HOMILI: Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN
2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34; Yoh 6: 37-40


"Semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman."

Pada hari `Peringatan Arwah Semua Orang beriman' ini kita diajak untuk mengenangkan saudara-saudari kita, orangtua, kakak-adik, kenalan atau sahabat kita yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka pada hari ini secara tradisionil ada kebiasaan berdoa bersama di makam orangtua, kakak-adik, saudara atau kenalan Sekiranya tidak mungkin berdoa di makam karena bertempat tinggal cukup jauh, maka baiklah diselenggarakan doa bersama di rumah untuk mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan. Isi atau ujud doa-doa kita adalah semoga mereka yang telah dipanggil Tuhan kelak dibangkitkan oleh Tuhan pada akhir zaman, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk berrefleksi atas sabda-sabda hari ini.
"Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:40)
Dalam mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, kiranya baik kita mawas diri bahwa sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja, kita juga dipanggil Tuhan. Kiranya setelah dipanggil Tuhan kita semua berharap memperoleh hidup yang kekal, hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Allah Bapa, Pencipta dan Yesus Kristus yang kita imani, maka marilah kita mawas diri sejauh mana selama ini di dalam hidup sehari-hari kita `melihat Tuhan dan percaya kepada-Nya'. Tuhan hidup dan berkarya terus menerus dalam ciptaan-ciptaan-Nya: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka baiklah pertama-tama dan terutama kami mengajak anda sekalian mawas diri perihal `melihat Tuhan dan percaya kepada-Nya' dalam diri manusia, sesama atau saudara-saudari kita.

"Melihat dan percaya kepada Tuhan dalam diri manusia" berarti sebagai sesama manusia kita saling percaya satu sama lain. Jika kita dapat percaya kepada sesama atau saudara-saudari kita, maka dengan mudah kita percaya kepada Tuhan. Saling percaya antar saudara atau sesama pada masa kini rasanya sedang mengalami erosi atau kemerosotan. Pernahkah anda mawas diri bahwa HP (Hand Phone) sedikit banyak telah merongrong saling percaya antar kita? Coba perhatikan: karena ada atau memiliki HP, maka begitu mudah berkomunikasi dengan pasangannya, suami atau isterinya, anaknya, sahabatnya, dst… Suami atau isteri bepergian karena tugas untuk beberapa waktu/hari dan kepergiaannya cukup jelas, namun kiranya masih ada rasa curiga atau kurang percaya kepada pasangannya, tandanya adalah sering mengontak dengan HP-nya. Jujur mawas diri: menilpon pasangan tersebut sebagai tanda cinta atau tanda curiga/was-was atau kurang percaya? Kami yakin kebanyakan dari kita karena HP menjadi saling curiga terhadap pasangan hidupnya, anaknya, saudaranya dst..

Ada kemungkinan dengan kemudahan berkomunikasi dengan HP orang lupa atau meninggalkan komunikasi dalam doa alias mendoakan pasangannya, saudaranya atau anaknya, dengan kata lain orang malas atau jarang berdoa lagi. Salah satu bentuk saling percaya kepada pasangan hidup, saudara atau sesama adalah ketika `berpisah cukup lama' maka saling mendoakan, saling mempersembahkan sesamanya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling mendoakan ketika harus `berpisah untuk sementara' dan percaya bahwa Tuhan senantiasa mendampingi dan menghidupi saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Hendaknya saling percaya ini dibiasakan, diperteguh dan diperdalam di dalam keluarga, antar anggota keluarga, sehingga apa yang dialami di dalam keluarga dapat dikembangkan lebih lanjut di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu" (1Kor 15:12-14).

Percaya kepada kebangkitan orang mati antara lain berarti tidak bersikap hidup materialistis atau duniawi, melainkan hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat spiritual, oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Sedangkan mereka yang tidak percaya kepada kebangkitan orang mati pada umumnya hidup dan bertindak lebih dijiwai oleh roh jahat, sehinga menghasilkan buah-buah seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21)
Sebagai umat beriman kami berharap kita semua `percaya kepada kebangkitan orang mati' dan dengan demikian tidak bersikap mental materialistis dalam hidup sehari-hari. "Jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati" (2Mak 12:44).
Percaya kepada kebangkitan orang mati erat kaitannya dengan hidup doa, mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan. Maka baiklah kita dengan penuh harapan berdoa, hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus. Kita imani kemurahan hati Tuhan bagi saudara-saudari kita yang telah dipanggil Tuhan. Percaya kepada kemurahan hati Tuhan berarti kita harus bermurah hati, sehingga dalam kebersamaan hidup kita saling bermurah hati.

Bermurah hati mungkin tak akan terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan, antara lain dapat dicurigai, diejek atau dihina dan tentu saja butuh perjuangan dan pengorbanan. Namun demikian marilah kita imani bahwa derita, perjuangan dan pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia, asal hal itu kita laksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan atau bisikan Roh Kudus. Marilah sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kita kenangkan Yesus yang telah rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh dunia. `Salib/wafat Yesus dan kebangkitan-Nya' adalah satu, tak dapat dipisahkan, pada saat Ia wafat saat itu juga dibangkitkan, hidup tiada terikat oleh ruang dan waktu melalui Roh-Nya. Dalam derita, perjuangan dan pengorbanan sekaligus kita nikmati kebahagiaan dan kegembiraan sejati, itulah misteri iman.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (Mzm 1301-6)

Jakarta, 2 November 2010



Romo. Ign. Sumarya, SJ.