"Mereka pulang, masing-masing ke rumahnya," (Yer 11:19-20; Mzm 7:9-12; Yoh 7:40-53)

'Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi?Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!"Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka:"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya," (Yoh 7:40-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Terjadi ketegangan antar orang-orang yang percaya kepada Yesus dan yang tak percaya, itulah isi Warta Gembira hari ini. Berbagai ketegangan macam ini juga sedang terjadi di negeri kita tercinta Indonesia ini maapun dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimanapun juga. Di Indonesia misalnya akhir-akhir ini terjadi ketegangan sekitar PSSI, yang mengurus persepak-bolaan di Indonesia, pertandingan dan ketegangan tidak hanya terjadi antar klub sepak bola yang sedang bermain di lapangan, tetapi juga terjadi antara pengurus PSSI dan para calon penggantinya beserta para pendukungnya. Ketegangan politik juga terjadi dan dibelokkan menjadi ketegangan hidup bergama. Akhirnya "mereka pulang, masing-masing ke rumahnya", artinya hidup dan bertindak menurut kemauan dan keinginan sendiri, bahkan hal ini juga telah mempengaruhi masyarakat sehingga anggota masyarakat juga hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Kami berharap kepada rekan-rekan beriman dan beragama untuk tetap setia pada iman dan ajaran agamanya, serta bekerja sama membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati di tengah-tengah ketegangan yang sedang terjadi masa kini. Hendaknya kita tidak terjebak pada pancingan atau rayuan dari mereka yang bersikap mental materilistis atau tidak beriman.

· "TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku" (Yer 11:20), demikian keyakinan iman nabi Yeremia, yang sedang menghadapi aneka ancaman untuk disingkirkan. Hidup terpanggil menjadi nabi memang tak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan atau masalah. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kenabian dalam cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita hayati dimensi kenabian tersebut dalam hidup kita bersama dimanapun, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam keluarga, tempat kerja maupun masyarakat. Nabi adalah pembawa dan pewarta kebenaran, penyambung 'lidah Allah', maka menghayati dimensi kenabian berarti senantiasa membawa dan mewartakan kebenaran dimana saja dan kapan saja. Memang di tengah-tengah masih maraknya kebohongan dan keserakahan masa kini, menjadi pembawa dan pewarta kebenaran pasti akan menghadapi ujian berat: diancam dan ada kemungkinan ditangkap serta kemudian dibawa ke pengadilan untuk diadili. Ada kemungkinan juga harus mengahadapi pengadilan informal dari mereka yang kurang senang terhadap kebenaran. Baiklah dalam menghadapi pengadilan kita tidak perlu takut dan gentar, persembahkan atau percayakan semuanya kepada Penyelenggaraan Ilahi seraya berdoa "kepada-Mulah kuserahkan perkaraku". Percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang terhadap kebohongan dan kebencian. Allah mahatahu dan maha adil, biarkanlah Allah sendiri yang akan mengadili dan menentukan keputusan. Sekiranya pengadilan manusia memutuskan kita harus dipenjara, terimalah dengan rela dan besar hati, serta manfaatkan waktu di penjara untuk mawas diri.



"TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil. Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat" (Mzm 7:9-12)



Jakarta, 9 April 2011 .


Romo Ign Sumarya, SJ