Pesan Paus Benediktus XVI untuk Prapaskah 2011

Vatikan, 22 Februari 2011

Pada hari ini dipublikasikan Pesan Prapaskah 2011 dari Bapa Suci Benediktus XVI. Teks pesan ini, tertanggal 4 November 2010, mengambil judul berdasarkan suatu ayat dari Surat St Paulus kepada Jemaat di Kolose: "Kamu dikuburkan bersama dengan Dia dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga". Kutipan dari versi bahasa Inggris dokumen tersebut diberikan di bawah ini:

"Fakta bahwa, dalam banyak kasus, Baptisan diterima di masa kanak-kanak menyoroti bahwa Baptisan adalah karunia Allah: tak ada yang memperoleh hidup kekal melalui upaya mereka sendiri. Kerahiman Allah, yang menghapuskan dosa dan, pada saat yang sama, memungkinkan kita untuk mengalami 'pikiran Kristus Yesus' di dalam kehidupan kita, diberikan kepada manusia secara bebas".

"Oleh karena itu, Baptisan bukanlah suatu ritus dari masa lalu, tapi perjumpaan dengan Kristus, yang memberikan pengetahuan tentang seluruh eksistensi orang yang dibaptis, menganugerahkan kehidupan ilahi dan ajakan untuk melakukan pertobatan secara tulus; diprakarsai dan didukung oleh Rahmat Karunia, Baptisan memungkinkan orang yang dibaptis mencapai pendewasaan seperti Kristus".


"Ikatan khusus menghubungkan Baptisan dengan Prapaskah sebagai masa yang baik untuk mengalami Rahmat Karunia yang menyelamatkan ini. ... Bahkan Gereja selalu mengaitkan Malam Paskah dengan perayaan Baptisan. ... Rahmat Karunia cuma-cuma ini harus selalu dihidupkan kembali di dalam diri kita masing-masing, dan Prapaskah menawarkan kepada kita jalan seperti katekumenat ini, yang bagi umat Kristiani di masa Gereja awal, seperti para katekumen pada hari ini, adalah tempat tak tergantikan untuk mempelajari iman dan kehidupan Kristiani. Mereka sungguh-sungguh menjalani kehidupan Baptisan mereka sebagai suatu tindakan yang membentuk seluruh eksistensi mereka.

"Dalam rangka untuk secara lebih serius melakukan perjalanan menuju Paskah dan mempersiapkan diri untuk merayakan Kebangkitan Tuhan “perayaan paling penuh sukacita dan khidmat dalam seluruh tahun liturgi- apa yang bisa lebih tepat selain membiarkan diri kita dibimbing oleh Firman Allah? Untuk alasan ini, Gereja, dalam teks Injil pada hari-hari Minggu Prapaskah, membawa kita pada perjumpaan yang sangat intens dengan Tuhan, memanggil kita untuk menelusuri kembali langkah-langkah pembaptisan Kristiani: bagi para katekumen, dalam persiapan untuk menerima Sakramen kelahiran kembali, bagi mereka yang telah dibaptis, dalam terang baru dan langkah-langkah menentukan yang akan diambil dalam 'sequela Christi' dan dalam memberikan diri secara lebih penuh kepada-Nya".

"Perjalanan Prapaska menemukan kepenuhannya dalam Triduum Paskah, terutama dalam Misa Malam Paska: memperbaharui janji pembaptisan kita, kita menegaskan kembali bahwa Kristus adalah Tuhan dalam kehidupan kita, kehidupan yang dianugerahkan Allah kepada kita pada saat kita dilahirkan kembali dari 'air dan Roh Kudus', dan kita mengakui kembali komitmen kita untuk merespon karya Kasih Karunia dalam rangka menjadi murid-Nya".

"Dengan menenggelamkan diri sepenuhnya ke dalam wafat dan kebangkitan Kristus melalui Sakramen Pembaptisan, kita digerakkan untuk membebaskan hati kita setiap hari dari beban benda-benda material, dari hubungan egois dengan 'dunia' yang memiskinkan kita dan menghalangi kita untuk menyediakan diri dan terbuka terhadap Allah dan sesama kita. ... Melalui tradisi praktek-praktek puasa, amal, dan doa, yang merupakan ungkapan dari komitmen kita untuk melakukan pertobatan, Prapaskah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya menjalankan kasih Kristus dalam cara yang semakin radikal".

"Puasa, yang dapat memiliki berbagai motivasi, memiliki makna yang sangat religius bagi umat Kristiani: dengan menata meja kita dengan lebih sederhana, kita belajar untuk mengatasi keegoisan untuk hidup dalam logika memberi dan mengasihi; dengan merasakan beberapa bentuk kekurangan - dan bukan hanya hal-hal yang berlebih - kita belajar untuk melihat jauh melebihi 'ego' kita, untuk menemukan Dia yang dekat dengan kita dan untuk mengenali Allah dalam wajah begitu banyak saudara-saudari kita. Bagi umat Kristiani, berpuasa, jauh dari hal-hal yang menyedihkan, semakin membuka diri kita pada Allah dan kebutuhan orang lain, sehingga memungkinkan kasih kepada Allah juga menjadi kasih kepada sesama kita".

"Dalam perjalanan kita, kita sering dihadapkan pada godaan menumpuk kekayaan dan cinta uang yang mengesampingkan upaya untuk memprioritaskan Allah dalam hidup kita. Keserakahan terhadap harta mengarah pada kekerasan, eksploitasi, dan kematian; untuk itu, Gereja, khususnya selama masa Prapaska, mengingatkan kita untuk mempraktekkan amal kasih - yang merupakan kapasitas untuk berbagi. Pemujaan terhadap harta benda, di sisi lain, tidak hanya menyebabkan kita menjauhkan diri dari orang lain, tapi memiskinkan manusia, membuatnya tidak bahagia, menipu manusia, menjebak manusia tanpa memenuhi janji, karena pemujaan harta menempatkan benda-benda materi sebagai pengganti Allah, satu-satunya sumber kehidupan".

"Praktek pemberian amal kasih adalah suatu pengingat tentang keutamaan Allah dan mengarahkan perhatian kita terhadap orang lain, sehingga kita dapat menemukan kembali betapa baiknya Bapa kita, dan menerima belas kasih-Nya". "Selama seluruh masa Prapaska, Gereja menawarkan kepada kita Firman Allah dengan kelimpahan secara khusus. Dengan merenungkan dan menghayati Firman dalam rangka untuk menjalankannya dalam hidup sehari-hari, kita mempelajari suatu bentuk doa yang berharga dan tak tergantikan. ... Doa juga memungkinkan kita untuk mendapatkan konsep waktu yang baru: tanpa perspektif kekekalan dan transendensi, pada kenyataannya, waktu hanya mengarahkan langkah kita menuju suatu cakrawala tanpa suatu masa depan. Sebaliknya, ketika kita berdoa, kita menemukan waktu untuk Tuhan, untuk memahami bahwa 'Sabda-Nya tidak akan berakhir', untuk masuk ke dalam persekutuan akrab dengan Dia 'yang tidak akan ada satupun bisa mengambilnya darimu', membukakan bagi kita pengharapan yang tidak akan mengecewakan, hidup yang kekal".

"Masa Prapaska adalah masa yang baik untuk mengenali kelemahan kita dan untuk menerima, melalui pemeriksaan secara tulus kehidupan kita, Rahmat Karunia Sakramen Tobat yang membaharui, dan berjalan dengan penuh keyakinan menuju Kristus".

"Saudara-saudari terkasih, melalui perjumpaan pribadi dengan Penebus kita dan melalui puasa, amal kasih, dan doa, perjalanan pertobatan menuju Paskah mengarahkan kita untuk menemukan kembali Baptisan kita. Pada masa Prapaskah ini, mari kita memperbaharui Rahmat Karunia Baptisan yang kita terima dari Allah pada saat itu, sehingga Baptisan itu bisa menerangi dan memandu semua tindakan kita. Kita dipanggil untuk mengalami apa yang dilambangkan dan dilakukan oleh Sakramen Baptisan setiap hari dengan mengikuti Kristus secara lebih murah hati dan otentik".

(Sumber: VIS, 22 Februari 2011)