http://indocell.net/yesaya/
Setan berupaya memperdaya manusia
http://indocell.net/yesaya/
HOMILI: Hari Minggu Biasa XIV
Sabtu-Minggu, 03-04 Juli 2010
HARI MINGGU BIASA XIV: Yes 66: 10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”
Akhir-akhir ini kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh sementara imam/pastor diangkat alias menjadi wacana publik, sementara itu jumlah imam/pastor yang mengundurkan diri terus berlangsung dan panggilan untuk menjadi imam merosot. Jumlah pekerja dalam Gereja, imam, bruder atau suster semakin merosot dan kebutuhn pelayanan umat semakin meningkat. Sering saya dengar keluh kesah umat betapa sulitnya minta bantuan imam untuk memimpin ibadat atau penerimaan sakramen, misalnya penerimaan sakramen minyak suci bagi mereka yang menderita sakit keras, perayaan ekaristi untuk pemakaman, dst.. Memang tantangan dan godaan menjadi imam, bruder atau suster maupun hidup berkeluarga pada masa kini sungguh berat dan banyak, maka baiklah kita tanggapi sabda Yesus hari ini, sebagaimana menjadi Warta Gembira hari ini.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan” (Luk 10:2-4).
Kita dipanggil oleh Yesus untuk mohon dengan rendah hati agar Tuhan mengirimkam pekerja-pekerja, imam, bruder atau suster yang siap sedia serta dengan belas kasih melayani umat Allah. Kami merasa dalam hal ini peran orangtua atau keluarga dominan alias penting sekali, antara lain suasana hidup berkeluarga atau di dalam keluarga. Hidup suami-isteri didasari dan dijiwai oleh cinta kasih dan ketika mengawali hidup baru sebagai suami-isteri saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam sehat maupun sakit, untung maupun malang sampai mati. Maka suasana hidup berkeluarga hendaknya sungguh dijiwai oleh cintakasih, yang antara lain relasi antar anggota keluarga ditandai atau diwarnai oleh ‘saling sabar, saling bermurah hati, saling tidak marah dan tidak menyimpan kesalahan, saling rendah hati, saling menghormati, saling percaya, saling peka akan kebutuhan yang lain lebih-lebih bagi yang sakit, sedih dan menderita, dst” (lih 1Kor 13:4-7),.
Dalam kebersamaan cintakasih hendaknya diusahakan setiap hari ada doa bersama, antara lain berdoa kepada Tuhan mohon agar Ia mengirimkan pekerja-pekerja dalam kebun anggur Tuhan. Kepada para orangtua kami ingatkan dan harapkan bahwa ketika salah seorang anaknya ada yang merasa tergerak dan terpanggil untuk menjadi imam, bruder dan suster hendaknya didukung, dan tidak dihalang-halangi melalui aneka cara. Yesus mengingatkan bahwa ada serigala-serigala yang siap menerkam dalam perjalanan hidup kita. Serigala-serigala itu ada kemungkinan ada di dalam hati kita masing-masing, yaitu berupa ketakutan atau kekhawatiran. Pada uumnya mereka yang khawatir adalah orang-orang kota yang kaya dan hanya memiiki dua atau tiga anak.
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga diutus untuk mewartakan kabar baik, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya dalam keadaan atau situasi apapun, kapanpun dan dimanapun. Kita diingatkan oleh Yesus bahwa kita ‘seperti anak domba ke tengah serigala-seigala. Janganlah membawa pundit-undi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan”. Peringatan atau pesan Yesus ini kiranya dapat kita hayati dengan hidup dan bertindak sederhana atau.lebih mengandalkan diri pada manusia daripada aneka macam sarana-prasarana seperti uang, alat-alat, kendaraan dst.. Dengan kata lain hendaknya berpegang pada motto “the man behind the gun” (manusia yang berada dibalik senjata atau aneka sarana-prasarana). Aneka sarana-prasarana memang dapat menjadi ‘serigala-serigala’yang siap menerkam, melumpuhkan atau melemahkan serta membuat frustrasi manusianya. Kita juga diingatkan untuk ‘tidak memberi salam kepada siapapun selama di perjalanan’, artinya tidak menyeleweng atau mengerjakan pekerjaan sambilan.
“Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14)
Kebanyakan dari kita bermegah atas apa yang kita miliki atau kuasai saat ini, misalnya pangkat, kedudukan, harta benda/uang, kecantikan, ketampanan, kepandaian, dst.. alias bermegah atas halhal duniawi. Paulus memberi kesaksian bahwa ia hanya bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus “sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”. Entah sudah berapa kali kita yang beriman kepada Yesus Kristas nenbuat tanda salib, kiranya tak ada seorangpun yang sempat menghitung atau nengingat-ingatnya. Dalam membuat tanda salib antara lain dengan telunjuk jari kita menunjuk atau menepuk dahi, dada dan bahu, yang berarti otak/pikiran, hati/jantung dan kekuatan kita. Bukankah hal itu berarti kita menyalibkan atau mempersembahkan pikiran, perasaan dan kekuatan kita kepada Yang Tersalib?
“Dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” berarti aku harus bekerja keras menyelamatkan dunia seisinya dengan hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ihkwal duniawi. Kita menycikan dunia dan dengan semakin mendunia kita semakin suci. Dengan kata lain mendunia, entah belajjar atau bekerja, entah sedang rekreasi, berjalan, dst.. bagaikan beribadat. Dalam bahasa /spiritualitas Ignatian hal itu berarti menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu di dalam Tuhan (‘contemplativus in actione’). Dalam hal ini Romo JB Mangunwijaya pr alm. sering mengingatkan demikian dalam berbagai kesempatan “Jangan mencari kesucian di kapel, di gedung gereja, di tempat ziarah dst.., tetapi carilah kesucian di kamar mandi, di WC/toilet, di kamar makan, di dapur, di tempat tidur, di kantor, di jalanan dst.”
“Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya” (Yes 66:10), demikian peringatan atau ajakan Yesaya. Yerusalem adalah kota suci, kota atau tempat idaman, sedangkan yang menjadi tempat idaman kita masa kini atau ‘Yerusalem’ kita adalah keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana kita memoboroskan waktu dan tenaga kita setiap hari. Di dalam keluarga atau tempat kerja/belajar kita masing-masing kita diharapkan untuk senantiasa bersukacita, bergirang bersama segirang-girangnya. Maka marilah kita mawas diri apakah di dalam keluarga dan tempat kerja/belajar kita sungguh bersukacita meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Menghadapi tantangan, masalah dan hambatan dengan sukacita atau girang berarti akan mampu mengatasinya, tentu saja sukacita atau kegirangan dalam dan bersama dengan Tuhan, karena Tuhan senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan pelaksanaa pekerjaan atau tugas. .
“ Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!....Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia”
(Mzm 66:1-2.4-6)
Jakarta, 4 Juli 2010
Romo Ign. Sumarya, SJ
Share|
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”
(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)
“Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas, rasul, pada hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kata ‘melihat’ dan ’percaya’ merupakan salah satu cirikhas dari Injil Yohanes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas hari ini saya mengajak anda sekalian berrefleksi perihal dua kata tersebut di dalam hidup kita sehari-hari. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas rasuli (sebagai yang diutus), tugas untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik atau gembira. Menjadi pewarta kabar baik atau gembira berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan serta memotivasi mereka yang melihat untuk semakin percaya atau beriman kepada Tuhan, semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan melalui sesamanya. Orang melihat kita mungkin akan berseru “Kami telah melihat Tuhan”, Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Pengalaman Tomas kiranya juga mengingatkan kita semua pentingnya ‘perjumpaan umat beriman’ secara periodik, untuk ber-curhat perihal pengalaman hidup beriman sehari-hari, sebagaimana terjadi di beberapa daerah: ada pertemuan mingguan antar umat satu lingkungan untuk berdoa dan bertukar pengalaman bersama, ada pertemuan setiap sore di dalam keluarga antara anggota keluarga untuk makan bersama dan berdoa serta curhat bersama, dst… Kami berharap di dalam keluarga-keluarga setiap hari dapat terjadi perjumpaan bersama antar anggota keluarga, dan jika tidak mungkin setiap hari kiranya dapat setiap minggu (week-end) dalam waktu yang lebih panjang atau longgar. Kebersamaan antar seluruh anggota keluarga dalam kasih merupakan salah satu bentuk kerasulan tersendiri pada masa kini.
· “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:19-20), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita sama-sama anggota keluarga Allah, paguyuban umat yang beriman kepada Allah, tiada lagi orang asing atau pendatang, tetapi semuanya anggota. Karena kita dibangun di atas para rasul dan nabi, maka mau tak mau cara hidup dan cara bertindak kita memiliki sifat rasuli dan kenabian. Perihal rasuli sudah saya coba paparkan secara sederhana di atas, maka perkenankan di sini saya sampaikan perihal kenabian. Seorang nabi adalah yang diutus Allah untuk membawa kebenaran-kebenaran atau meneruskan kehendak Allah, maka menghayati panggilan kenabian kita diharapkan kita senantiasa membawa kebenaran-kebenaran dimanapun dan kapanpun. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja, tiada terikat oleh ruang dan waktu. Apa yang benar dan baik antara lain adalah keselamatan jiwa, maka menghayati panggilan kenabian berarti senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak. Demi keselamatan jiwa ada kemungkinan orang harus menderita secara phisik, dibenci orang lain, khususnya oleh mereka yang kurang beriman. Panggilan kenabian pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati bersama-sama, mengingat dan memperhatikan masih maraknya kebohongan-kebohongan di sana-sini dalam hidup sehari-hari. Sekali lagi kami berharap hendaknya anak-anak di dalam keluarga senantiasa dilatih dan dibiasakan untuk melakukan apa yang benar dan baik, jauhkan aneka bentuk kebohongan-kebohongan.
“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)
Jakarta, 3 Juli 2010 .
Share|
HOMILI: Minggu, 01 Agustus 2010 Hari Minggu Biasa XVIII
Hari Minggu Biasa XVIII: Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21
“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”
“Kami bercita-cita mengumpulkan harta benda atau uang untuk tujuh turunan, demi anak, cucu, buyut, canggah dst... masa depan” demikian motto beberapa orang yang serakah dan bersikap mental materialistis. Dalam terbitan majalah mingguan ‘Tempo’ akhir bulan Juni 2010, antara lain dihebohkan perihal jumlah simpanan atau rekening beberapa jendral polisi. Komentar atas tulisan itu, entah yang bersikap positif atau negatif, cukup meramaikan dalam pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak. Saat ini pun para penegak hukum sedang disibukkan oleh masalah korupsi yang telah dilakukan oleh para pejabat beserta kroni-kroninya. Tenaga dan dana cukup besar dibutuhkan untuk menangani aneka macam bentuk korupsi, termasuk mereka yang sedang berkuasa, yang mungkin terlibat dalam korupsi, harus berjuang demi pembersihan diri. Yang cukup menarik bulan lalu adalah bahwa penanganan kasus korupsi sementara ‘di peti es kan’ dengan dibesar-besarkannya kasus video porno Ariel-Luna Maya maupun kasus ‘Gaza’ perihal relawan-relawati yang konon diserang oleh tentara-tentara Israel. Mau tidak mau masyarakat disibukkan dengan dua kasus tersebut, dan lupa memperhatikan kasus-kasus korupsi. Berbagai macam peristiwa dan pemborosan waktu maupun tenaga tersebut hemat saya mencerminkan perhatian “orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri”, sehingga suasana hidup bersama kurang damai dan selamat. Warta Gembira atau Injil hari ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi yang baik bagi kita semua, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.
“Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:20-21)
Aneka bentuk harta benda atau uang dapat musnah dalam sesaat atau waktu singkat, entah karena kebakaran, banjir bandang atau judi, dst.. namun keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan tidak akan mudah musnah atau berkurang karena aneka macam bentuk bencana alam maupun musibah, tetapi justru semakin bertambah, handal dan mendalam. Dalam rangka hidup beriman atau beragama memang mereka yang bersikap mental materialistis atau pengumpul harta benda/uang adalah orang bodoh, miskin di hadapan Allah. Maka marilah dalam hidup dan kerja atau pelayanan kita senantiasa lebih mengutamakan atau mengedepankan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan.
“Pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." (Luk 12:12), demikian sabda Yesus. Roh Kudus hidup dan berkarya terus menerus dalam hidup dan kerja kita maupun lingkungan hidup kita, dan mengajar kita apa yang harus kita lakukan. Maka marilah kita lihat, dengarkan, laksanakan pengajaran Roh Kudus, yang antara lain menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan ini kiranya ada dalam dan dihayati oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu, SARA, usia, jabatan, kedudukan atau fungsi. Marilah kita dengarkan apa yang dikatakan oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik maupun meneladan cara hidup dan cara bertindaknya.
Kepada mereka atau siapapun yang kaya akan harta benda atau uang kami harapkan hidup penuh syukur dan terima kasih serta menghayati maupun memfungsikan semua harta benda atau uang sebagai anugerah Tuhan. Harta benda atau uang pada dasarnya bersifat sosial, maka semakin memiliki harta benda atau uang hendaknya semakin sosial, antara lain semakin memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing. Dengan bertindak demikian, maka anda tidak hanya kaya akan harta benda atau uang, melainkan sekaligus kaya di hadapan Allah. Marilah kita jauhkan dan berantas sikap mental materialistis dalam diri kita masing-masing maupun dalam lingkungan hidup dan kerja atau pelayanan kita.
“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:1-2)
Apa yang akan kita lakukan atau kerjakan hari ini sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan begitu terjaga dari tidur di pagi hari. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah ciptaan Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika hidup kita di dunia ini berakhir. Kita berasal dari atas dan diharapkan kembali ke atas, maka baiklah kita senantiasa memikirkan perkara yang di atas. Dengan kata lain marilah kita berusaha melihat, memikirkan dan menghayati karya Allah di bumi ini melalui ciptaan-ciptaanNya, entah di dalam binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan maupun dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.
Marilah setiap pagi kita berdoa sebagaimana didoakan oleh raja Salomo,yang dikenal sebagai raja bijaksana:”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”(1Raj 3:9). Yang dimaksudkan dengan perkara oleh Salomo adalah ‘umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh’. Perkara ini kiranya juga kita hadapi setiap hari dalam hidup, kerja atau pelayanan kita, maka marilah kita senantiasa mohon kepada Tuhan agar kita dianugerahi ‘hati yang faham menimbang perkara’, agar kita mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan kemudian memilih dan melaksanakan apa yang baik. Ingatlah dan sadarilah bahwa semakin tambah umur berarti semakin banyak perkara yang harus dihadapi, demikian juga semakin kaya akan harta benda maupun musuh alias apa atau siapa yang kurang disenangi atau tidak sesuai dengan selera pribadi.
Kami berharap kita semua berada ‘di atas’ harta benda atau uang atau aneka macam ciptaan Allah di bumi ini, sebagaimana kepada manusia yang pertama kali diciptakan, Adam, menerima tugas dari Allah "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Hendaknya kita jangan sampai berada ‘ di bawah’ ciptaan lainnya maupun aneka jenis harta benda alias dijajah, sehingga kita berbakti kepada ‘berhala’. Perkembangan dan pertumbuhan aneka jenis produksi elektronik maupun assesori sedikit banyak telah mempengaruhi banyak orang lebih dikuasai atau dirajai oleh produk-produk atau harta benda tersebut daripada oleh Allah. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa setia menjadi ‘tuan’ atas ciptaan-ciptaan Allah lainnya di dunia ini.
“Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”
(Mzm 90:3-6)
Jakarta, 1 Agustus 2010
Romo Ign Sumarya, SJ
Share|
Teks Misa
- Arsip Teks Misa
- Prefasi Doa Syukur Agung IV merupakan satu kesatuan dengan DSA IV, tidak diperkenankan diganti dengan yang lain
- PERHATIAN: Teks Misa dan Doa Syukur Agung, hendaknya Imam senantiasa menggunakan buku TPE Imam, kecuali hal darurat tidak ada TPE Imam/Umat
- 2 Oktober 2022: Hari Minggu Biasa XXVII
- 9 Oktober 2022: Hari Minggu Biasa XXVIII
- 16 Oktober 2022: Hari Minggu Biasa XXIX
- 23 Oktober 2022: Hari Minggu Biasa XXX
- 30 Oktober 2022: Hari Minggu Biasa XXXI
- 1 November 2022: Hari Raya Semua Orang Kudus
- 6 November 2022: Hari Minggu Biasa XXXII
- 13 November 2022: Hari Minggu Biasa XXXIII
- 20 November 2022: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
- 27 November 2022: Hari Minggu Adven I
- 4 Desember 2022: Hari Minggu Adven II
- 11 Desember 2022: Hari Minggu Adven III
- 18 Desember 2022: Hari Minggu Adven IV
- 24 Desember 2022: Vigili Natal
- 25 Desember 2022: Hari Raya Natal (Misa Malam)
- 25 Desember 2022: Hari Raya Natal (Misa Fajar)
- 25 Desember 2022: Hari Raya Natal (Misa Siang)
- 30 Desember 2022: Pesta Keluarga Kudus
- 01 Januari 2023: Hari Raya SP. Maria Bunda Allah
- 8 Januari 2023: Hari Raya Penampakan Tuhan
- 4 Januari 2023: Misa Requiem untuk menghormati Paus Emeritus Benediktus XVI
- 9 Januari 2023: Pesta Pembaptisan Tuhan
- 15 Januari 2023: Hari Minggu Biasa II
- 22 Januari 2023: Hari Minggu Biasa III
- 29 Januari 2023: Hari Minggu Biasa IV
- 5 Februari 2023: Hari Minggu Biasa V
- 12 Februari 2023: Hari Minggu Biasa VI
- 19 Februari 2023: Hari Minggu Biasa VII
- 22 Februari 2023: Rabu Abu
- 26 Februari 2023: Hari Minggu Prapaskah I
- 5 Maret 2023: Hari Minggu Prapaskah II
- 12 Maret 2023: Hari Minggu Prapaskah III
- 19 Maret 2023: Hari Minggu Prapaskah IV
- 20 Maret 2023: Hari Raya St. Yusuf, Suami SP. Maria
- 25 Maret 2023: Hari Raya Kabar Sukacita
- 26 Maret 2023: Hari Minggu Prapaskah V
- 2 April 2023: Hari Minggu Palma
- 6 April 2023: Kamis Putih
- 7 April 2023: Ibadat Jumat Agung
- 8 April 2023: Vigili Paskah
- 9 April 2023: Hari Minggu Paskah I
- 16 April 2023: Hari Minggu Paskah II
- 23 April 2023: Hari Minggu Paskah III
- 30 April 2023: Hari Minggu Paskah IV
- 7 Mei 2023: Hari Minggu Paskah V
- 14 Mei 2023: Hari Minggu Paskah VI
- 18 Mei 2023: Hari Raya Kenaikan Tuhan
- 21 Mei 2023: Hari Minggu Paskah VII
- 28 Mei 2023 Hari Raya Pentakosta
- 4 Juni 2023 Hari Raya Tritunggal Mahakudus
- 11 Juni 2023: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
- 16 Juni 2023: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
- 25 Juni 2023: Hari Minggu Biasa XII
- 2 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XIII
- 9 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XIV
- 16 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XV
- 23 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XVI
- 30 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XVII
- 04 Agustus 2023: Jumat Pertama
- 6 Agustus 2023: Pesta Yesus menampakkan Kemuliaan-Nya
- 13 Agustus 2023: Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga
- 17 Agustus 2023: Hari Raya Kemerdekaan RI
- 20 Agustus 2023: Hari Minggu Biasa XX
- 27 Agustus 2023: Hari Minggu Biasa XXI
- 3 September 2023: Hari Minggu Biasa XXII
- 10 September 2023: Hari Minggu Biasa XXIII
- 17 September 2023: Hari Minggu Biasa XXIV
- 24 September 2023: Hari Minggu Biasa XXV
- 01 Oktober 2023: Hari Minggu Biasa XXVI
- 08 Oktober 2023: Hari Minggu Biasa XXVII
- 15 Oktober 2023: Hari Minggu Biasa XXVIII
- 22 Oktober 2023: Hari Minggu Biasa XXIX
- 29 Oktober 2023: Hari Minggu Biasa XXX
- 01 November 2023: Hari Raya Semua Orang Kudus
- 02 November 2023: Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman
- 05 November 2023: Hari Minggu Biasa XXXI
- 19 November 2023: Hari Minggu Biasa XXXIII
- 26 November 2023: Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
- 03 Desember 2023: Hari Minggu Adven I
- 25 Desember 2023 - Hari Raya Natal - Misa Malam
- 25 Desember 2023: Hari Raya Natal - Misa Fajar
- 25 Desember 2023: Hari Raya Natal - Misa Siang
- 10 Desember 2023: Hari Minggu Adven II
- 17 Desember 2023: Hari Minggu Adven III
- 24 Desember 2023: Hari Minggu Adven IV
- 24 Desember 2023: Vigili Natal
- 31 Desember 2023: Pesta Keluarga Kudus
- 01 Januari 2024: Hari Raya SP Maria Bunda Allah
- 6 Januari 2024: Hari Raya Penampakan Tuhan
- 8 Januari 2024: Pesta Pembaptisan Tuhan
- 14 Januari 2024: Hari Minggu Biasa II
- 21 Januari 2024: Hari Minggu Biasa III
- 28 Januari 2024: Hari Minggu Biasa IV
- 04 Februari 2024: Hari Minggu Biasa V
- 11 Februari 2024: Hari Minggu Biasa VI
- 14 Februari 2024: Hari Rabu Abu
- 18 Februari 2024: Hari Minggu Prapaskah I
- 25 Februari 2024: Hari Minggu Prapaskah II
- 3 Maret 2024: Hari Minggu Prapaskah III
- 10 Maret 2024: Hari Minggu Prapaskah IV
- 17 Maret 2024: Hari Minggu Prapaskah V
- 24 Maret 2024: Hari Minggu Palma
- Kamis Putih, 28 Maret 2024: Peringatan Perjamuan Tuhan
- Jumat Agung: 29 Maret 2024 (Perayaan Sengsara Tuhan)
- Sabtu Malam Paskah: 30 Maret 2024 (Tirakatan Kebangkitan Tuhan)
- 31 Maret 2024: Hari Minggu Paskah I
- 7 April 2024: Hari Minggu Paskah II
- 8 April 2024: Hari Raya Kabar Sukacita
- 21 April 2024: Hari Minggu Paskah IV