Mazmur tanggapan merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda

Mazmur tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda. Sesuai dengan namanya, Mazmur tanggapan dimaksudkan untuk mmeperdalam renungan atas sabda Allah dan sekaligus menanggapi sabda Allah yang baru saja kita dengarkan dalam bacaan pertama yang mendahuluinya.

Mazmur tanggapan diambil dari Kitab Suci dan disesuaikan dengan bacaan pertama. Mazmur dinyanyikan oleh solis atau pemazmur sambil berdiri pada mimbar; umat mendengarkan dan menjawab sebuah ulangan atau refren (lihat PS 801-869). Untuk masa liturgi atau pesta orang kudus tertentu, disediakan sejumlah mazmur dan ulangan/refren yang dapat selalu dipakai agar umat mudah berpartisipasi. Mazmur tanggapan sebaiknya dinyanyikan, tetapi juga dapat dibacakan. Sebelum membawakan Mazmur tanggapan, sebaiknya ada saat hening, meskipun singkat.

Pada prinsipnya, liturgi sabda selalu menggunakan mazmur tanggapan sebagai nyanyian tanggapan. Hanya dalam kasus darurat saja, Mazmur tanggapan dapat diganti dengan lagu lain yang sesuai dengan tema, tetapi sebaiknya teks lagunya bersifat biblis serta mengajak umat untuk merenung. Namun, apabila mazmur tanggapan diganti dengan sebuah sebuah nyanyian, nyanyian itu tidak boleh disebut "lagu antarbacaan", melainkan disebut "nyanyian tanggapan". Mengapa? Karena istilah "lagu antarbacaan" memiskinkan makna lagu atau nyanyian itu seolah-olah hanya menjadi ganjel (bahasa Jawa, artinya: sesuatu yang digunakan untuk mengisi lubang) atau sekedar selingan. Dengan istilah "nyanyian tanggapan", diungkapkan tempat dan peranan nyanyian tersebut yang dimaksudkan untuk menanggapi dan merenungkan Sabda Tuhan yang baru saja didengarkan, sebagaimana halnya tempat dan peran mazmur tanggapan.

Sering ada pertanyaan dari para petugas: apakah pemazmur harus menyanyikan atau membacakan seluruh ayat mazmur yang disediakan di buku kita? Jawabannya: tidak harus. Harus kita akui bahwa ayat-ayat mazmur yang diambil di situ juga bersifat pilihan dan tidak memuat seluruh ayat dari mazmur yang bersangkutan. Maka kalau keadaan meminta agar kita tidak terlalu panjang menyanyikan ayat-ayat Mazmur (kasus konkret: apabila bacaan-bacaan hari itu kebetulan semua panjang), baiklah kita mengambil dua atau tiga bait saja. (Rm E. Martasudjita, Pr dan J. Kristanto, Pr - MEMILIH NYANYIAN LITURGI, Panduan untuk Petugas)