Perjalanan PP Roma-Lecce

Cerita Perjalanan Mgr. Johannes Pujasumarta Selasa-Rabu, 22-23 September 2010

Roma-Lecce: Rabu, 22 September 2010, jam 07.30 saya tinggalkan Casa Generalizia OSC menuju fermata untuk mendapatkan bus no. 170 yang mengantar ke stasiun Termini, Roma. Hari ini saya pergi ke Lecce, Copertino, Italia Selatan, mengunjungi Pastor Paroki Copertino, Don Giuseppe Sacino. Pernah pada waktu tinggal di Roma (1983-1987) saya ke Lecce untuk melaksanakan asistensi di paroki tersebut.

Sudah cukup lama sebenarnya sebelum Paska 2010 Don Giuseppe menulis surat kepada saya, bila saya di Roma entah untuk keperluan apa, saya diminta untuk singgah di parokinya untuk menemuiya. Lama juga surat itu saya simpan saja, belum saya tanggapi. Baru setelah sampai di Roma, saya mengirim email padanya, bahwa saya selama beberapa hari berada di Roma untuk mengikuti Seminar untuk Uskup (5-18 September 2010), dan sesudahnya akan tinggal di Roma untuk beberapa hari. Saya tawarkan kepadanya hari-hari saya bisa ke Lecce. Dalam pembicaraan selanjutnya kami sampai pada kesepakatan untuk bertemu di Lecce, Rabu, 22, semalam tinggal di pastoran, dan sehari sesudahnya, Kamis, 23 September, saya kembali ke Roma. Untuk itu, diantar oleh Rama Camillus saya ke stasiun Termini untuk membeli tiket perjalanan PP, Roma-Lecee, Lecee-Roma.

Maka, jadilah hari ini Rabu, 22 September 2010, jam 08.00 saya sudah sampai di stasiun Termini, lalu menunggu di binario 9, tempat KA berangkat dari Roma. KA Eurostar Italia No. 9351, berangkat dari Termini 08.45, tepat seperti tercantum pada tiket. Saya mendapat tempat duduk No. 66, gerbong 007. Semua tempat duduk terisi. Di depan saya ada seorang wanita Italia. Ketika ia menempatkan tas bawaan, cukup berat. Saya tawarkan jasa saya untuk membantunya. Ya, untuk mengawali komunkasi saja. Kemudian ada gadis duduk di samping saya, berhadapan duduk dengan temannya. Ketika mereka bercakap-cakap, tidak mampu saya menduga-duga bahasa apa yang diucapkannya. Saya tanyakan kepada mereka, “Kamu ini sedang omong dengan bahasa apa, saya tidak mengerti omonganmu?” Seorang dari mereka kemudian menjawab, “Turki”. Dari mana pun asalnya, bahasa apa pun yang diucapkan, orang-orang itu adalah teman-teman seperjalanan kita.

Para penumpang di gerbong ini melakukan berbagai macam kegiatan sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing. Kebebasan melakukan apa yang diyakini berlaku di sini, dan tentunya dijamin oleh UU masyarakat beradab. Penumpang-penumpang yang duduk di seberang itu ada yang ngantuk dan tidur, ada yang membaca entah apa. Di depan saya, ada kelompok anak muda, yang laki-laki sedang main kartu, yang perempuan sedang sms-an sambil makan-makan. Kondektur datang memeriksa tiket penumpang. Ketika mendengar anak-anak muda itu ribut-ribut dengan suara keras, pak Kondektur memperingatkan mereka. Mereka menurut saja, tidak marah. Entahlah apa yang terjadi bila kemarahan dibalas dengan kemarahan. Musnahlah keindahan hidup ini.

KA Eurostar ini KA cepat, kami akan sampai di Lecce pada jam 14.34, menurut apa yang tertulis di tiket. KA berhenti pada beberapa stasiun. Semoga tepat sampai. Tadi padi sudah saya kabarkan lagi via email kepada Don Giuseppe bahwa saya berangkat dari Roma ke Lecce, seperti telah saya kabarkan sebelumnya.

Saya tulis cerita ini ketika KA ini sedang meluncur cepat dengan tenanng. Ingat saya ketika saya masih kecil dulu. Bila liburan tiba, biasa kami diajak oleh Bapak dan Ibu naik KA dari stasiun Solo Balapan ke Lempuyangan Yogyakarta untuk berkunjung ke rumah kakek dan nenek, dan saudara-saudari keluarga besar. Dulu saya hanya bisa heran saja. Sementara kami duduk di gerbong KA, yang saya saksikan bergerak itu adalah tiang listrik, pohon-pohon. Dan bumi terasa bergerak berputar. Kami bersorak gembira bila melihat kerbau di sawah, dan berteriak-teriak senang bila melihat beberapa kerbau menggendhong kuntul. Dalam perjalanan ini tidak saya lihat kerbau seperti itu. Namun, tiang-tiang listrik, atau pohon-pohonan berlaku sama seperti dulu bila kami berkereta api. Tentu kamas, mbakyu dan adik-adik saya masih bisa mengingat kenangan manis masa kanak-kanak kami. Perjalanan ini mengantar saya ke suatu dunia indah yang pernah kami alami dulu. Zzzzzzzzz

Jam 14.34 KA Eurostar sampai di stasiu Lecce. Ketika keluar dari gerbong, telah saya ihat Don Giuseppe ditemani oleh Bp. Vittorio. Mereka telah berada di stasiun beberapa waktu sebelumnya untuk menjemput saya. Dari stasiun kami menuju pastoran. Bu Rosana isteri Bp. Vittorio, dan Bu Assuntina menyambut kedatangan kami. Mereka ini adalah beberapa orang yang telah saya kenal kurang lebih 25 tahun yang lalu. Kami dipersilakan makan siang, dan kemudian beristirahat sejenak.

Jam 18.00 kami berangkat ke gereja paroki, Basilika Santa Perawan Maria, Madonna della Neve. Perayaan Ekaristi dimulai pada jam 18.30. Cukup banyak umat hadir mengikuti perayaan Ekaristi. Saya diminta menjadi selebran utama, didampingi oleh Don Giuseppe dan beberapa prodiakon. Kelompok Paduan Suara menyemarakkan misa sore itu. Ada seorang Suster asli Copertino, Suor Anna Vera Caputo, yang menjadi pemimpin biara Suster Murid-Murid Yesus Ekaristi di Ruteng, Flores, yang sedang pulang liburan. Mengakhiri misa saya memperkenalkan diri, dan bercerita sedikit tentang Keuskupan Bandung dan Indonesia.

Sesudahnya ada seorang profesor Bp. Cosimo Esposito mengajak saja berkeliling gereja sambil menenerangkan lukisan-lukisan pada dinding Gereja. Ia kemudian memberikan sebuah buku, buah karyanya mengenai Santo Giuseppe Copertino, yang diberi judul, “Le Ali della Croce”, Santo Pelindung Copertino yang berasal dari Copertino sendiri. Pada cover depan buku itu ada lukisan Santo Giuseppe Copertino sedang terbang dengan sayap-sayap Salib Tuhan.

Setelah misa kami kembali ke pastoran, untuk bersantap malam dengan beberapa orang yang telah pernah bertemu dengan saya kurang lebih 25 tahun yang di paroki Rosario, ketika Don Giuseppe menjadi pastor paroki. Mereka memperlihatkan kepada saya beberapa foto pada waktu itu, ketika saya belum setua sekarang ini. “Tempora mutantur, et nos mutamur in illis”, yang aritnya “ Waktu berubah, dan kita berubah dalam waktu itu”. Sekarang ini Don Giuseppe Sacino dalam melaksanakan reksa pastoral paroki didampingi oleh Don Claudio.
Menjelang tengah malam santap malam bersama baru selesai. Para tamu pulang ke rumah masing-masing. Dan saya berangkat untuk tidur di kamar yang telah disediakan untuk saya. Zzzzzzzz

Lecce - Roma: Kamis, 23 September 2010, jam 08.15 kami berangkat dari pastoran menuju gereja paroki untuk merayakan misa pagi, yang dimulai jam 08.30. Kami merayakan misa konselebrasi lagi dengan Don Giuseppe dan Don Giovanni dari Uganda, dengan dua puluhan umat yang hadir, merayakan pesta St. Pio dari Pietrelcina. Mengakhiri misa, saya pamit pada umat, dan mengatakan, “Kunjungan saya di Copertino, dan pertemuan kita setelah kurang lebih 25 tahun, memperbarui persahabatan saya dengan Don Giuseppe, dan hubungan antara Copertino dengan Bandung Indonesia. Semoga persahabatan kita ini menjadi tanda kehadiran Gereja Katolik yang merangkul orang-orang dari berbagai bangsa dan penjuru dunia ini.

Sesudah misa kami kembali ke pastoran, untuk makan siang sebelum berangkat ke Roma. Diantar oleh Don Giuseppe, jam 12.00 kami sudah sampai di stasiun Lecce, untuk menunggu keberangkatan KA Eurostar No. 9354 menuju Roma. KA ini berangkat dari stasiun Lecce pada jam 12.50 dan akan sampai Termini, Roma jam 18.15, seperti tercantum pada tiket.

Saya duduk di tempat duduk no. 87 gerbong 7. Memulai perjalanan ini saya membaca buku tentang Santo Guiseppe Copertino, bila sedang tidak mengantuk. Sewaktu berangkat dari Lecce tidak ada penumpang di tempat duduk di sekitar saya. Di seberang sana ada seorang penumpang, seorang ibu yang mengisi waktunya dengan menjahit menghiasi kain warna hijau muda. Melihat ibu yang tekun sedemikian itu, saya teringat Ibu saya yang biasa mengisi waktu senggangnya dengan merenda. Hiks, hiks...

Di bagian belakang tempat duduk saya ada seorang ibu muda membawa anaknya yang kurang lebih berumur 5 tahun. Ia mengisi waktu dengan membacakan dongeng bagi anaknya, yang dipanggilnya dengan nama Davide. Terkesan anak kecil itu kaya fantasi dan cerdas, mudah akrab dengan penumpang-penumpang di sekitarnya. Meskipun masih kecil, bahasa Italianya bagus. Saya katakan kepada ibunya, “Parla bene Italiano il bambino!” Ibunya hanya menjawab, “Insomma!”. Begitulah cara seorang ibu mengajari anaknya menjadi kaya fantasi dan cerdas, serta mengutarakan diri dengan bahasa yang baik dan benar.

KA ini berhenti di beberapa stasiun: di Brindisi Centrale (13.09-13.14), di Bari Centrale (14.04-14.12) seorang penumpang duduk di samping saya, di Barletta (14.43-14.47), di Foggia (15.18-15.26) seorang gadis gendut membawa bagasi besar duduk di depan saya, di Benevento (16.28-16.30) seorang penumpang lain duduk di samping gadis gendut itu, di Caserta (17-05-17.08) penumpang memadati gerbong. Dan pada jam 18.15 KA memasuki Termini, dan berhenti pada jam 18.20 Waktu Roma.

Saya turun dari gerbong. Keluar dari stasiun, mampir di warung membeli gelato. Dan cxkup lama menunggu bus no. 170 yang mengantar saya kembali ke Casa Generalizia OSC di Via del Velabro.

Perjalanan PP Roma-Lecce, Selasa-Rabu, 22-23 September 2010, telah terlaksana dengan lancar, seperti telah direncanakan. Di rumah ini saya bertemu dengan orang-orang serumah. Dan oleh Rm. Purwa, OSC saya diajak makan malam bersama. Deo gratias agimus! Rendiamo grazie a Dio!

Roma, 23 September 2010

Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung