"Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" (Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-5; Mat 9:14-15)


"Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa." (Mat 9:14-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Ketika sedang berada di dalam pesta perkawinan atau pernikahan kiranya tak ada seorangpun yang berpuasa dan pada umumnya semuanya dalam keadaan bahagia dan ceria, mempesona dan menarik, meskipun ada yang pura-pura atau sandiwara. Kebersamaan dengan sang mempelai memaksa orang untuk ceria, gembira, mempesona dan menarik, namun ketika tidak bersama mempelai ada kemungkinan murung, uring-uringan dan menjengkelkan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita semua bahwa jika kita tidak hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan alias tidak baik dan tidak bermoral alias berdosa, diharapkan berpuasa atau matiraga. Hari ini kebetulan hari Jum'at, hari berpantang dan mungkin juga ada yang menjadikannya hari berpuasa juga. Maka baiklah kita mawas diri apakah saya hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, jika tidak marilah kita berpuasa atau matiraga. Matiraga secara harafiah berarti mematikan kerinduan atau dambaan raga, seperti nafsu makan dan minum, berbicara menurut selera pribadi, nafsu seks dst.. Bermatiraga atau berpantang berarti tidak menuruti dambaan atau nafsu tersebut atau mengendalikannya sehingga perwujudannya semakin mendekatkan kita dengan Tuhan dan sesama manusia alias semakin suci, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri" (Yes 59:6-7), demikian firman Allah melalui nabi Yesaya. Berpuasa atau lakutapa secara negatif berarti `membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk', sedangkan secara positif berarti `memecah-mecah roti bagi orang lapar dan membawa ke rumah orang miskin yang tidak punya rumah dan memberi pakaian kepada orang telanjang' alias memperhatikan dan mengasihi mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka pertama-tama marilah kita buka aneka macam tali kuk atau nafsu yang tak teratur yang mengganggu cara hidup dan cara bertindak baik, dengan kata lain marilah kita musnahkan aneka macam harta benda, impian, harapan, dambaan, kata-kata dan perilaku yang menjauhkan kita dari Tuhan. Meningkatkan dan memperdalam keutamaan-keutamaan di masa Prapaskah juga penting, antara lain memperhatikan dan mengasihi mereka yang miskin dan berkekurangan. Pada masa Prapaskah juga diselenggarakan `Aksi Puasa Pembangunan' (APP), entah berupa pengumpulan dana atau uang atau kegiatan membangun hidup bersama atau lingkungan hidup, sehingga kebersamaan hidup semakin enak, damai, mempesona dan menarik. Baiklah kita berpartisipasi dalam kegiatan APP di lingkungan atau wilayah atau paroki kita masing-masing. Marilah kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing; marilah menunduk alias `melihat ke bawah', memperhatikan mereka yang kurang beruntung dan hidup seperti kita. Masa Prapaskah juga merupakan masa untuk memperdalam dan meningkatkan kepedulian kita terhadap yang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku " (Mzm 51:3-5)

Jakarta, 11 Maret 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ