Sabtu-Minggu: 11-12 September 2010

12.09.2010

HARI MINGGU BIASA XXIV
Kel. 32:7-11,13-14; Mzm. 51:3-4,12-13,17,19; 1Tim. 1:12-17; Luk. 15:1-32 (Luk. 15:1-10)


Kekuatan cinta adalah dahsyat. Cinta bisa menggerakkan tangan dan kaki kita untuk berbuat apa saja demi orang yang kita cintai. Cinta membuat diri kita selalu siap sedia, tanpa pamrih. Demikian juga, cinta membuat hati kita mudah untuk memberi pengampunan. Cinta seperti inilah yang dapat kita rasakan pada tokoh Bapa dalam perumpamaan anak yang hilang dalam bacaan Injil minggu ini.

Dalam kisah mengenai anak yang hilang kita boleh bertanya: Siapakah yang sebetulnya hilang? Siapakah yang hilang sebentar lalu ditemukan? Dialah anak yang durhaka, yang menghilang untuk foya-foya. Setelah mengalami pertobatan, akhirnya ia ditemukan kembali oleh bapanya dan dipestakan luar biasa. Sebaliknya, anak yang selama ini mengalami kebaikan sang bapa, malah menghilang karena ia tidak mensyukuri kebaikan bapanya dan malah penuh iri hati dan tuntutan. Penerimaan bapa kepada anak bungsu yang telah meminta warisannya di kala bapanya masih hidup dan berfoya-foya, sungguh menjadi teladan kita semua. Ini pembelajaran yang nyata.

Pengalaman si bungsu sendiri sulit untuk dikatakan. Kebahagiaan si bungsu tentu tak terkira. Ia yang sudah membayangkan akan ditolak, justru malah diterima bahkan dipestakan. Paulus juga tidak pernah melupakan atau menutupi masa lalunya yang kelam. Dan karena itu ia jadi selalu ingat akan kasih karunia Allah dalam hidupnya. "Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi telah dikasihi-Nya, " (1Tim 1:13). Tidak heran kalau dalam kondisi apa pun Paulus tidak pernah kekurangan sukacita dan rasa syukur kepada Tuhan.

Kita sering kali menjadi anak yang hilang oleh karena dosa. Pada saat itu Tuhan mencari kita dan ingin menemukan. Bertobatlah! Kita bisa menjadi anak yang hilang karena tidak pernah bersyukur atas kebaikan Tuhan!