HOMILI: PW. SP. Maria Ratu Rosario


“Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Gal 3:1-5; MT Luk 1:69-75; Luk 11:5-13)

“Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
(Luk 11:5-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta SP Maria, Ratu Rosario, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Entah sudah berapa kali kita semua berdoa rosario dalam berbagai kesempatan, kiranya tidak ada seorangpun di antara kita yang sempat menghitungnya. Berdoa rosario berarti mengulang-ulang doa-doa pokok: Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Refleksi bagi kita semua: sejauh mana isi doa tersebut menjiwai atau menghidupi cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing? Bukankah inti dari doa-doa tersebut kurang lebih kita ‘mohon Roh Kudus dari Allah untuk menghidupi atau menjiwai kita’, sehingga kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau bisikan Roh Kudus. Hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau bisikan Roh Kudus berarti menghayati isi doa-doa tersebut di atas, antara lain: senantiasa memulikan Nama Allah dalam hidup sehari-hari, hidup bersaudara dan bersahabat dengan siapapun tanpa pandang bulu, hidup sederhana, senantiasa mengampuni mereka yang menyalahi atau menyakiti kita, hidup taat dan setia pada panggilan dan pengutusan sebagaimana dihayati oleh Bunda Maria, dst.. Kita senantiasa bergembira, ceria dan bergairah menghadapi tantangan, hambatan dan masalah apapun dan dimanapun karena Roh Kudus menyertai dan menghidupi diri kita. Maka hendaknya dalam berdoa kita senantiasa dengan rendah hati mohon terang, kekuatan dan rahmat Roh Kudus.

· “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Gal 3:1), demikian peringatan Paulus kepada umat di Galatia , kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita diingatkan untuk senantiasa menatap dan merenungkan Yesus yang tergantung di kayu salib, yang ada di depan kita. Dengan kata lain kita diingatkan untuk senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, melalui sesama, tugas, panggilan dan pekerjaan kita sehari-hari, meneladan Yesus yang mempersembahkan Diri seutuhnya, dengan menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh umat manusia dan dunia. Kita diharapkan dengan bekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan/pekerjaan maupun menghayati panggilan kita masing-masing. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 10). Maka marilah kita senantiasa memiliki dan menghayati apa yang dikatakan oleh Bapak Mihell Suharli dalam bukunya “HABIT”, yaitu “Kebiasaan pertama PEMENANG adalah terbiasa melakukan hal-hal positif (POSITIVISME). Kebiasaan Positivisme meliputi kebiasaan berpikir positif, bermental positif, berhati positif, beremosi positif, bertindak positif, berkata-kata positif dan berkeyakinan positif” (hal 4). Menghayati kebiasaan ini dalam hidup dan bertindak setiap hari berarti hidup dan dijiwai oleh Roh Kudus.

“Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita” (Luk 1:69-75)

Jakarta, 7 Oktober 2010


Romo. Ign. Sumarya, SJ