“Jangan Takut” (Kis 2:14.22-32; Mzm 16:7-8; Mat 28:8-15)

“Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.” (Mat 28:8-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Takut” hemat saya dapat menjadi sumber aneka penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh/phisik. Tidak jarang antar saudara/kakak-adik atau suami-isteri juga ada rasa takut satu sama lain, sehingga dalam hidup bersama terasa kurang bebas merdeka dan bahagia. "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”, demikian Warta Gembira, sabda Yesus yang telah dibangkitkan dari mati kepada para perempuan yang pagi itu datang ke tempat Yesus dimakamkan. Saksi pertama kebangkitan Yesus adalah kaum perempuan, yang dalam tata sosial hidup bersama di masyarakat sering dipandang sebagai kaum yang lemah, dan kepada mereka diberi tugas mewartakan kebangkitan Yesus. Para murid diharapkan pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Yesus yang bangkit. Galilea adalah tempat asal dan tempat tinggal para murid; rumah atau keluarga kita masing-masing adalah ‘Galilea’ kita. Maka kepada kita semua juga dipanggil untuk melihat Dia yang bangkit dalam rumah, keluarga dan saudara-saudari kita. Secara konkret hal ini berarti kita dipanggil untuk melihat karya RohNya dalam rumah, keluarga dan saudara-saudari kita, yaitu: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23), yang hidup dalam dan dihayati oleh saudara-saudari kita. Jika kita berani melihat buah-buah Roh itu dalam diri saudara-saudari kita, maka tiada ketakutan sekecil apapun dalam hidup bersama di dalam keluarga, sehingga hidup keluarga yang dijiwai oleh cintakasih menjadi nyata dalam hidup sehari-hari. Dari keluarga kita masing-masing juga akan tersiarkan Warta Gembira berupa keutamaan-keutamaan tersebut di atas, dan dengan demikian keluarga kita menarik banyak orang atau banyak orang senang datang ke keluarga kita.

· “Hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu” (Kis 2:26-28). Kata-kata sang rasul ini kiranya layak menjadi kata-kata kita juga, yang berbahagia karena kebangkitan Yesus. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai bersama: kita telah dianugerahi rahmat atau Roh-Nya yang menjiwai hidup kita, sehingga di dalam Dia kita tetap hidup bergariah dalam saling mengasihi meskipun banyak tantangan dan hambatan. Kita semua telah dipilih untuk menjadi pewarta gembira seperti para perempuan yang memperoleh tugas “Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu’. Marilah mendatangi saudara-saudari kita dengan dan dalam kasih dan sukaria; dan mungkin di antara saudara-saudari kita ada yang sedih dan putus asa atau frustrasi, maka kepada mereka inilah pertama-tama kita datangi. Hidup dari dan oleh Roh Yesus memang senantiasa bergairah, dinamis dan ceria, maka selayaknya anugerah ini kita teruskan kepada saudara-saudari kita. Janganlah kegembiraan hanya menjadi milik kita sendiri, tetapi kita bagikan kepada sesama, ingatlah bahwa kegembiraan diberikan tidak akan berkurang melainkan semakin bertambah dan mendalam. Kegembiraan hanya dinikamati sendiri hemat saya dalam waktu dekat akan segera mati dan kita tidak lama kemudian sedih hati dan frustrasi. Kita semua adalah murid-murid Yesus, Warta Gembira, maka kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta gembira, bukan warta sedih atau celaka.



“Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mzm 16:7-8)



Jakarta, 25 April 2011

(SELAMAT PASKAH)

Romo Ign Sumarya, SJ