“Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." (Bil 21:4-9; Mzm 102:16-20; Yoh 8:21-30)

“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya” (Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang yang tidak percaya memang sulit atau tak mungkin dapat memahami kata-kata orang lain yang kepadanya mereka tidak percaya. Itulah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi ketika Yesus berkata “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang”. Orang-orang Yahudi mengira Yesus mau bunuh diri setelah menghadapi aneka jebakan dari para ahli Taurat dan orang Farisi untuk dibunuh. Yesus akan pergi untuk menuntaskan tugas pengutusan-Nya dengan mempersembahkan diri wafat di kayu salib, sesuai dengan kehendak Dia yang mengutus-Nya. “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu. Dan Ia yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku, Ia tidak membiarkan Aku sendiri ,sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya”, demikian penjelasan Yesus kepada mereka. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk meneladan Yesus, yaitu ‘pergi’ untuk melaksanakan tugas pengutusan yang diserahkan kepada kita masing-masing, artinya dengan sepenuh hati menghayati panggilan atau mengerjakan aneka tugas dan kewajiban, siap sedia untuk mengorbankan diri demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama.

· "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”(Bil 21:8), demikian perintah Allah kepada Musa demi keselamatan bangsanya yang sedang dalam perjalanan menuju Tanah Terjanji. “Ular tedung” tidak lain adalah menunjuk pada Yesus yang tergantung di kayu salib, maka baiklah kita semua yang sedang dalam perjalanan menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan ketika merasa lelah, putus asa dst.. hendaknya memandang Dia yang tergantung di kayu salib alias tatap dan pandanglah dengan sepenuh hati salib yang ada di depan anda. Ingatlah dan sadari bahwa pengorbanan dan penderitaan yang anda alami selama ini tidak sebanding atau tak seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Percayalah jika anda berani memandang Yang Tersalib dengan sepenuh hati pasti akan bergairah kembali dalam menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan. Dengan kata lain ketika mengawali panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan buatlah tanda salib sambil berkata “Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus’. Hayati panggilan dan laksanakan aneka tugas pengutusan dalam nama Tuhan, dan dengan demikian anda pasti akan tetap bergairah dan dinamis ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah atau hambatan dalam rangka setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Untuk itu ada kemungkinan akan hancur untuk sementara, tetapi akan mujur untuk selamanya. Mengimani Yang Tersalib berarti mati dalam hal dosa dan hidup dalam Tuhan, dalam kesetiaan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

“Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi” (Mzm 102:16-20)


Jakarta, 12 April 2011


Rm Ign Sumarya, SJ