HOMILI: Hari Raya Paskah, Minggu, 24 April 2011

"Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur."

Sekali lagi pertama-tama kami ucapkan "Selamat Paskah". Pagi-pagi benar pada hari Minggu pada umumnya orang masih tidur nyenyak, karena semalaman begadang atau memang untuk sungguh beristirahat agar hari berikutnya dalam keadaan segar untuk masuk kerja atau sekolah lagi. Setiap pagi pada umumnya para ibu atau rekan-rekan perempuan lebih awal untuk bangun dari tidur daripada para bapak atau rekan-rekan lelaki. Itulah yang terjadi pada hari Minggu Paskah pagi-pagi benar, sementara para rasul masih dalam ketakutan beristirahat di suatu tempat, Maria Magdalena pergi ke makam Yesus. Saya percaya kebanyakan dari kita akan takut jika pagi-pagi benar, masih sepi, pergi sendirian ke makam, padahal yang ada di makam adalah batu-batu nizan atau gundukan tanah yang menandai mereka yang telah dikubur alias telah meninggal dunia dan tak dapat berbuat apa-apa lagi. Aneh dan nyata itulah yang terjadi: orang takut sendirian bersama mereka yang telah mati, tetapi tak takut dengan mereka yang masih hidup. Memang hanya mereka yang sungguh merasa dikasihi tidak akan takut dengan siapapun dan apapun, sebagaimana dihayati oleh Maria Magdalena. Maka marilah kita renungkan Warta Gembira kebangkitan Tuhan hari ini.

"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." (Yoh 20:2)

Maria Magdalena memang sungguh merasa sebagai yang terkasih dari Yesus Ingat ia adalah yang di pagi-pagi benar di depan Bait Allah diajukan oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat untuk mohon pengadilan dari Yesus, karena berbuat zinah. Menurut aturan hukum perempuan yang demikian harus dilempari batu sebagai hukumannya, namun Yesus dengan penuh kasih pengampunan menyalurkan kasih Allah kepadanya, dan akhirnya Maria Magdalena terselamatkan. Sebagai yang telah diselamatkan ia ingin membalas kasih kepada Yesus yang telah menyelamatkannya; dan sebagai yang terkasih ia merasa ada yang kurang lengkap dalam pemakaman Yesus, maka pagi-pagi itu ia akan melengkapi apa yang kurang dalam pemakaman Yesus. Ketika melihat makam Yesus kosong, maka dengan berlari-lari ia memberitahukan kepada Simon Petrus dan murid yang lain (Yohanes, murid terkasih Yesus).

Belajar dari Maria Magdalena dengan ini kami pertama-tama secara khusus mengajak rekan-rekan perempuan untuk mawas diri; marilah kita sadari dan hayati bahwa kita menjelang Paskah ini juga telah menerima kasih pengampunan Allah ketika mengaku dosa secara pribadi dihadapan seorang imam. Selanjutnya sebagai yang telah menerima kasih pengampunan, yang terkasih, hendaknya dengan bergairah memberitahukan segala sesuatu yang tidak beres kepada mereka yang kita nilai dapat membereskannya, sebagaimana Maria Magdalena berlari-lari mendapat Petrus dan murid yang lain perihal apa yang telah dilihatnya. Dengan kata lain kami merasa rekan-rekan perempuan lebih peka untuk melihat hal-hal atau perkara kecil yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka ketika apa yang dibutuhkan tersebut tidak ada hendaknya segera minta tolong kepada rekan-rekan lekaki yang mungkin dapat mengusahakannya. Kehadiran rekan-rekan perempuan pada umumnya menggairahkan rekan-rekan lelaki untuk kembali pada penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan pokok.

Ada dua rasul yang menerima laporan Maria Magdalena perihal `makam kosong', tempat Yesus dimakamkan. Mereka segera berlari juga menuju ke makam, namun murid yang lain lebih dahulu sampai ke makam, dan "masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya". Melihat dan kemudian percaya, itulah yang terjadi dalam diri murid yang lain atau Yohanes, murid yang terkasih. Begitu melihat dan langsung percaya dapat terjadi karena ia adalah yang terkasih. Maka dengan ini kami juga mengingatkan rekan-rekan lelaki untuk belajar `melihat dan kemudian percaya'. Memang hal ini dapat terjadi jika kita sungguh merasa sebagai yang terkasih. Hendaknya dengan cekatan dan bergairah dalam membereskan apa yang tidak beres. Selanjutnya marilah kita semua merenungkan sapaan Paulus kepada umat di Kolose di bawah ini.

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." (Kol 3:1-3).

Sebagai yang beriman kepada kebangkitan Tuhan Yesus dari mati kita dipanggil untuk "carilah perkara yang di atas dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi" . Ajakan ini berarti dalam sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Sebagai contoh: di sekolah-sekolah atau karya pendidikan hendaknya lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur, cerdas spiritual daripada pandai atau cerdas intelektual. Para pengusaha atau manajer hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia daripada kesuksesan perolehan harta benda atau uang. Memang mendidik anak untuk menjadi pribadi baik, berbudi pekerti luhur sarat dengan tantangan dan hambatan atau masalah., demikian juga lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia dalam aneka usaha.

"Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."(Kis 10:42-43) , demikian kesadaran dan kesaksian para rasul, yang hendaknya juga menjadi kesadaran dan kesaksian kita juga. "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya", inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Percaya kepada Tuhan berarti hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan dimanapun dan kapanpun, sedangkan `mendapat pengampunan dosa' berarti menerima kasih karunia melimpah ruah dari Allah. Maka marilah dengan semangat Paskah, semangat kebangkitan Tuhan Yesus dari mati, kita tanpa takut dan gentar menghayati iman kepercayaan kepada Tuhan dimanapun dan kapanpun; demikian juga karena kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah, maka baiklah kita juga menjadi saksi kasih pengampunan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun.

`SELAMAT PASKAH, selamat bangkit dan bergairah dalam beriman'

"Tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita" (Mzm 118:16-17.22-23).

Jakarta, 24 April 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ