"Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Ibr 5:1-10; Mzm 110:1-3; Mrk 2:18-22)

"Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Mrk 2:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ketika dibaptis pada umumnya orang mengenakan pakaian putih yang masih baru dan bersih, ketika memasuki hidup baru sebagai suami-isteri alias sedang melangsungkan upacara pernikahan pada umumnya sang penganten berpakaian baru, menarik dan menawan serta memikat, dst.. Pakaian-pakaian tersebut menjadi symbol atau tanda bahwa yang bersangkutan berkehendak untuk menempuh cara hidup baru sesuai dengan panggilannya. "Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula", demikian pesan atau sabda Yesus. Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua yang telah dibaptis agar setia dan taat menghayati janji baptis yang pernah kita ikhrarkan, dimana kita berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua kehendak Tuhan kiranya dapat dipadatkan dalam perintah untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, maka marilah kita senantiasa saling mengasihi kapanpun dan dimanapun serta dengan siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA. Jika kita tidak hidup saling mengasihi hendaknya 'berpuasa' alias matiraga, yaitu dengan rendah hati belajar mengendalikan raga atau anggota tubuh agar senantiasa bergerak untuk mengasihi. Contoh konkret antara lain mereka yang berada di penjara atau Lembaga Pemasyarakatan yang dibatasi geraknya. Dalam pembatasan gerak tersebut mereka dilatih untuk mengendalikan raga atau anggota tubuh agar bergerak mengasihi. Kami berharap para bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam 'hidup baru', hidup saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati.


· "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan." (Ibr 5:7), demikian info perihal hidup Imam Agung. Sebagai orang beriman kita memiliki panggilan imamat umum, maka marilah kutipan di atas ini kita renungkan. Dengan kesalehan kita dipanggil untuk senantiasa 'mempersembahkan doa dan permohonan bagi orang-orang berdosa atau jahat agar bertobat'. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua juga mengakui diri sebagai yang berdosa atau jahat, maka baiklah jika kita saling mendoakan satu sama lain. Di dalam Perayaan Ekaristi atau Ibadat Sabda ada bagian doa umat, yang berisi empat ujud yaitu : berdoa bagi para pemimpin bangsa atau Negara, berdoa bagi para pemimpin agama, berdoa bagi mereka yang miskin dan berkekurangan, berdoa bagi diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka berdoa juga berdimensi missioner, dimana kita mendoakan orang lain yang sungguh membutuhkan doa-doa kita. Para pemimpin kita doakan agar mereka melayani rakyat atau anggotanya dengan baik, sehingga seluruh rakyat atau anggota hidup dalam damai sejahtera, sehat wal-afiat dan selamat baik lahir maupun batin. Mereka yang miskin dan berkekurangan kita doakan agar mereka menghayati kemiskinan dan kekurangannya dalam Tuhan alias membuka diri terhdap aneka bantuan atau pertolongan orang lain, dan tentu saja kita sekaligus berdoa agar banyak orang memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan. Doa-berdoa hemat saya juga merupakan salah satu cara hidup baru, sebagai wujud bahwa kita percaya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Doa-berdoa kiranya juga merupakan cirikhas cara hidup para anggota lembaga hidup bakti kontemplatif, yang antara lain dimotori oleh St. Antonius, Abas, yang kita kenangkan hari ini.



"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun" (Mzm 110:1-3).



Jakarta, 17 Januari 2011


Romo Ign Sumarya, SJ