Keselamatan: susah atau gampang?

Pertanyaan:

Hai,
saya ingin bertanya sesulit apakah memperoleh keselamatan itu..
Di 1 sisi, digambarkan kerajaan surga sulit dmasuki karena Yesus pernah mengatakan bahwa lebih sulit orang kaya masuk surga dari pada unta masuk lubang jarum
DI sisi lain, dikatakan bila kita menyesal atas dosa kita saja, Tuhan akan mengampuni (seperti di buku Maria Sima)

Jadi, bagaimana konsep yang sebenarnya?

Terima kasih,
Cleo

Jawaban:

Shalom Cleo,

1. Keselamatan itu “susah- susah gampang”

Jika mau dijawab dengan jujur maka mungkin jawabannya adalah keselamatan itu kita peroleh dalam Kristus, dengan “susah- susah gampang”. Artinya kita memang dapat melihat dari dua sisi. Mudah/ gampang, karena “modal” utamanya adalah kasih karunia Allah (Ef 2: 8-9); sehingga yang bagian harus kita lakukan ‘hanya’ adalah menerima karunia ini dengan iman, dan bertobat; memberikan diri kita dibaptis dalam air dan Roh Kudus (Yoh 5:3). Selanjutnya, yang sulit adalah bertahan untuk hidup di dalam rahmat pengudusan yang sudah kita terima pada saat Pembaptisan ini. Artinya, kita harus tetap bertahan hidup sesuai dengan iman kita (lih. Mat 10:22, 24:13). Iman kita harus dinyatakan dalam perbuatan kasih agar sungguh dapat merupakan iman yang hidup dan menyelamatkan (lih. Yak 2: 17, 24, 26). Dengan perkataan lain agar kita dapat mempertahankan rahmat keselamatan yang telah kita terima pada saat Pembaptisan, kita harus berjuang untuk hidup kudus. Mengenai apa itu kekudusan, silakan klik di sini, dan bahwa semua orang dipanggil untuk hidup kudus, klik di sini.

2. Resepnya: ketaatan iman dan bertahan dalam kekudusan

Rasul Paulus mengajarkan kita untuk selalu taat, dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp 2:12) dan ia sendiri memberikan teladan dalam hal ini. Ia sendiri melatih tubuhnya dan menguasai dirinya, dengan kata lain ia berjuang untuk tetap hidup kudus, supaya setelah ia memberitakan Injil kepada orang lain, ia sendiri tidak ditolak oleh Tuhan (lih. 1 Kor 9:27). Namun dalam usaha untuk hidup kudus ini, kita tidak boleh mudah berputus asa, dan merasa “ah sukar sekali“, sebab itu tandanya kita masih mengandalkan diri sendiri. Kita harus mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan sendiri, dengan berakar dalam doa, Sabda Tuhan dan sakramen- sakramen Gereja, terutama sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat. Dengan mengandalkan rahmat Tuhan ini, maka apa yang kelihatan sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Maka, tulisan Maria Sima yang mendorong manusia untuk bertobat, bukanlah dimaksudkan untuk ‘menggampangkan’ keselamatan; sebab jika anda membaca keseluruhan buku itu (Bebaskan kami dari sini!); justru buku itu menjelaskan adanya Api Penyucian, dan bahwa jiwa- jiwa yang ada di Api Penyucian itu adalah mereka yang sudah bertobat, namun masih perlu untuk dimurnikan oleh Allah agar dapat sempurna bersatu dengan Allah dalam Kerajaan Surga.

3. Kesimpulan

Akhirnya, konsep keselamatan ini harus dilihat dengan seimbang antara dua sisi, yaitu dari sisi kasih karunia Allah dan dari sisi mempertahankan karunia tersebut. Memang dari sisi menerima karunia Allah, kesannya mudah, namun dari mempertahankannya itu membutuhkan perjuangan seumur hidup. Hal ini juga telah diajarkan oleh Kristus, yaitu tentang sulitnya orang kaya masuk dalam kerajaan surga (Mat 19:24; Mrk 10:25; Luk 18:25). Kita manusia umumnya memang sulit untuk menanggalkan ‘kekayaan’ diri kita yaitu segala bentuk keterikatan kita dengan kenikmatan dunia dan segala ciptaan, untuk memusatkan diri kepada hal- hal surgawi.

Oleh sebab itu Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh dengan mudah, sekali saja, dan setelah itu tidak dapat hilang (once saved always saved), yang sudah dibahas di sini, silakan klik. Kita tidak dapat menekankan berat sebelah hanya kepada kasih karunia saja, atau sebaliknya hanya usaha perbuatan manusia saja. Kedua paham ini tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Jika kita ingin setia menjalankan seluruh ajaran dalam Kitab Suci, kita harus menerima bahwa keselamatan itu memang adalah rahmat kasih karunia dari Allah, namun juga membutuhkan kerjasama dari kita untuk terus berjuang hidup sesuai dengan rahmat itu, dengan pertolongan Tuhan Yesus. Kita harus mengingat bahwa Tuhan Yesus telah melakukan bagian “yang tersulit”, yaitu dengan pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Maka bagian yang harus kita lakukan adalah bertobat, menerima rahmat keselamatan itu dan bertahan di dalamnya sampai kesudahannya. Awalnya mudah bagi kita, namun selanjutnya adalah perjuangan. Jadi keselamatan itu “gampang dan susah”, namun tidak ada yang mustahil bagi kita orang yang percaya, sebab tiada yang mustahil bagi Allah (lih. Luk 1: 37)!

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org


Sumber: www.katolisitas.org