"Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Yes 45:6b-8.18.21b-25; Mzm 85:10-14; Luk 7:19-23)

"Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Luk 7:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hari Raya Natal, kenangan akan kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia semakin mendekat, dan kita kiranya dalam kesibukan persiapan untuk merayakan Hari Raya Natal. Persiapan macam apa saja yang telah kita lakukan agar kemudian kita tidak menjadi kecewa dan menolak kedatangan Penyelamat Dunia alias pesta atau kenangan Natal sungguh memberi makna bagi kehidupan iman kita? Persiapan secara fisik atau sosial mungkin perlu seperti latihan koor/drama natal, aksi natal dengan pengumpulan pakaian layak pakai/baru atau uang, rapat-rapat dst.., tetapi hemat saya persiapan secara spiritual lebih baik dan harus kita laksanakan. Persiapan secara spiritual berarti mengolah hati dan jiwa alias olah kebatinan, sehingga kita semakin mengandalkan atau mempersembahkan diri kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Kami percaya di lingkungan-lingkungan umat ada kegiatan pendalaman iman masa adven, entah dengan berdoa bersama, pembacaan kitab suci, sharing pengalaman iman, dst.., maka hendaknya diselenggarakan dengan sungguh-sungguh, tidak hanya dihayati secara liturgis atau formal belaka. Dengan rendah hati kita buka hati dan jiwa kita terhadap aneka macam informasi, pengalaman, sentuhan dan sapaan dari saudara-saudari kita, sebagai kepanjangan kasih dan perhatian Tuhan. Dengan kata lain marilah kita membina diri untuk tumbuh dan berkembang sebagai orang yang dikasihi. Ingat dikasihi berarti dicium, diperhatikan, dikritik, diejek, diberi hadiah/uang, ditegor keras, dst.. Dengan kata lain jika kita dengan rendah hati menghayati segala sapaan, sentuhan dan perlakuan orang lain terhadap kita sebagai kasih Tuhan, kami percaya kita tidak akan menjadi kecewa dan menolak kedatangan Penyelamat Dunia, termasuk sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia.

· "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini" (Yes 45: 6b-7). Bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan hanya dapat hidup, tumbuh berkembang karena Tuhan. Kita, manusia adalah ciptaan terluhur dan termulia di bumi ini, karena kita diciptakan sebagai gambar atau citra-Nya, maka marilah kita hayati kebenaran iman ini. Sebagai gambar atau citra Tuhan cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan menjadi penyalur kasih, rahmat atau anugerah Tuhan bagi sesama serta lingkungan hidup kita, sehingga siapapun yang melihat kita atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita semakin tergerak untuk berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan kata lain kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun menjadi terang bagi orang lain, menjadi fasilitator atau mempermudah orang lain dalam menghayati hidup beriman dan terpanggil. Orang tidak kecewa menerima kehadiran dan pelayanan kita, melainkan terkesan dan kemudian merindukan kembali kehadiran dan pelayanan kita. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita diharapkan senantiasa dapat mengerjakan apa yang ada di depan kita dengan baik dan benar, maka hendaknya siapapun yang mendatangi kita atau kita layani sungguh dilayani dengan baik, dengan kata lain konsumen harus memperoleh kesan yang membahagiakan dalam pelayanan kita sehingga mereka menjadi pembantu kita dalam marketing pelayanan atau pekerjaan kita. Mereka yang mendatangi kita atau kita layani memperoleh penerangan yang menggairahkan dan akhirnya dengan bergairah pula mereka menceriterakan pengalamannya kepada sesamanya. Biarlah kita semua menjadi terang bagi sesama dan senantiasa mujur dalam cara hidup dan cara bertindak kita.



"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:10-14)

Jakarta, 15 Desember 2010



Romo. Ignatius Sumarya, SJ