"Apabila seorang menghujat Roh Kudus ia tidak mendapat ampun selamanya" (Ibr 9:15.24-28l; Mzm 98:1-6; Mrk 3:22-30)


"Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat." (Mrk 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Roh Kudus adalah `cinta kasih' Allah, maka menghujat Roh Kudus berarti melawan cintakasih dan dengan demikian senantiasa bermusuhan dengan atau membenci orang lain, senantiasa menyalahkan cara hidup dan cara bertindak orang lain. Para ahli Taurat menuduh Yesus yang berbuat baik, mengusir setan, kerasukan Beesebul, komandan para setan. Secara logis dapat dimengerti bahwa tuduhan tersebut sungguh tidak masuk akal: bagaimana setan melawan setan? Yang dapat mengalahkan setan antara lain adalah cintakasih, maka marilah kita hadapi aneka bentuk godaan setan dengan dan dalam cintakasih. Ingat cintakasih adalah Allah, atau Allah adalah cintakasih, maka hidup dan bertindak dalam dan dengan cinta kasih berarti hidup dan bertindak bersama dengan Allah. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua perihal persaudaraan atau persahabatan sejati, yang harus kita hayati dan sebarluaskan. Memang untuk itu kita harus menghadapi aneka bentuk kebencian, irihati dan kesombongan, yang sering bersuara lebih keras dan nampak menakutkan. Masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini hanya karena dan oleh kasih. Maka melawan cintakasih berarti menghancurkan diri sendiri. Hidup membenci, iri hati dan sombong berarti pelan-pelan bunuh diri, karena semakin banyak musuh dan menyendiri. Hari ini kita kenangkan seorang uskup dan pujangga Gereja, yang tugasnya antara lain membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan umat Allah, maka marilah kita dukung para gembala kita dengan senantiasa hidup dan bertindak dalam persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama" (Ibr 9:15). Yang dimaksudkan dengan `Ia' tidak lain adalah Yesus Kristus, yang telah memperbaharui perjanjian dengan menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia, demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Beriman pada Yesus Kristus berarti hidup dan bertindak sesuai dengan `perjanjian baru': perjanjian baru bagi kita masing-masing antara lain sakramen baptis, sakramen perkawinan, sakramen imamat, kaul hidup membiara dst.. , dimana sekali menerima untuk selamanya, artinya sampai mati atau dipanggil Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal perjanjian yang kita ucapkan ketika (saling) menerima sakramen tersebut. Pertama-tama dan terutama adalah perjanjian baptis, dimana kita berjanji `hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan'. Jika kita setia pada janji baptis ini maka janji-janji berikutnya, misalnya janji perkawinan atau janji imamat, akan lebih mudah dihayati. Maka jika ada saudara atau saudari kita yang melanggar janji baptis alias melawan cinta kasih, hendaknya ditegor dengan rendah hati "Apakah anda sudah dibaptis?". Ketika ada bapak atau ibu yang tidak setia pada panggilannya, hendaknya jangan ditegor "jadilah bapak atau ibu yang baik", melainkan "Apakah anda telah dibaptis?". Demikian juga ketika ada pastor, bruder atau suster yang tidak atau kurang setia pada panggilannya. Dalam pembaptisan kita dianugerahi rahmat untuk menempuh hidup baru, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dimanapun dan kapanpun.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Jakarta, 24 Januari 2011


Romo Ignatius Sumarya.