Mari, jadikan Advent ini bermakna

Sudah gratis, tapi masih saja kurang dihargai…

Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya” (Yoh 1:11)

Hari Sabtu yang lalu, tanggal 27 November, orang-orang di Amerika ini merayakan Thanksgiving Day. Mereka berkumpul bersama keluarga pada hari istimewa ini untuk bersyukur kepada Tuhan dan bersantap siang atau malam bersama. Menariknya, hari Jumat, sehari berikutnya adalah Hari Belanja Nasional…. Saya katakan demikian, karena hampir semua toko, mall dan supermarket mengadakan ‘sale’ besar-besar-an untuk menarik pembeli. Banyak orang berkata hari itu adalah hari yang paling baik untuk belanja, sebab barang-barang dapat dibeli dengan ‘diskon’ yang lumayan banyak. Walaupun saya tidak pergi belanja hari itu, tapi saya dapat melihatnya dari jalan raya, karena parkir mobil penuh di mana-mana. Hal ini rupanya juga menarik perhatian Pastor paroki kami di sini. Maka pada homili, tadi pagi, dia menyinggung soal ‘sale’ ini yang menarik pengunjung. Dia bertanya, jika orang ramai membanjiri mall karena ada ‘sale’, apakah ada yang dapat dilakukan di gereja supaya orang juga akan ramai datang membanjiri gereja? Ya, demikianlah kenyataannya, masa Adven dan Natal rupanya lebih menarik orang untuk belanja, daripada merenungkan dan mempersiapkan diri untuk menyambut Tuhan Yesus, yang menjadi inti masa Adven dan Natal.

Padahal jika kira renungkan, perayaan Misa di gereja tidak hanya merupakan ‘sale’, tapi jauh melebihi dari ‘cuci gudang’ sekalipun. Karena berkat Allah diberikan cuma-cuma. Yang diberikan bukan barang jasmani yang bisa rusak dan lapuk, tapi berkat surgawi yang tak bisa rusak. Yang ditawarkan tidak terbatas pada kehidupan dunia, tetapi pada kehidupan ilahi yang tak terbatas, sebab yang kita sambut adalah Kristus, Sang Putra Allah yang Maha Tinggi itu sendiri. Gratis!

Sikap kita: apatis, atau terlalu aktif?

Tapi sayangnya, masih saja ada di antara kita yang menganggap datang ke Misa itu rutin. Adven tahun ini adalah pengulangan dari Adven tahun lalu. Tak ada yang baru. Bosan. Atau sebaliknya, kita ikut terlalu banyak kegiatan, sampe puyeng sendiri. Sibuk ini itu, latihan di sana sini, rapat tentang ini itu, dan ya, belanja untuk keperluan ini itu, sampai tidak ada waktu untuk merenungkan makna Adven. Mari kita tilik ke dalam hati kita, termasuk golongan mana kita ini. Mereka yang bosan dan apatis, atau mereka yang terlalu aktif dan sibuk? Sebab, jika kita benar-benar mengasihi Yesus, tentu kita tidak ‘bosan’ untuk menerima Dia di dalam Ekaristi; dan kita juga tidak memenuhi hati kita dengan seabreg kesibukan, sampai tidak ada ‘ruang’ lagi buat Yesus untuk masuk. Ada baiknya jika kita berusaha menyediakan waktu khusus untuk Tuhan dalam masa Adven ini untuk merenungkan kasih dan berkat yang Tuhan sudah berikan selama setahun ini. Atau kita berdoa rosario bersama di dalam keluarga, sambil merenungkan Peristiwa Gembira, dan dengan demikian kita mengarahkan hati untuk menyambut kedatangan Kristus kembali di dalam hati kita. Di dalam doa, kita dapat mengarahkan pandangan kita ke surga, dengan pengharapan akan kedatangan Kristus kembali sebagai Raja, dan kelahiran-Nya kembali di hati kita. Atau, kita dapat membagikan berkat yang sudah kita terima dalam bentuk amal kasih kepada mereka yang membutuhkan…

Mari memeriksa batin kita

Namun, di samping itu kita juga perlu memeriksa batin kita, sudahkah kita siap menyambut kelahiran-Nya di dalam hati kita? Sebab bukannya tidak mungkin, ada banyak penghalang dan ‘bukit- bukit’ kesombongan dan dosa yang memisahkan kita dari Tuhan. Adven adalah saatnya kita merendahkan hati di hadapan Tuhan, mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, agar segala ‘kotoran’ di dalam rumah hati kita dibersihkan, supaya kita dapat menerima Kristus, Sang Raja Agung. Karena kita tidak dapat dikatakan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, jika kita tetap tinggal di dalam dosa, atau terlalu tinggi hati untuk mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan. Dosa inilah yang menghalangi kita untuk mengalami kepenuhan kasih Tuhan, sehingga jika tidak disingkirkan, Adven dan Natal menjadi biasa-biasa saja dan tidak ada artinya bagi kita.

Maka, mari memeriksa batin kita, apakah kita sudah sungguh-sungguh menghormatiNya sebagai Tuhan? Mari kita mohon kepada Tuhan Yesus agar kita menjadi lebih peka untuk mengalami kehadiran-Nya di dalam Misa Kudus. Dan juga agar Ia memampukan kita untuk melihat diri-Nya di dalam diri orang-orang yang ada di sekitar kita, anggota keluarga, terutama mereka yang sakit, miskin dan menderita, serta mereka yang sering kita acuhkan, misalnya pembantu di rumah, supir dan office-boy/ office-girl. Sudahkah kita menyapa mereka dengan kasih? Sudahkah kita mempedulikan mereka? Mereka adalah potret yang nyata akan kehadiran Kristus dalam kemiskinan-Nya di sekitar kita!

Mari belajar dari kandang Natal

Sebab, semakin kita merenungkan Natal, semakin kita menemukan kedalaman misteri kasih dan kerendahan hati-Nya: Kristus yang adalah Allah meninggalkan kemuliaan surgawi dan menjelma menjadi manusia. Ia datang kepada manusia yang dicipta dan dikasihiNya tapi sayangnya, manusia menolak-Nya. Yesus lahir di kandang karena tak ada yang menerima Dia di tempat penginapan. Yesus memilih untuk lahir di kota kecil Betlehem, kota Daud, selain untuk menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan sebagai keturunan Raja Daud; namun juga untuk menyatakan diri-Nya sebagai Roti Hidup, sebab kata Betlehem artinya adalah ‘Rumah Roti’. Maka Ia memilih palungan -tempat makanan ternak- sebagai tempat tidurnya. O, seandainya kita semua memahami betapa besar dan dalamnya kasih Tuhan yang menghampakan diri sampai sejauh ini… untuk menyelamatkan kita. Tidak saja di akhir hidup-Nya di salib, tapi sejak di awal hidup-Nya sebagai seorang bayi, Ia telah memilih tempat yang ter-rendah untuk menghapuskan jarak yang tak terseberangi antara Allah dan manusia. Ya, ini dilakukan oleh-Nya, demi kasih-Nya kepada kita, agar kita semua tak peduli dari golongan apa, dapat datang kepada-Nya. Para gembala dan para majus menjadi contoh bagi kita untuk datang dan menyembah-Nya dengan kerendahan hati. Dan betapa kerendahan hati ini nyata terlihat di dalam Kristus sendiri…

Yesus memilih untuk lahir sebagai orang miskin, untuk mengajarkan kita agar tidak terikat pada kekayaan dunia. Ia memilih untuk lahir di kandang hewan dan dibaringkan di palungan yang beralaskan jerami, untuk mengajarkan agar kita tidak teralu cepat komplain pada keadaan yang tidak nyaman. Ia memilih untuk lahir di tengah-tengah orang sederhana, agar kitapun dapat belajar hidup sederhana, dan beriman dengan sikap yang sederhana pula. Ia memilih untuk lahir di luar keramaian kota, agar kita menemui Dia juga di dalam keheningan dan sikap batin yang tenang. Ia memilih untuk lahir dalam keadaan sangat berkekurangan, agar kita belajar bersyukur dalam segala hal.

Sikap sederhana inilah yang kita perlukan di dalam masa Adven ini. Dalam kesederhanaan ini kita dapat semakin menghayati kebesaran dan kasih Tuhan yang tiada terbatas. Mari kita temukan Kristus di dalam kesederhanaan: di dalam doa, dan perayaan Ekaristi, yang kelihatannya sederhana, sebab Ia Sang ‘Roti Hidup’, memilih untuk hadir di sana. Sesungguhnya ‘kado’ yang paling baik untuk dipersembahkan pada Kristus di hari Natal adalah pertobatan dan kasih kita kepada-Nya. Maka mari kita memeriksa batin, dan dengan jujur mengakui kesalahan dan dosa-dosa kita di hadapan Tuhan. Adakah kita sombong? Terlalu mencari kesenangan dan kekayaan? Terlalu mencari penghargaan dan hormat dari orang lain? Terlalu cepat mengeluh? Suka menghakimi? Sukar mengampuni? ….Tuhan, nyatakanlah kepadaku segala dosakuJangan biarkan dosa ini memisahkan aku dengan Engkau

Mari, kenalilah Tuhan, rindukanlah dan sambutlah Dia!

Mari, saudara dan saudariku, kita berdoa, agar jangan sampai Adven ini berlalu tanpa mengubah kita menjadi lebih baik. Kita yang sudah mengenal Kristus, jangan sampai pura-pura tidak kenal dengan Dia, atau memperlakukan Dia sebagai orang asing di hati kita. Atau, jangan sampai kita tidak mengenali Kristus saat Dia datang kepada kita. Di dalam doa, melalui orang-orang sekitar kita, dan terlebih dalam sakramen Ekaristi, Ia datang pada kita. Mari kita mempersiapkan hati dengan pertobatan yang tulus untuk menyambut kedatangan-Nya. Dengan kerinduan dan hati bersyukur mari kita bermadah, “Datanglah, O Immanuel. Tinggallah di dalam hatiku….”


Ditulis oleh: Ingrid Listiati, www.katolisitas.org

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Kej 3:9-15.20; Mzm 98:1-4; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38.)

Kej 3:9-15.20; Mzm 98:1-4; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38.


"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

“Sehubungan dengan penjelmaab Sabda ilahi Santa Perawan sejak kekal telah ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah. Berdasarkan rencana Penyelenggaraan Ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya dengan murah hati dan menjadi hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus, melahirkanNya, membesarkan-Nya, menghadapkanNya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita dengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara istimwa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita” ( Vatikan II: LG no 61).
Jika dicermati kiranya dapat kita lihat bahwa banyak orang bertobat karena devosi kepada Bunda Maria, antara lain dengan berdoa rosario serta berziarah. Dan memang tempat-tempat peziarahan Bunda Maria telah membahagiakan dan mensejahterakan banyak orang, tidak hanya orang-orang katolik yang berziarah tetapi juga masyarakat pada umumnya. Yang termasuk dalam jajaran ‘masyarakat’ini antara lain pengusaha angkutan umum dengan pegawaianya, para penjaja/penjual makanan atau kenangan/ souvenir, para tukang parkir, pengusaha tempat penginapan/losmen/hotel dst.. Bunda Maria adalah Bunda Penyelamat Dunia, maka kehadiran tempat peziarahan di manapun hendaknya berarti dan berfungsi bagi keselamatan dan kesejahteraan dunia, masyarakat sekitar dimana tempat peziarahan berada. Maka baiklah pada ‘Hari Raya SP Maria Dikandung tanpa dosa’ hari ini saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal kebaktian atau devosi kita kepada Bunda Maria, teladan umat beriman.

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)

Suci atau tanpa dosa antara lain berarti dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga dalam hidup sehari-hari senantiasa melaksanakan atau menghayati kehendak Tuhan, hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Kita masing-masing dikandung, dilahirkan dalam dan oleh kasih alias dalam keadaan suci, tanpa dosa, namun kiranya seiring dengan perjalanan waktu, baik dalam hidup sehari-hari, tugas pekerjaan maupun aneka kesibukan, rasanya kesucian tersebut semakin tercemar karena dosa-dosa kita; tambah usia dan pengalaman berarti tambah dosanya. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.” (Yoh 8:7-9) Dengan demikian mereka yang lebih muda daripada kita berarti lebih suci, maka baiklah kita lebih menghormati mereka yang lebih muda (anak-anak/murid?) karena dalam hidup beriman yang terhormat adalah yang suci/lebih suci. Menghormati anak-anak berarti memberi kemungkinan dan kesempatan sebaik mungkin bagi mereka untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Untuk itu perlu dukungan dana dan tenaga, maka kami menghimbau dan mengajak kita semua agar dalam perencanaan kerja, anggaran belanja dst.. senantiasa mengutamakan pendidikan anak-anak. Tidak memperhatikan pendidikan anak-anak secara baik dan memadai berarti menghacurkan masa depan diri sendiri dan anak-anak pelan-pelan dan pada waktunya akan hancur berantakan.

“Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya -- supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya” (Ef 1:11-12)


Suci atau tanpa dosa juga berarti hidup “di dalam Kristus dan di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”, dengan kata lain menjadi ‘alter Christi’, dimana setiap orang melihat orang suci berarti melihat. Ibu Teresa dari Calcuta, yang pernah dikatakan sebagai santa atau orang suci yang masih hidup di dunia, pernah berkata bahwa orang suci itu bagaikan ‘lobang kecil dimana orang dapat mengintip siapa Tuhan, siapa manusia dan apa harta benda’: Tuhan adalah Pencipta dan Penyelamat, manusia adalah gambar atau citra Allah dan harta benda adalah sarana untuk semakin memuji, mengabdi dan menghormati Tuhan. Maka marilah masing-masing dari kita, yang bagaikan sebutir pasir di padang pasir ini, alias sangat kecil dan kurang terlihat, berusaha dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan untuk menjadi ‘lobang kecil’ dimana melalui diri kita orang dapat mengintip siapa Tuhan, siapa manusia dan apa harta benda.

Dalam keadaan suci orang telanjang pun tidak akan memotivasi atau mendorong orang untuk berbuat dosa, melainkan semakin memuji dan memuliakan Tuhan ketika melihat orang telanjang, karena begitu indah dan menarik manusia ciptaan Tuhan itu. Orang ‘saling telanjang’ baik secara phisik maupun spiritual tidak akan malu dan terdorong untuk berdosa melainkan terdorong untuk semakin mengasihi sebagaimana terjadi dalam relasi suami-isteri. Telanjang secara phisik kiranya cukup jelas, sedangkan telanjang secara spiritual berarti kita saling membuka isi hati, jiwa dan akal budi atau pikiran kita masing-masing-masing, sehingga terjadilah kesatuan hati dan budi dalam kehidupan bersama. Sebaliknya orang telanjang dan berdosa kiranya akan merasa malu serta ‘menutup diri’ terhadap Yang Ilahi, sebagaimana dikisahkan dalam kitab Kejadian, manusia pertama yang melanggar perintah Tuhan.

"Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kej 3:11-13)


Orang berdosa memang tidak atau kurang bertanggungjawab dan dengan mudah atau seenaknya melempar tanggungjawab kepada orang lain. Adam melempar tanggungjawab kepada Hawa, isterinya, dan karena Hawa juga tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya maka ia melempar tanggungjawab kepada ular, binatang yang tidak dapat menjawab. Begitulah yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari: binatang, tumbuhan/tanaman atau barang/harta benda menjadi korban kekesalan dan kemarahan alias tempat sampah untuk melempar tanggungjawab. Orang marah pada suami/isteri, teman atau saudaranya dapat ‘membanting pintu/menutup pintu keras-keras’, menendang anjing, menendang pot tanaman, menggebrak meja dst.. Maka baiklah pada pesta SP Maria dikandung tanpa dosa hari ini kita juga mawas diri: sejauh mana kita sering dengan mudah dan seenaknya melempar tanggungjawab.

Orang yang berbiasa melempar tanggungjawab berarti orang tidak bermutu alias murahan, tidak dewasa. Masing-masing dari kita memiliki tanggungjawab khusus sesuai dengan kedudukan, tugas perutusan atau jabatan dan pekerjaan kita. Sekecil apapun tanggungjawab kita marilah kita hayati sebaik mungkin, sebaliknya mereka yang memiliki tanggungjawab besar baiklah jika dari diri sendiri merasa terbatas hendaknya berani membuka diri atau bantuan dan pertolongan sesamanya atau siapapun juga. Para petinggi, pejabat atau pemimpin memang memiliki tanggungjawab besar, maka hendaknya menghayati kepeimimpinan partisipatif dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau memfungsikan jabatan dan kedudukannnya, artinya melibatkan partisipasi semua anggota atau bawahan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Menghayati tanggungjawab dalam Tuhan berarti senantiasa berusaha untuk menemukan dan mengakui kehadiran dan karya Tuhan dalam diri sesama manusia maupun ciptaan lainnya, dengan demikian orang hidup dalam pelayanan atau saling melayani.

Marilah kita perhatikan bahwa seorang pelayan yang baik adalah pelayan yang tidak pernah melempar tanggungjawab kepada orang lain, tetapi senantiasa melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik dan dalam tugas pekerjaan tidak pernah menyalahkan yang lain, mengeluh atau menggerutu. Mengeluh atau menggerutu hemat saya secara diam-diam atau halus menyalahkan yang lain atau tidak bertanggung-jawab. Kami berharap pada kita semua: hendaknya kita tidak mudah atau seenaknya mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi hal-hal yang tidak enak atau kurang sesuai dengan selera kita. Apa yang sehat dan baik tidak otomatis enak dirasakan atau sesuai dengan selera kita masing-masing, atau bahkan banyak hal yang tidak sesuai dengan selera kita tetapi sehat dan baik serta menyelamatkan. Ingatlah dan hayatilah bahwa sebagai orang yang beriman pada Yesus Kristus kita harus meneladan Dia yang menelusuri ‘jalan salib’ serta wafat di kayu salib, menyerahkan Diri seutuhnnya kepada Bapa dan dunia. Dalam ‘keadaan telanjang dan tergantung di kayu salib’ Ia menjadi sembahan dan pujian bagi siapapun yang percaya kepadaNya. Penderitaan, tantangan dan hambatan yang lahir dari kesetiaan hidup beriman dan panggilan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan, jalan kesucian.

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mzm 98:1-4)


Jakarta, 8 Desember 2010


Romo. Ign. Sumarya, SJ

Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak ini hilang." (Yes 40:1-11; Mzm 96:1-3; Mat 18:12-14)

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Ambrosius, uskup dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kita semua, manusia diciptakan oleh Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri perihal kebersamaan hidup kita masing-masing: keluarga, masyarakat, tempat kerja dst..: apakah ada di antara kita kurang atau tidak berkumpul dengan kita dalam aneka kesempatan seperti makan bersama, pertemuan, rekreasi dst. Pengalaman dan pengamatan kami jika ada anggota keluarga atau komunitas atau paguyuban jarang atau bahkan tidak pernah bertemu dan curhat dengan saudara-saudarinya berarti yang bersangkutan berada dalam bahaya perihal panggilan dan tugas pengutusannya. Ada kemungkinan yang bersangkutan tersesat, namun tidak merasa dirinya tersesat. Maka baiklah jika ada saudara atau saudari kita yang demikian itu hendaknya segera diingatkan untuk berkumpul dan bercurhat dengan saudara-saudarinya dalam berbagai kesempatan yang ada. Sekiranya secara phisik atau langsung sulit dilakukan baiklah kita doakan,dengan kata lain di masa adven ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mendoakan saudara-saudari kita yang tersesat, dan jika mungkin mereka kita datangi dan ajak untuk kembali ke jalur atau cara hidup yang benar, sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Marilah kita semua menyadari dan menghayati bahwa pada dirinya manusia itu bersifat sosial, maka tak mungkin hidup bahagia atau damai-sejahtera jika hidup menyendiri. Sosial dari akar kata bahasa Latin socius yang antara lain berarti teman, maka bersifat sosial berarti senantiasa berteman dengan sesamanya dan membangun kehidupan bersama dalam suatu komunitas atau keluarga.

· "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya. (Yes 40:3-5). Padang gurun adalah tempat banga terpilih mengarungi perjalanan menuju tanah terjanji. Di padang gurun mereka harus menghadapi aneka tantangan dan masalah, maka ada di antara mereka cukup banyak yang tidak sampai ke tanah terjanji, antara lain termasuk Musa yang sempat ragu-ragu di dalam perjalanannya. Dengan kata lain kutipan dari kitab Yesaya di atas kiranya juga merupakan suatu ajakan bagi kita semua untuk mawas diri: apakah melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun merupakan persiapan untuk menuju tanah terjanji, hidup mulia kembali di sorga setelah dipanggil Tuhan nanti. Dengan kata lain apakah kita senantiasa berujud lurus dalam aneka macam langkah dan tindakan kita alias jujur, disiplin, setia dan taat. Hidup jujur dan disiplin pada masa kini hemat saya sungguh merupakan salah satu bentuk penghayatan iman yang harus kita hayati dan sebar-luaskan. Pertama-tama dan terutama marilah kita jujur terhadap diri sendiri serta disiplin diri; jika kita tidak mungkin jujur terhadap diri sendiri serta disiplin diri maka mustahil kita mengajak orang lain jujur serta disiplin. Memang hidup jujur dan disiplin pada umumnya butuh keteladanan dari mereka yang berpengaruh dan hidup maupun kerja bersama, maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal jujur dan disiplin. Secara khusus kami berharap kepada para pengguna jalan, entah pengendara sepeda motor, sopir maupun pejalan kaki untuk jujur dan disiplin di jalanan, sebagai tanda dan harapan bahwa kita akan selamat sampai tujuan masing-masing.



"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)



Jakarta, 7 Desember 2010

8 Desember: Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa

Semua manusia lahir di dalam belenggu dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh karena itu, semua manusia dinyatakan 'berdosa' sejak lahir. Oleh karena warisan dosa asal itu melekat erat pada kemanusiaan kita, kita tampaknya lebih cenderung dan mudah untuk berdosa dan melakukan kejahatan daripada melakukan kebajikan-kebajikan. Kita kelihatan lamban sekali melakukan kebajikan-kebajikan. Kita lebih cenderung menjauhi Tuhan daripada mendekatiNya untuk menikmati kebaikan dan cinta-Nya.

"Pada hari ini terbitlah setangkal tunas dari akar Jesse; pada hari ini pun Maria dikandung tanpa cela dosa," demikian bunyi antifon Magnifikat. Gereja merayakan 'perkandungan Maria tanpa noda dosa' untuk mengingatkan kepada seluruh umat betapa luhurnya martabat Maria sebagai Bunda Penebus. Maria adalah satu-satunya manusia yang dikecualikan Allah dari warisan Adam itu. Sesungguhnya dara murni ini adalah manusia biasa sama seperti kita; ia juga keturunan Adam. Sebagaimana kita, ia pun hidup di dalam dunia yang penuh dosa ini. Namun ia punya keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun juga. Ia sudah sejak kekal ditentukan Allah untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Sang Penebus dunia. Ia ditentukan untuk melahirkan Yesus, Anak Allah, dan karena itu sejak awal hidupnya, ia dipersiapkan untuk mengemban tugas luhur ini.

Melalui dialah, Tuhan menyalurkan rahmat penyelamatanNya kepada manusia. Tuhanlah sumber rahmat, sedang Maria hanyalah 'saluran'nya. Sebagai saluran rahmat Allah bagi manusia, maka sudah selayaknya Maria itu penuh rahmat dan suci tak bercela. Demikian ia ditebus dengan cara yang paling sempurna: diperkandungkan tanpa noda dosa, suci dan tak bercela di hadapan Allah.

Dalam rahim Maria, Perawan yang murni, Allah menemukan singgasana yang pantas bagi Putera-Nya. Melalui Maria kutuk dosa diganti dengan berkat bagi manusia. Oleh karena itu, pada hari raya ini patutlah kita berdoa: "Ya Maria, dengan senang hati kami merenungkan rahasia kepilihanmu menjadi Bunda Penebus. Engkau telah dibebaskan Allah dari kutuk dosa yang telah menimpa umat manusia. Jiwamu diperkaya dengan rahmat Allah dan memancarkan semarak kemuliaan Allah. Ya Maria yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu." (www.imankatolik.or.id)

7 Desember: Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja

Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman dari sebuah keluarga Kristen. Ayahnya menjabat Gubernur Gaul, dengan wilayah kekuasaannya meliputi: Prancis, Inggris, Spanyol, Belgia, Jerman, dan Afrika. Ia mendapat pendidikan yang baik dalam bahasa Latin, Yunani dan ilmu hukum. Di kemudian hari ia terkenal sebagai seorang ahli hukum yang disegani. Keberhasilannya di bidang hukum menarik perhatian Kaisar Valentinianus; ia kemudian dinobatkan menjadi Gubernur Liguria dan Aemilia, yang berkedudukan di Milano, Italia Utara.

Ketika Auxentius, Uskup kota Milan meninggal dunia, terjadilah pertikaian antara kelompok Kristen dan kelompok penganut ajaran sesat Arianisme. Mereka berselisih tentang siapa yang akan menjadi uskup yang sekaligus menjadi pemimpin dan pengawas kota dan keuskupan Milano. Para Arian berusaha melibatkan Kaisar Valentinianus untuk menentukan bagi mereka calon uskup yang tepat. Kaisar menolak permohonan itu dan meminta supaya pemilihan itu dilangsungkan sesuai dengan kebiasaan yang sudah lazim yaitu pemilihan dilakukan oleh para imam bersama seluruh umat. Ketika mereka berkumpul untuk memilih uskup baru, Ambrosius dalam kedudukannya sebagai gubernur datang ke basilika itu untuk meredakan perselisihan antara mereka. Ia memberikan pidato pembukaan yang berisi uraian tentang tata tertib yang harus diikuti. Tiba-tiba terdengar teriakan seorang anak kecil: "Uskup Ambrosius, Uskup Ambrosius!" Teriakan anak kecil itu serta-merta meredakan ketegangan mereka. Lalu mereka secara aklamasi memilih Ambrosius menjadi Uskup Milano. Ambrosius enggan menerimanya karena ia belum dibaptis. Selain itu ia merasa jabatan uskup itu terlalu mulia dan meminta pertanggungjawaban yang berat. Tetapi akhirnya atas desakan umat, ia bersedia juga menerima jabatan uskup itu.

Enam hari berturut-turut ia menerima semua sakramen yang harus diterima oleh seorang uskup. Setelah itu ia ditahbiskan menjadi uskup. Seluruh hidupnya diabdikan kepada kepentingan umatnya; ia mempelajari Kitab Suci di bawah bimbingan imam Simplisianus; memberikan kotbah setiap hari minggu dan hari raya dan menjaga persatuan dan kemurnian ajaran iman yang diwariskan oleh para Rasul. Dengan bijaksana ia membimbing hidup rohani umatnya. Ia mengatur ibadat hari minggu dengan tata cara yang menarik, sehingga seluruh umat dapat ikut serta dengan gembira dan aktif; mengatur dan mengusahakan bantuan bagi pemeliharaan kaum miskin dan mentobatkan orang-orang berdosa. Ambrosius, seorang uskup yang baik hati dalam melayani umatnya. Selama 10 tahun, ia menjadi pembela ulung ajaran iman yang benar menghadapi para penganut Arian. Pertikaian antara dia dan kaum Arian mencapai klimaksnya pada tahun 385, ketika ia melarang keluarga kaisar memasuki basilik untuk merayakan upacara sesuai dengan aturan mereka. Seluruh umat mendukung dia selama krisis itu. Ia dengan tegas menolak permintaan Yustina, permaisuri kaisar yang menginginkan penyerahan satu gereja Katolik kepada para penganut Arian. Ia berhasil membendung pengaruh buruk ajaran Arianisme.

Terhadap Kaisar Theodosius yang menumpas pemberontakan dan melakukan pembantaian besar-besaran, Ambrosius tak segan-segan mengucilkannya dan tidak memperkenankan dia masuk Gereja. Ia menegaskan bahwa pertobatan di hadapan seluruh umat merupakan syarat mutlak bagi Theodosius untuk bisa diterima kembali di dalam pangkuan Bunda Gereja. Katanya: "Kalau Yang Mulia mau meneladani perbuatan buruk Raja Daud dalam berdosa, Yang Mulia juga harus mencontohi dia dengan bertobat" - "Kepala Negara adalah anggota Gereja, tetapi bukan tuannya." Theodosius, yang dengan jujur mengakui dosa dan kesalahannya, tak berdaya di hadapan kewibawaan Uskup Ambrosius. Ia mengatakan: "Ambrosius adalah satu-satunya uskup yang menurut pendapatku layak memangku jabatan yang mulia ini".

Ambrosius, seorang uskup yang berjiwa praktis. Meskipun kepentingan politik sangat menyita perhatiannya, namun ia tetap berusaha mencari waktu untuk berdoa dan menulis tentang kebenaran-kebenaran Kristen. Kotbah-kotbahnya sangat menarik dan kemudian diterbitkan menjadi bacaan umat. Salah satu kemenangannya yang terbesar ialah keberhasilannya mempertobatkan Santo Agustinus. Ambrosius meninggal dunia pada tahun 397 dan digelari Pujangga Gereja. Ia termasuk salah seorang dari 4 orang Pujangga Gereja yang terkenal di lingkungan Gereja Barat. (www.imankatolik.or.id)

6 Desember: Santo Nikolas dari Myra, Uskup dan Pengaku Iman

Nikolas lahir di Parara, Asia Kecil dari sebuah keluarga yang kaya raya. Sejak masa mudanya ia sangat menyukai cara hidup bertapa dan melayani umat. Ia kemudian menjadi seorang imam yang sangat disukai umat. Harta warisan dari orangtuanya dimanfaatkan untuk pekerjaan-pekerjaan amal, terutama untuk menolong orang-orang miskin. Sebagai imam ia pernah berziarah ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Yerusalem, ia dipilih menjadi Uskup kota Myra dan berkedudukan di Lycia, Asia Kecil (sekarang: Turki). Santo Nikolas dikenal di mana-mana. Ia termasuk orang kudus yang paling populer, sehingga dijadikan pelindung banyak kota, propinsi, keuskupan dan gereja. Di kalangan Gereja Timur, ia dihormati sebagai pelindung para pelaut; sedangkan di Gereja Barat, ia dihormati sebagai pelindung anak-anak, dan pembantu para gadis miskin yang tidak mampu menyelenggarakan perkawinannya. Namun riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, selain bahwa ia dipilih menjadi Uskup kota Myra pada abad keempat yang berkedudukan di Lycia. Ia seorang uskup yang lugu, penuh semangat dan gigih membela orang-orang yang tertindas dan para fakir miskin. Pada masa penganiayaan dan penyebaran ajaran-ajaran sesat, ia menguatkan iman umatnya dan melindungi mereka dari pengaruh ajaran-ajaran sesat.

Ketenaran namanya sebagai uskup melahirkan berbagai cerita sanjungan. Sangat banyak cerita yang menarik dan mengharukan. Namun tidak begitu mudah untuk ditelusuri kebenarannya. Salah satu cerita yang terkenal ialah cerita tentang tiga orang gadis yang diselamatkannya: konon ada seorang bapa tak mampu menyelenggarakan perkawinan ketiga orang anak gadisnya. Ia orang miskin. Karena itu ia berniat memasukkan ketiga putrinya itu ke tempat pelacuran. Hal ini didengar oleh Uskup Nikolas. Pada suatu malam secara diam-diam Uskup Nikolas melemparkan tiga bongkah emas ke dalam kamar bapa itu. Dengan demikian selamatlah tiga puteri itu dari lembah dosa. Mereka kemudian dapat menikah secara terhormat.

Cerita yang lain berkaitan dengan kelaparan hebat yang dialami umatnya. Sewaktu Asia Kecil dilanda paceklik yang hebat, Nikolas mondar-mandir ke daerah-daerah lain untuk minta bantuan bagi umatnya. Ia kembali dengan sebuah kapal yang sarat dengan muatan gandum dan buah-buahan. Namun, tanpa sepengetahuannya, beberapa iblis hitam bersembunyi dalam kantong-kantong gandum itu. Segera Nikolas membuat tanda salib atas kantong-kantong itu dan seketika itu juga setan-setan hitam itu berbalik menjadi pembantunya yang setia.

Nikolas adalah santo nasional Rusia. Cerita tentang tertolongnya ketiga puteri di atas melahirkan tradisi yang melukiskan Santo Nikolas sebagai penyayang anak-anak. Salah satu tradisi yang paling populer ialah tradisi pembagian hadiah kepada anak-anak pada waktu Pesta Natal oleh orangtuanya melalui 'Sinterklas'. Tradisi ini diperkenalkan kepada umat Kristen Amerika oleh orang-orang Belanda Protestan, yang menobatkan Santo Nikolas sebagai tukang sulap bernama Santa Claus. "Sinterklas", yaitu hari pembagian hadiah kepada anak-anak yang dilakukan oleh seorang berpakaian uskup yang menguji pengetahuan agama anak-anak, tetapi ia membawa serta hamba hitam yang menghukum anak-anak nakal.

Santo Nikolas meninggal dunia di Myra dan dimakamkan di katedral kota itu. Relikuinya kemudian dicuri orang pada tahun 1807. Sekarang relikui itu disemayamkan di Bari, Italia. (www.imankatolik.or.id)

Ekaristi, Sakramen Puncak Kebersamaan Dengan Tuhan dan Sesama (2)

A. Gereja Perdana

• Dalam hidup Gereja perdana, perayaan Ekaristi sudah menjadi pusat dan puncak kehidupan umat beriman. Meskipun Kisah Rasul disusun hampir mendekati abad pertama, tetapi Kisah Rasul menyebut praktik kuno dari jemaat Yerusalem, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasulu-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.... dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.” (Kis 2:42. 44-47).
• Meskipun teks cara hidup jemaat di Yerusalem ini lebih merupakan cita-cita kehidupan umat kristiani, tetapi teks ini menunjuk suatu praktik kehidupan jemaat historis, yaitu bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan, berdoa di Bait Allah dan melanjutkannya di rumah masing-masing secara bergilir untuk memecah roti alias mengadakan perayaan Ekaristi,
• Semula murid Yesus mengira masih sebagai bagian dari orang-orang dan agama Yahudi, sehingga mereka ikut berdoa di Bait Allah. Akan tetapi, dengan cepat pula disadari bahwa mereka berbeda dari orang dan agama Yahudi karena iman mereka berbeda dari orang dan agama Yahudi karena iman mereka adalah akan Yesus Kristus,
• Oleh karena itu, mereka akhirnya memisahkan diri dari tradisi Yahudi dan hal itu, terutama, diperparah karena penganiayaan jemaat di Yerusalem oleh orang-orang Yahudi,
• Sejak semula perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang persis membedakan tradisi kristiani dan tardisi Yahudi, maka perayaan Ekaristi sejak awal sudah menjadi ciri khas perayaan iman kristiani dan sekaligus menjadi pusat dan pemersatu kehidupan seluruh umat beriman,
• Sejak awal pula diakui bahwa Ekaristi dirayakan oleh Gereja bukan karena pertama-tama inisiatif dan kemauan Gereja sendiri, melainkan karena diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri. Hal ini terlihat pada saat perjamuan malam terakhir, Yesus berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19; 1Kor 11:24)

B. Ekaristi adalah khas jemaat Kristiani,

• Meskipun Ekaristi itu khas jemaat kristiani, tetapi perayaan Ekaristi Gereja benar-benar berakar dalam tradisi religius Yahudi. Hanya saja, tradisi Yahudi dalam perayaan Ekaristi mendapat makna dan nilainya karena kaitannya dengan Yesus Kristus,
• Secara khusus perayaan Ekaristi Gereja memang memiliki dasar dan hubungannya dengan peristiwa perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya, yaitu menjelang sengsara dan wafat-Nya. Akan tetapi, untuk membahas Ekaristi, kita tidak boleh mengabaikan keseluruhan konteks hidup dan pewartaan Yesus Kristus, maka ada tiga hal yang boleh dipandang sebagai akar perayaan Ekaristi, yaitu
1. Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa. Perayaan Ekaristi memiliki akar dalam seluruh karya dan hidup Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah. Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa memiliki konteksnya pada pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah, yaitu bahwa Allah berbelas kasih dan mengundang orang yang berdosa ke dalam persudaraan dan persekutuan denganNya. (Mrk 2:16-17; Mat 9:1013; Luk 5:29-32; bdk Luk 15:1),
2. Perjamuan malam terakhir (Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20, dan 1Kor 11:23-26). Perjamuan malam terakhir merupakan perjamuan paling pokok yang diadakan Yesus sebagai perjamuan perpisahan dengan para muridNya sebelum menderita sengsara dan wafat. Dengan perjamuan malam terakhir, Yesus menafsirkan dan menjelaskan peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya sebagai pemberian diri sehabis-habisnya bagi keselamtan manusia. Perjamuan malam terakhir bukanlah perayaan Ekaristi Gereja yang pertama, tetapi menjadi saat penetapan bagi perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi diperintahkan Tuhan sendiri melalui sabdaNya, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19; 1Kor 11:24)
3. Perjamuan makan dengan Yesus yang bangkit (Luk 24:13-35). Sesudah kebangitanNya Yesus mengadakan perjamuan makan dengan murid-murid-Nya. Teks dua murid Emaus dalam Luk 24 merupakan contoh yang paling jelas. di situ ingin diungkapkan bahwa perayaan Ekaristi merupakan kebersamaan dengan Tuhan yang bangkit.

C. Perjamuan Malam terakhir.

• Perayaan Ekaristi Gereja jelas memiliki hubungan historis dengan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kita memiliki 4 teks perjamuan terakhir (Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20, dan 1Kor 11:23-26),
• Keempat teks perjamuan terakhir tersebut dapat dibagikan ke dalam dua kelompok atau tipe.
1. Kelompok pertama ialah teks Markus dan Matius. Dalam hal ini teks Matius merupakan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Markus yang lebih tua,
2. Kelompok kedua adalah teks Paulus yang mirip dengan teks Lukas. Walaupun usia Injil Lukas lebih muda daripada tulisan Paulus, tetapi teks Perjamuan Terakhir Lukas tidak begitu saja merupakan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Paulus. Para ahli memperkirakan bahwa teks Paulus dan tekas Lukas sama-sama tergantung atau diturunkan dari satu sumber yang sama, yaitu tardisi Antiokhia yang berbahasa Yunani (sekitar 40M),
• Semua teks perjamuan malam terakhir Perjanjian Baru sama-sama memandang perjamuan makan Yesus itu sebagai pesta perjamuan perpisahan sebelum wafatNya. Perjamuan malam terakhir sebagai pesta perpisahan Yesus dan murid-Nya itulah konteks yang secara pasti dapat kita simpulkan,
• Demikianlah, sebagaimana para Bapa Bangsa dan utusan Allah dalam tradisi Yahudi, Yesus meringkaskan sebuah karya hidupNya dalam perjamuan malam terakhir itu dan menganugerahkan berkat-Nya kepada para murid. Berkat itu adalah Perjanjian Baru dan warisanNya untuk para murid dan ini berlaku untuk masa datang,
• Ada pertanyaan, “Apakah perjamuan malam terakhir itu suatu perjamuan paskah (Yahudi) atau bukan?” Masalahnya adalah bahwa data antara Injil Sinoptik dan Injil Yohanes berbeda. Injil Sinoptik menyatakan jeals bahwa oerjamuan malam terakhir merupakan perjamuan paskah (Mrk 14:12-17; Luk 22:15), maka Injil Yohanes justru menyatakan bahwa perjamuan malam terakhir buakan suatu perjamuan paskah. Yohanes memandang perjamuan malam terakhir sebagai perjamuan yang diadakan pada hari persiapan (menjelang) Paskah (bdk. Yoh 13:1; 18:28; 19:14).
• Tentang hal ini, Paulus tidak memberikan informasi sama sekali, maka yang dapat kita katakan hanyalah bahwa perjamuan malam terakhir tentulah berbeda dalam konteks perayaan Paskah Yahudi.


Disunting dari buku,
Sakramen-Sakramen Gereja [Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral] - Rm. E. Martasudjita, Pr

"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?" (Yes 35:1-10; Mzm 85:10-14; Luk 5:17-26)

"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Orang Farisi dan ahli Taurat tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Mesias yang dijanjikan dan telah lama ditunggu kedatangan-Nya, maka ketika Yesus mengampuni dosa orang yang sakit mereka berpikiran jahat. Sakit dan sehat erat kaitannya dengan dosa, mereka yang mudah jatuh sakit kiranya harus menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa, sedangkan mereka yang sehat kami berharap senantiasa berpikiran positif ketika ada orang yang membantu mereka yang berdosa, sakit atau menderita. Maka baiklah di masa adven ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal apa yang setiap hari kita pikirkan. Cara hidup dan cara bertindak kita sangat tergantung pada apa yang sedang kita pikirkan, maka baiklah sebagai umat beriman kita senantiasa berpikiran baik atau positif, dengan kata lain senantiasa berusaha mendengarkan dan melihat karya Roh dalam hidup sehari-hari, dalam diri manusia, tanaman, binatang maupun aneka macam peristiwa., sehingga kita juga dapat berkata "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan" Dengan sikap dan pikiran macam itu berarti kita juga siap sedia untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

"Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 5:4), demikian peringatan Yesaya kepada saudara-saudarinya, kepada kita semua umat beriman. Hidup dan bertindak baik pada masa kini memang sarat dengan tantangan, hambatan maupun masalah, maka hendaknya tidak takut menghadapi semuanya itu. "Ia sendiri datang menyelamatkannya", inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Dengan kata lain bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan; bersama dan bersatu dengan Tuhan antara lain senantiasa berpikiran positif sebagaimana saya katakan diatas. Sikap dan hayati aneka tantangan, hambatan dan masalah sebagai sarana atau wahana untuk semakin mempertebal, meneguhkan dan memperdalam iman kita kepada Tuhan. Sebagaimana emas murni tidak terbakar atau hancur karena api yang panas, demikian juga bersama dan bersatu dengan Tuhan tak akan tergoyahkan oleh aneka macam masalah, tantangan dan hambatan, melainkan masalah, tantangan dan hambatan semakin meneguhkan iman kita kepada Tuhan. Janganlah takut menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Takut menghadapi tantangan, masalah dan hambatan tidak akan tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa dalam hal iman atau cerdas secara spiritual. Kami berharap sikap positif sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja keteladanan orangtua sungguh dibutuhkan. Hendaknya dibangun dan diperdalam sikap positif satu sama lain antar anggota keluarga.

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:10-14).

Jakarta, 6 Desember 2010



I. Sumarya, SJ

Selamat ulang tahun Rm A. Puja Harsana, SJ

santoantonius.blogspot.com mengucapkan selamat ulang tahun kepada Rm Antonius Puja Harsana, SJ. Semoga berkat senantiasa melimpah dan Tuhan melindungi dalam tugas dan karya pelayanan bagi umat Paroki St Antonius Purbayan, Surakarta.

5 Desember 2010.

BACAAN LITURGI 6 - 31 Desember 2010

Senin, 6 Desember 2010 : St. Nikolaus
Yes. 35:1-10; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Luk. 5:17-26

Selasa, 7 Desember 2010 : Pw S. Ambrosius
Yes. 40:1-11; Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13; Mat. 18:12-14; atau dr RUybs

Rabu, 8 Desember 2010 : HARI RAYA SP MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA
Kej. 3:9-15,20; Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4; Ef. 1:3-6,11-12; Luk. 1:26-38

Kamis, 9 Desember 2010 : Bernardus Maria Silvestrelli
Yes. 41:13-20; Mzm. 145:9,10-11,12-13ab; Mat. 11:11-15

Jumat, 10 Desember 2010 : Marc Antonio Durando
Yes. 48:17-19; Mzm. 1:12,3,4,6; Mat. 11:16-19

Sabtu, 11 Desember 2010 : SP. Maria dr. Guadalupe, St. Damasus I
Sir. 48:1-4,9-11; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; Mat. 17:10-13

Minggu, 12 Desember 2010 : HARI MINGGU ADVEN III
Yes. 35:1-6a,10; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 5:7-10; Mat. 11:2-11

Senin, 13 Desember 2010 : Pw S. Lusia
Bil. 24:2-7,15-17a; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7c,8-9; Mat. 21:23-27; atau dr RUybs

Selasa, 14 Desember 2010 : Pw S. Yohanes dr Salib
Zef. 3:1-2,9-13; Mzm. 34:2-3,6-7,17-18,19,23; Mat. 21:28-32; atau dr RUybs

Rabu, 15 Desember 2010 : Hari biasa Pekan III Adven
Yes. 45:6b-8,18,21b-25; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Luk. 7:19-23

Kamis, 16 Desember 2010 : Maria dr Malaikat
Yes. 54:1-10; Mzm. 30:2,4,56,11-12a,13b; Luk. 7:24-30

Jumat, 17 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
Kej. 49:2,8-10; Mzm. 72:1,34b,7-8,17; Mat. 1:1-17

Sabtu, 18 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
Yer. 23:5-8; Mzm. 72:2,12-13,18-19; Mat. 1:18-24

Minggu, 19 Desember 2010 : HARI MINGGU ADVEN IV
Yes. 7:10-14: Mzm. 24:1-2.3-4ab,5-6: Rm. 1:1-7: Mat. 1:18-24

Senin, 20 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
Yes. 7:10-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 1:26-38

Selasa, 21 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven ; Petrus Kanisius
Kid. 2:8-14 atau Zef. 3:14-18a; Mzm. 33:2-3,11-12,20-21; Luk. 1:39-45

Rabu, 22 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
1Sam. 1:24-28; MT 1Sam 2:1,4-5,6-7,8abcd; Luk. 1:46-56

Kamis, 23 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
Mal. 3:1-4; 4:5-6; Mzm. 25:4b-5b,8-9,10,14; Luk. 1:57-66

Jumat, 24 Desember 2010 : Hari Biasa Khusus Adven
Pagi: 2Sam. 7:1-5,86-12,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Luk. 1:67-79

MASA NATAL
Jumat, 24 Desember 2010 :
Sore: Menjelang Hari Raya Natal Yes. 62:1-5; Mzm. 89:4-5,16-17,27,29; Kis. 13:1617,22-25; Mat. 1:1-25. (Mat. 1:18-25)
Malam Natal: Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.

Sabtu, 25 Desember 2010: HARI RAYA NATAL
Fajar: Yes. 62:11-12; Mzm. 97:1,6,11-12; Tit. 3:4-7; Luk. 2:15-20.
Siang: Yes. 52:710; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18 (Yoh. 1:15,9-14)

Minggu, 26 Desember 2010 : Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf
Sir. 3:2-6,12-14; Mzm. 128:12,3,4-5; Kol. 3:12-21; Mat. 2:13-15,19-23

Senin, 27 Desember 2010 : Pesta S. Yohanes
1Yoh. 1:1-4; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Yoh. 20:2-8

Selasa, 28 Desember 2010 : Pesta Kanak-kanak Suci
1Yoh. 1:5 - 2:2: Mzm. 124:2-3,4-5,76-8; Mat. 2:13-18

Rabu, 29 Desember 2010 : Hari kelima dalam Oktaf Natal ; St.Thomas Becket
1Yoh. 2:3-11; Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6; Luk. 2:22-35

Kamis, 30 Desember 2010 : Hari Keenam Dalam Oktaf Natal
1Yoh. 2:12-17; Mzm. 96:7-8a,8b-9,10; Luk. 2:36-40

Jumat, 31 Desember 2010 : Hari Ketujuh Dalam Oktaf Natal ; St. Silvester I.
1Yoh. 2:18-21; Mzm. 96:1-2,11-12,13; Yoh. 1:1-18

HOMILI: Hari Minggu Adven II

Yes 11:1-10; Mzm 72:1-2.7-8; Rm 15:4-9; Mat 3:1-12

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"


Menjelang ulangan umum atau ujian pada umumnya para pelajar atau mahasiswa sungguh giat belajar, dengan harapan sukses dalam ulangan umum atau ujian. Hal yang sama juga terjadi pada mereka yang akan menikah: berbagai persiapan diadakan, entah untuk upacara pernikahan atau pesta pernikahan. Dalam persiapan pernikahan yang tak kalah penting adalah mempersiapkan undangan: siapa saja yang akan diundang. Dalam mempersiapkan nama-nama yang akan diundang hadir dalam upacara maupun pesta pernikahan pada umumnya orang membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga/kekuatannya untuk mengingat-ingat atau mengenangkan nama-nama, sahabat dan handai taulan yang akan diundang. Dengan kata lain suasana menjelang pada umumnya orang berusaha membersihkan diri dan lingkungan hidupnya: bersih diri dan lingkungan. Masa adven juga masa pembersihan diri dan lingkungan alias pertobatan atau pembaharuan diri, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita melaksanakan pertobatan atau pembaharuan diri.



"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 3:2)


"Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan" (Yoh 3:8), demikian kutipan seruan Yohanes Pembaptis kepada orang-orang Farisi dan Saduki, yang minta dibaptis. Pembaptisan juga berarti pertobatan atau pembaharuan hidup, dibaptis berarti menerima anugerah atau rahmat Allah untuk meninggalkan cara hidup lama yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kemudian memeluk hidup baru sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pembaptisan kita berjanji "hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan", maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri perihal penghayatan rahmat atau janji baptis tersebut. Apakah rahmat atau anugerah pembaptisan yang telah kita terima menghasilkan buah-buah sebagaimana diharapkan:

1) Menolak semua godaan setan. Godaan setan pada umumnya menggejala dalam rayuan atau tawaran harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Cukup banyak orang jatuh karena godaan-godaan ini, sehingga yang bersangkutan tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya; bahkan jika dicermati sementara tokoh agama pun (imam, bruder, suster, para anggota dewan paroki dst..) mengikuti godaan tersebut. Mereka hanyut dalam usaha dan kerja keras untuk membangun kerajaannya sendiri, bukan Kerajaan Allah.

Memang secara konkret dalam pelaksanaan tugas atau penghayatan panggilan kita tak akan terlepas dari urusan harta benda/uang, kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi, dengan kata lain kita tak mungkin menolak 100%. Kita terima dan hayati harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi sebagai sarana atau wahana menyucikan diri, mendukung penghayatan iman dan panggilan kita masing-masing. .Dengan kata lain semakin kaya akan harta benda atau uang, berkedudukan dan terhormat secara duniawi, hendaknya juga semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih. Selanjutnya syukur dan terima kasih tersebut kita wujudkan dalam pelayanan kepada sesama atau pengabdian kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita.

2) Hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja. "Manusia diciptakan untuk mengabdi, menghormati dan memuliakan Tuhan Allah", demikian kutipan dari Arah Dasar Latihan Rohani St.Ignatius Loyola. Ajakan ini kiranya dapat kita wujudkan sebagai sesama manusia saling mengabdi, menghormati dan memuliakan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling menjunjung tinggi harkat martabat manusia di dalam hidup sehari-hari. Untuk itu hendaknya kita menjauhkan diri dari aneka macam bentuk pelecehan terhadap harkat martabat manusia seperti membenci, memarahi, memperkosa dst.. Secara khusus kami ingatkan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, entah yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga sebagai suami-isteri: hendaknya tidak terjadi pemerkosaan dalam hubungan seksual. Hendaknya jangan menjadi hamba nafsu seksual yang tak terkendalikan, sebagaimana masih marak dalam relasi antara laki-laki dan perempuan masa kini.



"Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus" (Rm 15:5-6)




Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk dengan tekun saling menghibur, membangun dan memperdalam kerukunan serta memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari. Kerukunan atau hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita, umat manusia, sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini, mengingat masih maraknya permusuhan dan tawuran di sana-sini yang mengakibatkan penderitaan manusia, bahkan juga ada korban yang meninggal dunia.



Dalam membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati ini, pertama-tama saya mengajak para suami-isteri untuk mawas diri serta dapat menjadi teladan atau saksi, mengingat anda berdua pernah berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Saya percaya bahwa anda sebagai suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain anda menghayati saling mengasihi tersebut dalam persetubuhan/hubungan seksual, yang ada kemungkinan berbuah kasih, seorang anak, sebagai anugerah Tuhan. selanjutnya kami mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih, atau yang terkasih, dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti saat ini hanya karena dan oleh kasih. Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih, maka bertemu dengan siapapun berarti yang terrkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan yang sejati. Hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati pasti saling menghibur dan membahagiakan.



Kita semua juga dipanggil untuk dengan satu hati dan satu suara memuliakan Allah, artinya yang termulia dalam kebersamaan kita adalah Allah dan kita semua sama-sama hamba atau pelayan: sebagai sesama manusia kita hidup dan bertindak saling melayani. Berrefleksi perihal "melayani" baiklah kita melihat dan mengamati apa yang dihayati oleh seorang pelayan yang baik di dalam keluarga atau komunitas. Ingat pelayan yang tidak baik pada umumnya langsung dipecat tanpa pesangon, yang bersangkutan tidak layak menjadi pelayan. Berkali-kali saya angkat perihal cirikhas pelayan atau pembantu rumah tangga yang baik antara lain: sederhana, tanggap, peka terhadap kebutuhan orang lain atau yang dilayani, tidak pernah mengeluh atau marah, membahagiakan, dst. Ciri-ciri pelayan yang baik inilah yang hendaknya juga kita hayati dalam hidup saling melayani. Tidak pernah mengeluh dan marah inilah yang kiranya baik kita hayati dan sebarluaskan. Orang yang mudah mengeluh dan marah pada umumnya hanya mengikuti selera pribadi, sedangkan yang tidak pernah mengeluh atau marah adalah orang yang setia pada panggilan dan tugas pengutusan dalam keadaan dan situasi apapun serta dimanapun.



"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!" (Mzm 72:1-2.7-8)



Jakarta, 5 Desember 2010



Romo Ign. Sumarya, SJ

Pergilah dan beritakanlah bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat (Yes 30:19-2123-26; Mzm 147:1-6; Mat 9:35-10:16-8)

“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.…..pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-Cuma” (Mat9:35-10:16-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

“Madecer” = Masa depan cerah, itulah motto yang berlaku bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, artinya tidak akan kekurangan pekerjaan atau tugas alias tak akan menganggur. Namun sayang bahwa jumlah imam, bruder atau suster mengalami kemerosotan, demikian juga kemerosotan kwalitas. Kemerosotan tersebut antara disebabkan oleh sikap mental materialistis yang begitu menjiwai banyak orang masa kini atau oleh gerakan keluarga berencana dimana dua atau satu anak cukup. Maka dengan ini kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibina perihal kepekaan sosial, perhatian terhadap yang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan pembinaan sosial kami berharap anak-anak tumbuh berkembang menjadi ‘man or woman with/for others’. Tentu saja kami juga berharap kepada para orangtua jika anak-anaknya atau salah satu anaknya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster tidak dilarang, mengingat dan memperhatikan bahwa pada masa kini yang sering merasa berat ketika anak ingin menjadi imam, bruder atau suster adalah orangtua. Anak-anak adalah anugerah Tuhan, maka baiklah ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi imam, bruder atau suster dengan jiwa besar dan hati rela berkorban didukung dengan sepenuh hati. Kami juga berharap kepada seluruh umat untuk mendukung hidup dan panggilan para imam, bruder atau suster, entah dengan mendoakannya atau memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan karya pelayanannya. Ketika melihat atau mendengar ada imam, bruder atau suster nampak kurang setia pada panggilannya hendaknya sedini mungkin diingatkan.

“Walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri” (Yes30:20-21). Kutipan dari kitab Yesaya di atas ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk membuat mata dan telinga kita peka terhadap sapaan atau sentuhan Tuhan melalui saudara-saudari kita maupun aneka macam peristiwa di lingkungan hidup kita. Sapaan atau sentuhan Tuhan tersebut dapat berupa ajakan untuk berbuat baik kepada orang lain, antara lain membantu mereka yang miskin dan berkekurangan atau menderita karena menjadi korban bencana alam atau musibah. Bukalah mata dan telinga anda terhadap apa yang terjadi di lingkungan hidup anda!. Ketika ada ajakan untuk berbuat baik dan berkorban bagi orang lain hendaknya segera diikuti dan dihayati, dan jangan ditolak atau dihindari. Ingatlah perbuatan dan pengorbanan yang kita berikan kepada orang lain tidak akan berkurang melainkan semakin bertambah, artinya kita semakin senang berbuat baik dan berkorban dimanapun dan kapanpun. “Berjalanlah mengikutinya, entah kamu menganan atau mengiri”, demikian peringatan Yesaya. Karyu Roh memang dapat kita dengar dan lihat, namun kita tidak tahu ke arah mana Roh menghendaki kita berjalan, kita tidak tahu. Yang dibutuhkan dari kita adalah kesiap-siagaan untuk melakukan sesuatu yang baik atau kehendak Roh Kudus. Masa adven juga masa untuk mawas diri perihal kesiap-siagaan kita sebagai umat beriman dalam menanggapi panggilan Tuhan.

“Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.” (Mzm 147:1-6)


Jakarta, 4 Desember 2010

Romo Ign Sumarya, SJ

Paus Cari Popemobile Listrik

(Vatikan 2/12/2010) Selain menggemari motor-motor, Paus Benediktus XVI ternyata juga memperhatikan teknologi terkini yang diusung sebuah mobil.

Karena itulah tidak mengherankan bila Paus mengaku tertarik menggunakan mobil listrik bertenaga surya untuk mobil dinasnya.

Vatikan seperti detikoto kutip dari Washington Post, Kamis (2/12/2010) mengatakan kalau Paus Benediktus XVI dengan senang hati akan menggunakan mobil listrik bertenaga surya bila ada yang menawari.

Ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan energi berkelanjutan dan merawat planet ini.

Saat ini mobil dinas Paus yang diberi nama Popemobile masih menggunakan Mercedes-Benz M Class yang dimodifikasi sedemikian rupa.

Kardinal Giovanni Lajolo yang menjalankan negara kota Vatikan mengatakan kalau Benediktus akan dengan senang hati memilih Popemobile listrik untuk memperkuat citra Vatikan sebagai negara kota yang 'hijau'.

Pernyataan itu muncul selama presentasi buku "The Energy of the Sun in the Vatican" yang merupakan dokumentasi instalasi sel surya di atap auditorium utama Vatikan pada 2008 dan pemasangan pendingin surya untuk kantin utama pada 2009.

Teknologi ini telah memenangkan penghargaan dan menjadikan reputasi Benediktus meningkat menjadi "paus hijau."

"Ini benar-benar tidak masalah. Ini adalah sesuatu yang kita harus mendiskusikan dengan orang-orang yang bertanggung jawab dari aspek keamanan, tapi tentu saja hal ini mungkin dan itu akan menjadi simbol yang sangat besar," ungkap Chief Marketing SolarWorld, Milan Nitzschke yang memasangkan instalasi tenaga surya di Vatikan.

"Jika dia (mobil listrik tenaga surya) menawarkan fungsi, efisien dan ukuran yang tepat untuk popemobile, mengapa tidak?" timpal Kardinal Giovanni Lajolo.(detikoto.com)

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil (Rm 10:8-17; Mzm 117; Mat 28:16-20)

“Kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat28:16-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius, imam dan pelindung misi, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

“Apa gunanya memiliki seluruh dunia kalau kehilangan nyawanya” itulah salah satu motto atau semangat hidup Fransiskus Xaverius. Dengan dan dalam semangat tersebut ia tidak takut diutus pergi ke seluruh dunia, menyertai rombongan pedagang dalam perjalanan dengan perahu. Sementara perabu berlabuh di pelabuhan untuk beberapa waktu dimana para pedagang mengurus bisnisnya, Fransiskus Xaverius melaksanakan panggilannya sebagai misionaris, menanggapi sabda Yesus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah Aku menyertai kamu sampai akhir zaman”. Sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus kita juga memiliki dimensi atau panggilan missioner ini, maka marilah sabda Yesus tersebut kita hayati dalam hidup kita sehari-hari, kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada. Yang mendesak dan up to date pada masa kini kiranya adalah ‘menjadikan semua bangsa/orang murid Tuhan’, artinya mengajak semua orang untuk dengan rendah hati mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, setiap hari hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Baiklah pertama-tama dan terutama hendaknya semua anggota keluarga atau komunitas kita masing-masing sungguh menjadi ‘murid Tuhan’, orang-orang yang baik dan berbudi pekerti luhur. Meneladan Fransiskus Xaverius hendaknya tidak takut dan gentar menghadapi tantangan, hambatan maupun masalah dalam rangka berbuat baik serta mengajak siapapun untuk berbuat baik.

“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm10:17), demikian peringatan Paulus. Indera pendengaran memang sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan pribadi seseorang, bayi sejak di dalam rahim telah dapat mendengarkan segala suara di sekitarnya. Setiap hari beberapa kali di Indonesia ini kita mendengar suara adzan dari masjid, surau atau langgar, suatu ajakan untuk memuliakan Allah. Memang sering ada orang yang merasa terganggu dengan suara adzan tersebut, bahkan ada yang marah karenanya. Alangkah baiknya ketika kita mendengar suara adzan tersebut kita lalu mengambil sikap mendengarkan ajakan tersebut serta aneka suara yang ada di lingkungan hidup kita, lebih-lebih suara yang mengajak kita untuk berbuat baik. Keutamaan mendengarkan ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan dan diperdalam dalam diri anak-anak kita, entah di dalam keluarga atau sekolah, dan tentu saja teladan dari para orangtua maupun guru/pendidik sungguh dibutuhkan. Selain menjadi pendengar yang baik, hendaknya kita sadari dan hayati pula panggilan untuk senantiasa menyuarakan dan memperjuangkan apa yang baik, lebih-lebih yang menyelamatkan jiwa manusia. Percayalah mayoritas dari kita berkehendak baik alias berhasrat untuk melakukan apa yang baik, namun sering kurang faham apa yang baik demi keselamatan jiwa manusia. Baiklah kita baca sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dan kemudian kita wartakan kepada saudara-saudari kita, sebagaimana saya lakukan setiap hari, sesuai dengan Kalendarium Liturgi. Maka dengan rendah hati kami rela jika apa yang saya kutip dan refleksikan setiap hari secara sederhana dibacakan di dalam keluarga atau komunitas atau berbagai kesempatan perjumpaan umat beriman. Secara khusus kami juga berharap kepada kita semua: marilah memperdalam iman kita dengan membaca dan merenungkan dalam hati sabda-sabda Tuhan. Jika membaca sendirian hendaknya sampai telinga tubuh kita mendengarkan, dan ketika membacakan bagi orang lain hendaknya dengan jelas membacakan, sehingga mereka yang mendengarkan sungguh dapat mendengarkan dengan baik.

“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” [Mzm 117]


Jakarta, 3 Desember 2010

Romo. Ign. Sumarya, SJ

Perayaan Natal Nasional akan Dihadiri Boediono dan Istrinya

Jakarta - Wakil Presiden Boediono akan menghadiri perayaan Natal Nasional di Jakarta Convention Center (JCC), 27 Dsesember mendatang. Perayaan Natal juga serentak akan dilakukan di daerah-daerah bencana, seperti Wasior, Mentawai, dan di daerah sekitar kawasan Merapi.

"Wapres akan hadir bersama istrinya. Beliau sangat mendukung perayaan ini," ujar Ketua Perayaan Natal Nasional, Mari Elka Pangestu kepada wartawan usai bertemu Wapres Boediono di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (2/12/2010).

Mari mengatakan, perayaan natal kali ini akan menonjolkan peran anak muda. Karena peran kaum muda, sangat besar untuk memperkuat toleransi dan persatuan antar umat beragama. Selain itu, peran anak muda juga diperlukan untuk membangun kembali Indonesia, pascabencana alam yang terus menerpa.

"Untuk tahun ini, tema perayaan yakni dengan damai natal, kita perkokoh persatuan untuk bangsa yang bermartabat. Namun yang jadi fokus dalam perayaan ini, kita tonjolkan peran kaum muda," terang Mari yang juga menjabat sebagai Menteri Perdagangan ini.

Mari menyebut, perayaan natal juga akan dilakukan di daerah-daerah bencana. Sebelum perayaan tersebut, panitia akan mengunjungi sejumlah daerah bencana pada tanggal 25 Desember. Panitia akan membentuk kelompok, dan menyebar ke sejumlah daerah bencana untuk merayakan natal bersama para warga.

"Kita akan bagi 4 kelompok, masing-masing merayakan Natal di daerah bencana," ucap Mari.

Panitia perayaan Natal juga melakukan kegiatan sosial di daerah bencana, sesuai dengan kebutuhan daerah. Seperti di Wasior, Papua misalnya, panitia akan kembali membangun tiga gereja yang hancur akibat banjir bandang di daerah itu.

"Akibat banjir bandang kan ada 6 gereja yang hancur. Kita akan bangun kembali 3 gereja. Kita usahakan selesai sebelum Natal tahun ini," terang Mari.

Kegiatan-kegiatan sosial juga akan dilakukan di Mentawai, Flores, dan daerah kawasan Merapi. (gun/mok detiknews)

"Dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Yes 26:1-6; Mzm 118:8-9.19-21; Mat 7:21.24-27)

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Mat 7: 21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan. "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga" demikian sabda Yesus. Maka marilah kita mawas diri perihal penghayatan iman atau agama kita masing-masing. Jika masing-masing dari kita berani mawas diri dengan rendah hati dan terbuka kiranya kita akan mengetahui dan mengakui bahwa sampai kini kita telah menerima aneka macam nasihat, petuah, saran atau ajaran yang baik dan benar secara melimpah ruah, entah melalui orangtua kita masing-masing, para guru, rekan dst. Namun demikian dengan jujur kita harus mengakui bahwa kurang dalam pelaksanaan atau penghayatan, maka baiklah kita memperbaiki diri alias bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui diri atau bertobat. Kami berharap para orangtua, guru atau pendidik dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan. Keteladanan atau kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam pewartaan iman, pendidikan atau pembinaan, yang tak tergantikan dengan cara lainnya. Kepada anak-anak atau remaja dan generasi muda kami harapkan membuka diri terhadap aneka teladan dan kesaksian hidup baik dan berbudi pekerti luhur dari orangtua, guru atau pendidik, seniors dst. Hendaknya juga lebih mengimani dan menghayati aneka nasihat, saran, ajaran yang baik daripada melihat cara hidup dan cara bertindak orang yang bersangkutan, karena memang orangtua, guru atau pendidik kita tak akan lepas dari kelemahan, kerapuhan dan keterbatasan. Laksanakan atau lakukan apa yang mereka ajarkan tetapi jangan ikuti perilaku mereka yang tidak baik.

· Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu." (Yes 26:4-5), demikian seruan atau peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah, kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar dan citra-Nya dan hanya dapat hidup baik, berbahagia dan damai sejahtera jika kita setia pada kehendak Allah serta melaksanakan perintah Allah dalam hidup sehari-hari. Perintah Allah yang utama dan pertama adalah kasih dan kasih merupakan benteng yang kuat dalam menghadapi aneka godaan. Segala sesuatu didekati, diperlakukan dan disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan takluk dan menjadi sahabat. Ingatlah bahwa binatang buas pun ketika disikapi, didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Menjadi Tuhan Allah sebagai gunung batu yang kekal berarti senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih, hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun, dengan siapapun dan apapun. Ingatlah dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih alias kasih, maka bertemu dengan orang lain berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi. Maka penghayatan iman bahwa diri kita adalah yang terkasih merupakan benteng atau gunung batu yang kekal dan kuat kuasa. Jika kita berani menghayati diri sebagai yang terkasih, maka kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan, masalah dan godaan dalam hidup kita. Hadapi, sikapi, perlakukan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, dan barangsiapa tidak saling mengasihi berarti tidak beriman, tidak kenal Allah.

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku."(Mzm 118:8-9.19-21).

Jakarta, 2 Desember 2010

Romo. Ign. Sumarya, SJ

"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu". (Yes 25:6-10a; Mzm 23; Mat 15:29-37)

"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh." (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta B.Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang-orang miskin dan berkekurangan kiranya masih cukup banyak di masyarakat atau Negara kita, apalagi dengan adanya musibah atau bencana alam yang menghancurkan berbagai macam sarana dan harta benda akhir-akhir ini, entah itu gempa bumi, tsunami, banjir, gunung berapi meletus, dst.. Dalam perjalanan melakasanakan tugas-Nya Yesus menghadapi ribuan orang yang kelaparan dan kelelahan dan Hati-Nya pun tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Hati tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang lapar, haus, menderita atau menjadi korban bencana alam atau musibah rasanya untuk masa kini juga merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran hidup iman atau agama kita. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati 'membuka hati' bagi mereka yang miskin, berkekurangan atau menjadi korban bencana alam. 'Membuka hati' berarti memberi perhatian, dan perhatian yang dimaksudkan bukan sekedar omongan atau kata-kata belaka, melainkan menjadi nyata dalam perbuatan atau tindakan pengorbanan. Marilah kita sisihkan sebagian harta benda atau kekayaan kita dan kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam atau musibah. Jika kita tidak mungkin menyalurkan secara langsung sumbangan tersebut, kiranya kita dapat menyalurkan melalui aneka macam LSM yang bergerak dalam pelayanan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam/musibah.


· "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" (Yes 25:9), demikian kata orang-orang menanggapi ramalan Yesaya perihal kedatangan Penyelamat Dunia. Segala macam bentuk perhatian kita kepada sesama, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan, kiranya akan membangkitkan hati mereka sehingga mereka pun akan berkata sebagaimana saya kutipkan di atas ini: "Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya". Keselamatan dari Tuhan antara lain dapat terwujud melalui perhatian kita kepada saudara-saudari kita, maka marilah kita saling memperhatikan, dan secara khusus kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing, di masyarakat atau tempat kerja kita. Marilah kita perhatikan mereka yang sedih, murung atau frustrasi agar mereka bersedia untuk bersorak-sorai dan bersukacita; kita boroskan waktu dan tenaga kita bagi mereka yang sedih, murung dan frustrasi sebagai tanda kasih atau perhatian kita. Pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih atau terperhatikan merupakan bentuk kasih atau perhatian yang mulia dan luar biasa, maka dengan ini kami juga mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, misalnya suami atau isteri kita, anak-anak kita, rekan sekomunitas/kerja dst.. Biarlah di hari Natal nanti kita semua dapat bersorak-sorai dan bersukaria dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga.



"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa" (Mzm 23)

Jakarta, 1 Desember 2010


Romo. Ign. Sumarya, SJ