghubunginya. Pertanyaan refleksif: ketika saya menghubungi dengan HP tersebut merupakan tanda cinta kasih atau curiga/was-was alias kurang percaya kepada mereka? Jika kita jujur mawas diri hemat saya karena curiga., was-was atau kurang/tidak percaya. Jika kepada saudara atau sesama kita kurang/tidak percaya maka percaya kepada Tuhan layak dipertanyakan. Percaya kepada Tuhan dan percaya kepada saudara/sesama hemat saya tak dapat dipisahkan. Maka kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling percaya satu sama lain dan tidak mudah curiga atau was-was; persembahkan saudara-saudari kita dalam bepergian, bekerja atau belajar kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Yesus adalah Utusan Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia seisinya, maka marilah jika kita mendambakan hidup kekal selamanya setelah dipanggil Tuhan, kita percaya sepenuhnya kepada Yesus. Percaya kepada Yesus berarti senantiasa menghayati sabda-sabda-Nya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Marilah kita juga percaya kepada saudara-saudari kita yang tidak bersama dengan kita juga baik adanya, dan kita sendiri senantiasa mendoakannya.

"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus ketika diancam untuk para tokoh Yahudi.. Baiklah kata-kata atau jawaban Petrus tersebut juga menjadi pegangan cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sebagai perwujudan bahwa kita sungguh beriman, sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Allah antara lain hidup dan berkarya dalam diri manusia yang berkehendak baik maupun ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan atau tanaman. "Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaan-Nya dalam unsur-unsur, memberi `ada'nya: dalam tumbuh-tumbuhan memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang daya rasa, dalam manusia memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran" (St.Ignatius Loyola: LR no 235). Maka marilah kita lihat dan taati kehendak atau karya Allah dalam ciptaan-ciptaan-Nya tersebut; kita hormati dengan rendah hati semua ciptaan Allah, antara lain secara konkret tidak merusaknya melainkan merawat dan mengasihinya. Dengan kata lain mentaati kehendak Allah juga berarti mengasihi lingkungan hidup serta mengusahakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga semua ciptaan Allah, terutama manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah dapat hidup dalam dalam sejahtera di dalamnya, serta tumbuh berkembang semakin dekat dengan Allah maupun sesamanya. Hendaknya kita sebagai sesama manusia juga saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu. Kami berharap para pemimpin atau atasan dapat menjadi `wakil Allah' di dunia ini, sehingga dapat menjadi teladan ketaatan kepada Allah. Dengan kata lain para pemimpin atau atasan hendaknya dengan rendah hati terus menerus mengusahakan kesucian diri, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, khususnya yang mereka pimpin atau menjadi bawahannya.

"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu" (Mzm 34:17-20)

Jakarta, 5 Mei 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ