"Orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah." (Sir 17:1-15; Mzm 103:13-18a; Mrk 10:13-16)


"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka."(Mrk 10:13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Anak-anak atau generasi muda hemat saya lebih suci daripada orangtua atau generasi tua. Mengapa? Karena tambah usia dan pengalaman pada umumnya juga bertambah dosa-dosanya, dengan kata lain semakin tua semakin banyak dosanya. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus :"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya". Anak-anak kecil pada umumnya bersifat polos, jujur dan terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang terus menerus alias berubah terus menerus menuju ke kedewasaan. Maka marilah kita senantiasa hidup dengan jujur dan terbuka. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang ,berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur- Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Orang jujur akan hancur untuk sementara tetapi akan mulia dan mujur untuk selamanya. Hidup jujur pasti akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, maka baiklah melengkapi hidup jujur kita terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan. Marilah siap sedia dan terbuka terhadap aneka macam bantuan dan dukungan dari orang lain dalam menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Hidup jujur serta menjadi pejuang dan pembela kebenaran harus berani membuka diri terhadap aneka macam sapaan dan sentuhan dari orang lain, entah yang bersifat melawan maupun mendukung.


· "Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya" (Sir 17:15). Kutipan ini kiranya merupakan dukungan bagi hidup jujur dan terbuka, sebaliknya merupakan tantangan dan peringatan bagi para penipu, pembohong dan koruptor. Kutipan di atas ini kiranya senada dengan peribahasa "Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga". Maka kami mengingatkan para penipu, pembohong dan koruptor untuk bertobat. Lebih baik mengakui kesalahan saat ini daripada nanti harus diadili di muka umum karena kejahatan anda. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui atau bertobat. Ingatlah hai para penipu dan pembohong, karena sekali menipu dan berbohong ada kemungkinan anda akan tergerak untuk lebih menipu dan berbohong. Ketika ada tuduhan atas penipuan dan kebohongan anda, kiranya anda akan semakin menipu dan berbohong dalam menanggapi tuduhan tersebut. Akhirnya semakin menipu dan berbohong akan segera ketahuan juga kebejatan moral anda. Maka dengan ini kami berseru kepada mereka yang terlibat dalam kasus korupsi dalam 'kasus Bank Century maupun kasus Gayus' untuk jujur dan terbuka dengan segera. Cukup menarik jika mencermati pemberitaan dalam aneka media massa, misalnya TV. Kami melihat kasus ketegangan agama dibuat-buat dan dibesar-besarkan dengan harapan masyarakat terkuras perhatiannya pada masalah kerukunan hidup beragama dan mengesampingkan masalah korupsi. Ingatlah hai para penipu, pembohong dan koruptor bahwa masyarakat masa kini cukup terdidik dan kritis terhadap aneka bentuk penyelewengan. "Mata-mata Tuhan" ada dimana-mana, karena Tuhan berkarya kapan saja dan dimana saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kejahatan para penipu, pembohong dan koruptor telah menjadi bahan pembicaraan di masyarakat kita, bagaikan 'proses pengadilan' yang pada waktunya dapat meledak dalam bentuk revolusi sebagaimana baru saja terjadi di Tunisia dan Mesir, yang kemudian menggema di negara-negara wilayah Timur Tengah. Sarana komunikasi memang membantu hidup jujur dan terbuka.



"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu" (Mzm 103:13-17)



Jakarta, 26 Februari 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ