Ekaristi, Sakramen Puncak Kebersamaan Dengan Tuhan dan Sesama (3)

EKARISTI DALAM KITAB SUCI ( Bagian ke 2 )

D. Kata-kata dan Tindakan YESUS atas roti dan piala.
• Terlepas dari masalah apakah perjamuan malam terakhir itu suatu perjamuan Paskah Yahudi atau bukan, para ahli bisa mengatakan bahwa perayaan Ekaristi Gereja berakar dan bersangkut paut dengan unsur-unsur tradisi perjamuan Paskah Yahudi ataupun perjamuan makan Yahudi pada umumnya,
• Secara umum, dapat dikatakan bahwa pokok perayaan Ekaristi kita dibentuk oleh dua unsur pokok yang terjadi pada perjamuan malam terakhir Yesus dengan para murid-Nya, yaitu:

1. Tradisi perjamuan makan (Paskah) Yahudi.
• Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan (Paskah) Yahudi. Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum perjamuan yang berisi doa syukur atas roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala. Dengan demikian, perjamuan makan Yahudi dibuka dan ditutup oleh dua macam “berkat perjamuan” (Tischesegen) sebagai tindakan religius:
A. Doa sebelum perjamuan berupa: kata-kata doa puji syukur singkat yang yang diucapkan oleh kepala keluarga Yahudi atas roti pada awal perjamuan yang kemudian dijawab “Amin” oleh peserta, sebelum kemudian ia memecah roti itu dan membagikannya kepada yang hadir,
B. Doa sesudah perjamuan berupa: doa puji syukur panjang (birkat ha-mazon) yang diucapkan oleh kepala keluarga atas piala pada akhir perjamuan yang kemudian dijawab “Amin” oleh peserta, sebelum kemudian ia membagikannya kepada mereka yang hadir.
• Tampak di sini: pemimpin mendoakan sebuah doa sambil melakukan tindakan religius atas roti dan piala (mengangkat, memecahkan roti, mengedarkan piala). Sedangkan para hadirin selalu menjawab “Amin” atas doa-doa berkat itu dan menerima pecahan roti dan anggur dalam piala dari pimpinan sebagai ungkapan parstisipasi mereka dalam doa kepala keluarga,
• Tindakan dua macam “doa berkat” ini adalah tradisi Yahudi disebut BARAKAH (puji syukur, berkat). Kata benda “barakah” sesuai dengan kata barekh (memuji, memberkati) yang dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dengan kata EUCHARESTEIN (Mat 26:27; Mrk 14:23; Luk 22:19.20; 1Kor 11:24-25), maupun dengan kata EULOGEIN (Mat 26:26; Mrk 14:22; 1Kor 10:16), maka puji, syukur, dan permohonan (berkat) merupakan unsur dasar yang esensial dan konstitutif dalam penetapan Ekaristi. Faktor pertama yang menentukan bentuk perayaan ekaristi kita,

2. Tindakan dan sabda Yesus atas roti dan piala.
• Perayaan Ekaristi kita juga dibentuk dan ditentukan oleh kata-kata Yesus pada saat penyampaian roti dan piala yang berisi anggur. Sebenarnya, dalam tradisi Yahudi, roti dan piala yang sudah didoakan itu disampaikan kepada para hadirin dengan diam dan tenang. Akan tetapi, dalam perjamuan malam terakhir itu, Yesus menyimpang,
• Sesudah mengucapkan doa berkat itu, Yesus memberikan roti kepada para murid seraya mengatakan bahwa itu adalah TubuhNya yang diserahkan bagi mereka. Ketika memberikan piala, Yesus mengatakan bahwa piala itu adalah DarahNya sebagai darah Perjanjian Baru yang ditumpahkan bagi semua (bdk. Kel 24:8),
• Dengan perjamuan malam terakhir itu, Yesus mengantisipasi dan mengartikan wafat-Nya di salib sebagai penyerahan diri-Nya bagi pendirian Perjanjian Baru dan keselamatan semua orang. Dengan demikian, tindakan dan sabda Yesus atas roti dan piala ini merupakan penyimpangan dari tradisi perjamuan makan Yahudi. Justru inilah yang menjadi faktor kedua yang menentukan bentuk perayaan Ekaristi kita,

B. Kisah perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus.
• Dalam hal ini, kisah perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya merupakan teks pokok bagi akar dan asal usul terbentuknya perayaan Ekaristi Gereja. Akan tetapi, pandangan Perjanjian Baru mengenai Ekaristi tidak boleh dibatasi hanya pada keempat teks kisah perjamuan malam terakhir itu,
• Teks-teks lain Perjanjian Baru juga memiliki kekayaan pandangan teologis mengenai Ekaristi, misalnya, Injil Yohanes, meskipun tidak menceritakan kisah institusi, mengisahkan pembasuhan kaki (Yoh 13:1-17) dan doa Yesus, Sang Imam Agung (Yoh 17) yang jelas ditempatkan dalam perjamuan perpisahanNya dengan para murid (bdk. Yoh 13:1-2a),
• Lebih penting lagi, dalam Yoh 6 disampaikan suatu teologi Ekaristi yang dikembangkan secara kristologis. Kiranya bagian ini sudah terbentuk sebelumnya, tetapi kemudian diedit dan diolah oleh Injil Yohanes menjadi bentuknya sekarang,
• Pada bagian inti ajaran mengenai Ekaristi (Yoh 6:51b-58) jelas terdapat keseluruhan terminologi perjamuan malam atau Ekaristi,
• Perjanjian Baru juga mengenal beberapa teks tentang Ekaristi sebagaimana dipraktikkan oleh jemaat perdana. Lukas menggunakan istilah “pemecahan roti” atau “memecahkan roti” (Kis 2:42.46; 20:7.11) untuk menyebut perayaan Ekaristi,
• Semenjak awal, Gereja menafsirkan kata “pemecahan roti” pada tulisan Lukas itu sebagai perayaan Ekaristi. Hal ini tampak dalam kesaksian Didache (9:3-4), Ignatius dari Antiokhia (suratnya pada Efesus 20:2),
• Teks-teks Perjanjian Baru yang lain adalah 1Kor 10:1-13. 14-22, Ibrani 13:9-10 merupakan teks yang amat tidak jelas dalam kaitannya dengan Ekaristi, meskipun begitu barangkali orang masih bisa mengartikan makna Ekaristi. Kiranya teks 1Kor 12:13; 1Pet2:3; Why 3:20; Yoh 15:1 bukan tekas berbicara tentang Eakristi.



Disunting dari buku,
Sakramen-Sakramen Gereja [Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral]
Rm. E. Martasudjita, Pr