“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!” (Ef 3:14-21; Mat:33:1-2.4-5; Luk 12:49-53)

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12: 49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Warta Gembira hari ini hemat saya melanjutkan kemarin, yang berarti kita diajak untuk lebih mendalam dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, yaitu hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma, spiritualitas atau visi yang telah kita pelajari dan coba fahami, entah secara pribadi atau bersama-sama/organisatoris. Sejauh saya perhatikan dan cermati hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas atau visi pada masa kini nampaknya tidak mudah. Masih cukup banyak orang yang berpegang teguh pada tradisi keluarga atau suku yang tidak memadai atau tidak cocok lagi untuk hidup masa kini. Maka marilah kita kerjasama dan saling membantu dalam menghayati charisma, spiritualitas atau visi. Sebagai tanda bahwa kita setia dan taat pada charisma, spiritualitas atau visi antara lain dalam hidup sehari-hari kita dapat menyesuaikan atau mengintegrasikan diri pada aneka tata tertib atau tuntutan hidup atau bekerja bersama dimanapun dan kapanpun. Sebagai contoh: ketika hidup di desa membuang sampah seenaknya tidak apa-apa, namun hidup di kota besar seperti Jakarta hendaknya membuang sampah pada tempatnya, sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan yang menyengsarakan di musim penghujan; di jalanan mentaati tata tertib lalu lintas seperti marka jalan, lampu lalu lintas dst.. Dengan kata lain kita hendaknya senantiasa siap sedia untuk berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik dan menyelamatkan. Semoga para anggota lembaga hidup baik semakin setia pada kharisma pendiri, dan kita semua yang beriman pada Yesus Kristus semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus atau menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabda-Nya.

· “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Ef 3:18-19), demikian dambaan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Kasih Kristus kepada dunia, semua umat manusia begitu lebar, panjang, tinggi dan dalam, sehingga sangat sulit kita fahami, apalagi menirunya, namun demikian marilah dengan rendah hati kita mengusahakannya. KasihNya antara lain nampak dalam kesetiaan dan ketaatan pada tugas pengutusan, sehingga dengan rela dan jiwa besar menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan atau keselamatan seluruh umat manusia. Kami percaya sedikit banyak para suami-isteri mencoba saling mengasihi dengan cara yang demikian itu, saling mempersembahkan diri demi kebahagiaan dan keselamatan berdua/bersama, antara lain ditandai dengan hubungan seksual dimana ada kemungkinan lahir manusia baru yang membahagiakan. Memang saling mempersembahkan diri buahnya adalah kebahagiaan sejati, maka marilah kita sungguh mempersembahkan diri melalui panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Dengan kata lain melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Percayalah, imanilah jika anda hidup dan bertindak demikian pasti akan menyelamatkan dan membahagiakan anda sendiri maupun sesama anda. Semoga pengalaman suami atau isteri dalam saling mempersembahkan diri satu sama lain dapat dikembangkan dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernengara.



“Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.” (Mzm 33:1-2.4-5)



Jakarta, 21 Oktober 2010


Romo. Ign. Sumarya, SJ.