HOMILI: Hari Raya Penampakan Tuhan (Yes 60:1-6, Mzm 72:2,7-8,10-11,12-13, Ef 3:2-3a,5-6, Mat 2:1-12)

"Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur"


Aneka macam peristiwa atau kejadian pada masa kini dengan cepat dapat tersebar ke segala penjuru dunia karena jasa aneka sarana komunikasi yang canggih, seperti internet, satelit, televisi, HP dst… Pada umumnya yang dengan mudah dan cepat tersebar adalah kejadian-kejadian yang tidak baik seperti kejahatan, musibah, bencana alam, perang dst.., sedangkan kejadian atau peristiwa yang baik kurang tersebar dengan cepat. Rasanya hanya mereka yang baik dan berbudi pekerti luhur peka akan aneka perisitiwa atau kejadian baik. Almasih, Penyelamat Dunia, kegembiraan besar telah datang ke dunia, namun mereka yang tinggal dekat dengan tempat kelahiran Penyelamat Dunia tidak tahu akan kedatangan-Nya, sementara lain 3 (tiga) orang majus atau raja dari jauh telah mendengar-Nya dan berusaha untuk datang bersembah-sujud kepada-Nya, itulah Warta Gembira hari ini. Maka kami mengajak anda sekalian untuk bercermin pada tiga orang majus atau raja tersebut.

"Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur" (Mat 2:11)

Emas adalah lambang kekayaan, kemenyan lambang keimanan/ibadat, sedangkan mur adalah lambing kebesaran, pangkat atau kedudukan. Orang-orang majus atau tiga raja menghayati atau memfungsikan aneka kekayaan, bentuk peribadatan serta jabatan, pangkat atau kedudukan sebagai anugerah Tuhan, dan dengan demikian mereka senantiasa mendambakan atau merindukan kebersamaan dengan Tuhan setiap hari. Maka mereka peka terhadap aneka gejala atau tanda yang ada di alam raya ini, sehingga pada suatu saat mereka melihat sebuah bintang khusus, yang menandakan bahwa Penyelamat Dunia, Almasih, telah datang/lahir di dunia ini. Mereka pun tergerak untuk mengikuti gerak bintang tersebut, yang menunjukkan tempat Almasih atau Penyelamat Dunia yang baru saja lahir berada. Baiklah bercermin dari pengalaman tiga orang majus atau raja tersebut, saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri sebagai berikut:

1). Sebagai orang beriman, secara khusus yang beriman kepada Yesus Kristus, kita dipanggil untuk menjadi 'bintang-bintang', yaitu penunjuk jalan bagi orang lain untuk bersembah-sujud kepada Tuhan atau semakin beriman. Cara hidup atau cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya menjadi daya tarik atau daya pikat bagi orang lain untuk semakin beriman, bersembah sujud kepada Tuhan dengan memfungsikan aneka macam kekayaan yang dimiliki sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga mereka semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya. Maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita sungguh baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah mengecewakan atau mencelakakan orang lain. Hendaknya kita bagaikan 'orang gila' yang senantiasa menarik dan membuat orang lain senang serta tidak pernah menyakiti orang lain, tentu saja kegilaan kita karena Tuhan beserta kita dan dengan demikian kita senantiasa dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis.

2). Kita dapat meneladan tiga orang majus atau raja tersebut, yaitu dengan segala upaya, rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk menjadi peka terhadap Penyelenggaraan Ilahi/ Tuhan dalam hidup sehari-hari. Tuhan hadir dan berkarya terus menerus dalam seluruh ciptaan-ciptaan-Nya, antara lain menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan, daya rasa dan pikiran untuk mencinta, dst… Peka akan tanda-tanda zaman atau aneka perubahan dan perkembangan yang sedang terjadi, itulah panggilan kita semua. Untuk itu memang kita harus menjadi peka terhadap karya Tuhan dalam tubuh kita masing-masing, entah yang terkait dengan nafsu seksual yang dianugerahkan oleh Tuhan guna berpartisipasi dalam karya penciptaanNya atau gerak dan dorongan untuk berbicara dan bertindak. Hendaknya diikuti tanda-tanda atau gejala-gejala yang mengarah ke keselamatan jiwa serta menjauhkan diri dari aneka desakan dan dorongan untuk berbuat jahat atau hanya mencari keuntungan serta kenikmatan diri sendiri. Segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini marilah kita fungsikan sedemikian rupa, sehingga kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, .. yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus" (Ef 3:2-3a.5-6)

Kasih karunia Allah dianugerahkan kepada siapapun dan dimanapun, tanpa pandang bulu atau SARA, dan kasih karunia-Nya antara lain telah menjadi nyata dengan kelahiran Yesus, Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia seisinya. Ia adalah Penyelamat Dunia, bukan Penyelamat orang-orang yang mengaku beragama Kristen atau Katolik saja, termasuk para tokoh atau pemuka-pemukanya. Maka dengan tegas para gembala Gereja Katolik yang berkumpul dalam Konsili Vatikan II, antara lain menyatakan bahwa "mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal" (Vat II: LG no 16)

Kami berharap kepada semua umat beragama, entah agamanya apa, untuk senantiasa dengan rendah hati mengusahakan dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan semua umat beragama. Hendaknya dijauhkan aneka bentuk fanatik sempit, yang hanya membenarkan diri/agama sendiri serta menyalahkan orang/agama lain. Maka kami juga berharap agar pembangunan tempat-tempat beribadat maupun pelaksanaan beribadat dari agama apapun tidak dihambat atau diganggu. Memang aneh dan nyata: perizinan untuk membangun ruko atau losmen atau motel begitu mudah, termasuk acara hura-hura di tempat umum, dst.., sementara itu izin pembangunan tempat ibadat dipersulit atau dihambat, padahal dalam kenyataan cukup banyak ruko atau motel akhirnya menjadi tempat maksiat, yaitu untuk pelacuran atau panti pijat.

Kita semua adalah ahli waris janji Allah untuk hidup mulia, bahagia dan damai sejahtera saat ini sampai selama-lamanya. Maka sebagai sesama ahli waris marilah kita tidak saling gontok-gontokan atau iri hati, mengingat dan memperhatikan aneka perbedaan yang ada antara lain. Jutaan atau milyard-an manusia di bumi ini tidak ada yang sama atau identik, saling berbeda satu sama lain; laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik untuk mendekat, bersahabat dan bersatu menjadi satu. Maka hendaknya aneka macam bentuk perbedaan antara kita dijadikan daya tarik atau daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat atau bersaudara serta saling mengasihi. Hendaknya menyikapi aneka bentuk sapaan, sentuhan, kritik, saran, ejekan, pujian dst,..dari orang lain dihayati sebagai kasih.

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13) .



Jakarta, 2 Januari 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ