Liturgi Jumat Agung

Liturgi Jumat Agung dirangkai dalam tiga acara:

1. Liturgi Sabda: mendengarkan Sabda Tuhan, menyelami misteri penyelamatan.

2. Penghormatan Salib: dengan menerima dan memeluk salib, kita menghayati misteri penderitaan; sekaligus menegaskan komitmen kita sebagai murid Yesus. Bagi kita salib adalah kekuatan dan tanda kemenangan.

3. Komuni: tanda nyata kesatuan hati dan budi antara Tuhan Sang Juruselamat dan kita para murid-Nya yang mengambil bagian dalam tugas perutusan-Nya.

Passio pada Hari Jumat Agung (juga Minggu Palma), tidak boleh diganti dengan peragaan, dramatisasi, dll. Passio adalah Sabda Tuhan, dan untuk Hari Jumat diambil dari Injil Yohanes, maka kalau didramakan, tidak ada bedanya itu drama Injil Yohanes atau Injil Sinoptik lain.

Sabda Tuhan tidak boleh digantikan oleh bacaan atau pun bentuk ekspresi lain.

Lihat PEDOMAN UMUM MISALE ROMAWI / Institutio Generalis Missalis Romawi (PUMR) :

24. Untuk sebagian besar, penyerasian-penyerasian itu terbatas pada pemilihan ritus atau teks, yakni pemilihan nyanyian, bacaan, doa, ajakan, dan tata gerak yang lebih sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan kekhasan jemaat. Pemilihan-pemilihan seperti itu dipercayakan kepada imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Namun, imam harus ingat bahwa dia adalah pelayan liturgi kudus, dan bahwa ia sendiri tidak diizinkan menambah, mengurangi, atau mengubah sesuatu dalam perayaan Misa atas kemauannya sendiri.

29. Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. Oleh karena itu, pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya dengan penuh hormat.

55. Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyanyian-nyanyian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam Liturgi Sabda dan menutupnya. Sebab dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya.

Redemptionis Sacramentum (RS):
[62.] It is also illicit to omit or to substitute the prescribed biblical readings on one’s own initiative, and especially “to substitute other, non-biblical texts for the readings and responsorial Psalm, which contain the word of God”.

Hal lain yang perlu diperhatikan, bahaya drama masuk dalam liturgi, karena orang akhirnya tergoda untuk memperhatikan tokoh pemeran itu siapa dll, dan juga fokus umat tidak lagi kepada hal liturgis, tetapi seperti sedang "pause" dan nonton "panggung". Hal ini sebenarnya termasuk "pelecehan" liturgi yang tidak perlu terjadi. Drama dilakukan di balai paroki (hall) atau di tempat lain, silahkan, tetapi untuk diperagakan di atas panti imam, rasanya kurang pas dan membantu pemahaman litrugi yang baik dan benar.

Kalau dinyanyikan terlalu panjang, boleh juga dibacakan dengan baik. Boleh dibawakan oleh 3 orang, dan peran Yesus dibawakan oleh imam.

Passio yang panjang, bisa dipersingkat. Dalam bacaan resmi yang tersedia biasanya juga disediakan dua alternatif, yakni versi lengkap (= panjang) atau versi singkat. Tetapi tetap mengambil passio hari bersangkutan.

Yang pokok dan utama: Sabda Tuhan harus diwartakan, dan tidak digantikan atau ditiadakan

Sesudah penghormatan salib, dilanjutkan komuni, pada saat hendak mulai Bapa Kami dan Sakramen Mahakudus yang akan dibagikan diletakkan di altar, altar diberi taplak putih dahulu Taplak putih dan lilin tersebut ditempatkan dalam kaitannya dengan kehadiran 'Tubuh Kristus' yang akan dibagikan ke umat.

Sumber: Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis (Surat Edaran tentang Perayaan Paskah dan Persiapannya), Kongregasi Ibadat Ilahi, Roma, 1988.
seputarliturgimisa.blogspot.com