“Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.” (Sir 48:1-4.9-11; Mzm 80:15-16;18-19; Mat 17:10-13)

“Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.” (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Nabi Elia adalah nabi besar pada zamannya dan sangat mengesan bagi umat yang percaya kepadanya, maka ketika tampil seseorang yang cukup besar namanya juga, yaitu Yohanes Pembaptis, umat bertanya-tanya apakah benar bahwa Elia telah datang kembali. Menanggapi pertanyaan tersebut Yesus, dengan kata-kata yang mungkin kurang jelas bagi mereka, mengatakan bahwa Elia memang telah datang kembali dalam diri Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis datang untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia, maka ia lebih besar daripada Elia, namun demikian banyak orang kurang mengenal dia. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita semua bahwa Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatangan-Nya akan datang dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, maka hanya mereka yang hidup sederhana dan rendah hati akan mampu menerima dan memahami kedatangan Yohanes Pembaptis, bentara Penyelamat Dunia, maupun Sang Penyelamat Dunia. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk hidup sederhana dan rendah hati, agar kita siap sedia menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Jauhkanlah aneka bentuk pemborosan dan foya-foya seraya mengingat dan memperhatikan saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Selama masa adven kiranya juga diselenggarakan kegiatan aksi adven berupa pengumpulan uang atau harta benda, yang kemudian disumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan adven di lingkungan masing-masing, entah di sekolah, tempat kerja maupun di lingkungan umat Allah.

· “Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula” (Sir 48:9-11), demikian berita perihal anugerah Tuhan dalam diri Elia, nabi besar. “Berbahagilah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula”, inilah yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Marilah kita saling melihat anugerah Tuhan dalam diri kita, alias melihat dan mengimani aneka keutamaan dan nilai-nilai kehidupan yang kita hayati di dalam hidup sehari-hari. Nabi adalah orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh Kudus dan masing-masing dari kita sebagai orang beriman memiliki dimensi kenabian dalam diri kita, maka kita juga diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh Kudus seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Kita lihat dan imani buah-buah Roh tersebut dalam diri kita maupun sesama kita, dan kemudian kita perdalam dan tingkatkan penghayatan buah-buah Roh tersebut di masa adven ini. Salah satu buah Roh yang mungkin baik saya angkat untuk direfleksikan adalah penguasaan diri, mengingat dan memperhatikan menguasai diri sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Jika kita tidak mampu menguasai diri dengan baik , maka berrelasi dengan orang lain kita pasti akan menindas atau melecehkan, sebaliknya jika kita dapat menguasai diri dengan baik, maka berrelasi dengan orang lain akan melayani dan membahagiakan. Hendaknya penguasaan diri ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua.

“Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu” (Mzm 80:15-16.18-19)


Jakarta, 11 Desember 2010


Romo Ign. Sumarya, SJ