"Anak Manusia datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Yer 18:18-20; Mzm 31:14-16; Mat 20:17-28)


Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

"Datang untuk melayani dan memberikan nyawa menjadi tebusan bagi banyak orang" , inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Maka baiklah apapun tugas pekerjaan atau fungsi kita dalam hidup bersama, marilah kita hidup dan bertindak meneladan semangat Yesus tersebut. Untuk itu pertama-tama hendaknya apapun yang menjadi tugas pekerjaan atau kewajiban kita secara pribadi kita kerjakan sebaik mungkin, dengan kata lain bekerja keras dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu" (Prof Dr Edi Setyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –Jakarta 1997, hal 10). Jika kita bekerja keras dalam melasknakan tugas atau kewajiban maka buah cara hidup dan cara bertindak kita akan membahagiakan atau menyelamatkan diri kita sendiri maupun mereka yang ikut menikmati buah kerja keras kita. Itulah kiranya artinya menjadi tebusan bagi banyak orang. Ketika kita semua bekerja keras dalam melaksanakan tugas atau kewajiban, maka kita semua secara otomatis tertebus, selamat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Para suami-isteri kiranya memiliki pengalaman konkret dalam melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi orang lain, yaitu pasangan hidupnya, maka baiklah mereka membagikan pengalaman tersebut kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka.

"Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka" (Yer 18:19-20), demikian doa keluh kesah Yeremia ketika ia memperoleh ancaman untuk disingkirkan atau dibunuh dalam menghayati panggilan kenabiannya. Hidup beriman juga memiliki dimensi kenabian, yaitu panggilan untuk menjadi saksi iman dengan berbuat baik, hidup jujur, disiplin dst.. Dalam menghayati panggilan kenabian ini ada kemungkinan kita memperoleh ancaman untuk disingkirkan atau dibunuh, sebagaimana pernah terjadi dalam diri Munir, pejuang dan penegak hak asasi, kebenaran dan kejujuran. Baiklah ketika memperoleh ancaman macam itu segera kita persembahkan kepada Tuhan apa yang kita rasakan, atau takutkan. Percayalah dalam lindungan Tuhan kita dapat mengatasi ancaman, dan seandainya kita sendiri sungguh disingkirkan atau dibunuh, maka akan muncullah pengganti-pengganti kita yang lebih handal dan tangguh. Maka kami berharap kepada kita semua orang beriman untuk tidak takut dan tidak gentar menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari, antara lain dengan hidup baik, jujur dan disiplin. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Orang jujur akan hancur untuk sementara, namun akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya.

"Sebab aku mendengar banyak orang berbisik-bisik, -- ada kegentaran dari segala pihak! -- mereka bersama-sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku. Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!" (Mzm 31:14-16)

Jakarta, 23 Maret 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ