Hari Minggu Hari Tuhan - La Domenica Il Giorno del Signore


XXV Domenica del Tempo Ordinario / C, 19 settembre 2010




Silakan click: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/262/Hari_Minggu_Hari_Tuhan


Minggu, 19 September 2010, Minggu 25 Masa Biasa C, jam 09.00 pagi kami tinggalkan Casa Generalia Salib Suci, Via del Velabro. Kami, Pst. Rudi Subagio OSC, Fr. Diakon Jose Claudio OSC dan saya mengambil bus 130 yang menuju ke Largo Argentina, untuk kemudian mengambil bus 64 jurusan Piazza San Pietro. Kami merencanakan misa hari Minggu jam 10.00 di Gereja Santa Anna, nenek Tuhan Yesus, yang lahir dari Perawan Maria.

La Domenica รจ il giorno del Signore, hari Minggu adalah hari Tuhan. Begitulah gagasan awal yang sudah mulai terjadi pada waktu dunia diciptakan. Setelah enam hari kerja untuk penciptaan, Tuhan mengendaki istirahat, dan menjadikan hari ketujuh hari Tuhan. Setelah enam hari mencipta creatio, disediakan satu hari untuk re-creatio. Perlu waktu menghirup udara kehidupan rohani, agar hari-hari lainnya juga menjadi hari yang dibaktikan bagi Tuhan.

Kami merayakan Ekaristi di Gereja Santa Anna. Di dinding panti imam terdapat lukis Santa Anna, Ibunda Maria, yang mengandung dan melahirkan Yesus. Pada lukisan tersebut ditampilkan Santa Anna seda ng duduk memangku gulungan Kitab Suci, dan puternya yang cantik, Maria berada di dekat sedang membaca Kitab Suci itu. Tentu, Maria seorang gadis yang beriman kuat dan cerdas sehingga mampu menyimpan segala peristiwa keselamatan yang ditulis dan dinubuatkan oleh para nabi.

Santa Anna ditampilkan menjadi teladan setiap ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dalam iman dan moral. Dan Maria menjadi teladan setiap gadis yang bertumbuh menjadi dewasa, juga dalam iiman dan moral, dengan bersedia belajar apa yang dikehendaki Tuhan, yang tertulis dalam Kitab Suci. Apakah kita telah meneladan Santa Anna yang mendekatkan generasi muda pada Sabda Allah, pada Kitab Suci, untuk mengenal kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari?




Merayakan hari Minggu menjadi hari Tuhan dengan mengikuti perayaan Ekaristi merupaan suatu pernyataan iman itu. Dalam perayaan Ekaristi itu kita dapat melihat segala segi kehidupan kita dalam perspektif Ekaristi, yang diimani sebagai sumber dan puncak hidup beriman kita, terutama pada zaman sekarang, ketika kita hidup dalam dunia yang sedang dalam proses sekularisasi. Tanpa pendalaman iman akan Allah yang melampaui batas-batas pengetahuan manusia, sekularisasi dapat menjerumuskan kita pada praktik hidup sekularistis, ketika Allah disingkirkan dari cakerawala kehidupan manusia.


Di Gereja Santa Anna, yang tidak jauh dari Basiika Santo Petrus tersebut, sepanjang hari Minggu dirayakan perayaan Ekaristi. Bangku-bangku dipenuhi oleh umat yang hadir. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh seorang imam muda, didampingi oleh seorang pro-diakon, dan dua anak sebagai putra altar. Homili yang disampaikan imam muda itu menerangkan pesan kutipan-kutipan Kitab Suci bahwa Allah seharusnya menjadi pokok orientasi kehidupan kita. Dan dijelaskan agar kita, anak-anak terang tidak kalah cerdik dengan anak-anak kegelapan (bdk. Luk 16, 10-13). Anak kecil yang menjadi putra altar terkesan sangat mengetahui apa yang harus dilakukan dalam melayani perayaan Ekaristi. Ia berpartisipasi aktif sekali.

Setiap kali Ekaristi kita rayakan, kita alami kehadiran Tuhan Yesus yang begitu mencintai kita, dan menyatakan cintakasih-Nya dengan menyerahkan hidup-Nya untuk keselamatan kita. Ia menyediakan tubuh-Nya menjadi rejeki kehidupan, dan darah-Nya minuman rohani bagi kita. Rejeki kehidupan itulah yang kita terima pada waktu kita menerima komuni kudus. Mengakhiri perayaan Ekaristi kita diutus untuk bersedia berbagi kasih dengan saudari-saudara kita. Ite, missa est!

Pada pintu utama pada jadwal misa dicantumkan juga adanya acara adorasi Ekaristi setiap hari Jumat di gereja tersebut. Terasa umat paroki tersebut ingin mendalami pengalaman Ekaristi dalam kesempatan adorasi.

Dalam perjalan pulang ke Rumah Generalat OSC saya diberitahu oleh Rm. Purwa OSC, bahwa di Gereja Santa Anastasia juga ada kapel Adorasi Ekaristi Abadi. Umat secara berkelanjutan berdoa di hadapan Ekaristi Sakramen Mahakudus 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Setelah makan siang saya menemukan kapel tersebut.



Dan betul saya temukan beberapa orang sedang berdoa di dalamnnya. Saya merasa bahagia berdoa bersama mereka di hadapan Sakramen Mahakudus.




Saya amati tabernakel. Ha... di belakang salib, tercantum tulisan “Duc in altum!", “Bertolaklah ke tempat yang dalam!” Ternyata tidak hanya di Keuskupan Bandung ajakan Tuhan itu dikenal orang.




Hatiku damai, jiwaku tentram bersama-Mu.



Roma, 19 September 2010

Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,
+ Johannes Pujasumarta