"Ia harus makin besar tetapi aku makin kecil" (1Yoh 5:14-21; Mzm 149:1-5; Yoh 3:22-30)

"Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yoh 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Rendah hati itulah keutamaan yang terutama dan dihayati oleh Yohanes Pembaptis. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain,ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Maka baiklah kami mengajak kita semua umat beriman untuk menghayati keutamaan rendah hati ini di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. Dalam hidup bersama masa kini sering masih diwarnai pertengkaran atau saingan yang tidak sehat perihal siapa yang terbesar dalam kebersamaan. Sebagai umat katolik kami mengajak anda untuk mendukung sikap mental para gembala kita, para uskup, yang senantiasa menyatakan dan mengusahakan diri sebagai hamba yang hina dina serta menghayati fungsinya atau jabatannya sebagai pelayanan. Marilah kita hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan dan menyelamatkan. Kami berharap juga kepada para orangtua atau atasan atau generasi tua dapat menjadi teladan penghayatan rendah hati, antara lain dengan rendah hari berusaha untuk membahagiakan anak-anak, bawahan atau generasi muda. Berilah kesempatan dan kemungkinan kepada anak-anak, bawahan atau generasi muda untuk berfungsi seoptimal mungkin dalam kehidupan bersama.

"Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala." (1Yoh 5:21), demikian peringatan Yohanes. Berhala-berhala modern masa kini antara lain berupa harta benda/uang, pangkat, kedudukan/jabatan dan aneka bentuk kenikmatan dalam hal makan-minum, seks dst… Yang paling mencolok dan menghinggapi banyak orang hemat saya adalah 'uang': uang menjadi raja dalam aneka kehidupan bersama, sebagaimana sering kita dengar dalam pemecahan aneka masalah atau persoalan dengan istilah "UUD" (Ujung-ujungnya duwit/uang). Uang memang dapat menjadi jalan ke neraka atau ke sorga, dan kita semua dipanggil untuk memfungsikan uang sebagai jalan ke sorga. Untuk itu hendaknya memfungsikan uang sesuai dengan maksud pemberi ('intentio dantis'). Secara khusus kami serukan kepada mereka yang bertanggungjawab dalam hal keuangan organisasi, lembaga, paguyuban dst.. untuk tidak melakukan korupsi sedikitpun. Ingat sudah cukup banyak koruptor yang telah menyengsarakan banyak orang, menyita dan memboroskan waktu dan tenaga banyak orang tanpa perlu. Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan para orangtua/bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam pengelolaan atau pemfungsian uang yang benar dan baik bagi anak-anaknya. Hidup sederhana akan mendukung pengelolaan atau pemfungsian uang yang baik dan benar, maka jauhkan aneka bentuk hidup berfoya-foya atau pesta pora yang tidak perlu. Kami juga berharap kepada para pejabat pemerintahan di tingkat dan bidang apapun dapat menjadi teladan kesederhanaan dalam cara hidup dan cara bertindak. Hidup dan bertindak jujur, disiplin, teratur, sederhana dan tidak korupsi hemat saya merupakan salah satu penghayatan kenabian atau kemartiran iman kita masa kini. Salah satu bentuk preventif kiranya dapat dilakukan atau diusahakan di sekolah-sekolah dengan diberlakukan 'dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian'.

"Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan. Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!" (Mzm 149:1-5)

Jakarta, 8 Januari 2011



Romo Ignatius Sumarya, SJ